Ini kisah Dahyun, lulusan Pendidikan Biologi yang baru aja di terima bekerja menjadi guru di suatu Sekolah swasta. Entah ini akan menjadi mimpi indah atau buruk karena ia diterima mengajar di Sekolah Asrama khusus laki-laki! Sobat-sobatnya gembira p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dahyun benar-benar bingung harus gimana, rasanya dia kayak gapunya muka banget untuk keluar dari kamarnya dan bertemu dengan orang-orang rumah. Tapi bagaimanapun caranya dia harus tetep keluar, kamar mandi nya di luar soalnya, dia juga laper butuh makan.
Dahyun perlahan membuka pintu kamarnya, sekarang pukul 2 dini hari, Dahyun tidurnya gelisah jadi dia kebangun jam segini, yaudah sekalian aja dia mau shalat tahajud sekalian shalat istikhoroh buat minta petunjuk sama Allah. Gadis itu celingukan melihat ke sekeliling, tampaknya aman terkendali suasana rumahnya masih gelap, berarti belum ada yang bangun, begitu pikirnya.
Dahyun pun memutuskan untuk segera mengambil wudhu dan segera kembali ke kamarnya untuk shalat, ia benar-benar menumpahkan segala keluh kesahnya saat ini. Apalagi saat dirinya bersujud, tanpa terasa air matanya langsung mengalir begitu saja. Dahyun sengaja gak nyalain lampu kamarnya jadi kini pencahayaan di kamarnya cuma dari lampu tidurnya yang temaram itu. Suka aja sih Dahyun kayak gini, soalnya feel nya jadi lebih kerasa khusyuk banget gitu. Setelah menumpahkan segalanya, kini Dahyun jadi merasa lebih tenang dan lebih baik dari sebelumnya.
Setelah puas berdoa sambil nangis, Dahyun malah jadi haus, akhirnya dia keluar dari kamar nya dan pergi ke dapur buat ambil segelas air putih. Dahyun duduk di kursi meja makan sambil meneguk air yang dia ambil tadi.
"Teh.." suara papi nya sontak mengejutkanya, hampir aja Dahyun nyemburin air dalam mulutnya, tapi sebelum itu terjadi, dia udah terlanjur tersedak duluan, jadi sekarang dia batuk-batuk. Dahyun gak inget kalau papinya emang suka bangun jam segini buat tahajud dan ngaji.
"Aduh teh hati-hati atuh.." ucap papi El khawatir sambil menepuk-nepuk tengkuk Dahyun. Akhirnya setelah batuk-batuknya reda, Dahyun memandang papinya yang kini menatap nya dengan tatapan hangat. Tanpa sadar air matanya kembali merembes.
"Maafin Dahyun pih.." Dahyun sontak langsung berhambur ke pelukannya papi El sambil nangis, sekuat apapun Dahyun berusaha buat nahan semua ini, pada akhirnya ia juga akan sampai ke titik ini. Papi El ikut berkaca-kaca pas anak perempuannya itu terus meminta maaf padanya sambil memeluknya.
"Gapapa teh kita paham teteh pasti kaget banget kan? Teteh belum siap untuk ini," ucap sang ayah menenangkan.
"Maafin kita juga ya teh kalau sekiranya terlalu menekan teteh, ngga apa-apa kok teh kalau teteh emang belum siap buat nikah sekarang-sekarang, tapi teteh ikhlas kan kalau Yuna nikah duluan nanti?" tanya sang papi dengan nada lembut.
Dahyun bergeming, ia sesekali menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya itu, Dahyun spontan menggeleng, "Teteh sebenernya ikhlas-ikhlas aja cuma eum....ngga ah pih aku gak tega bayangin raut sedih Yuna nanti di hari bahagianya, dia pasti sedih udah ngelangkahin aku, pasti nanti juga banyak omongan gaenak dari orang-orang, jadi untuk saat ini Teteh mau berusaha dulu," tutur Dahyun dengan optomis, ya Dahyun memang berprinsip untuk selalu nyelesain apa yang udah dia mulai, dia gak bakal berhenti buat mencoba dulu.
