Selamat Membaca!
___
Kelas X Ipa³ masih berada di dalam kelas dengan mendengarkan pak Abdul yang sedari tadi tidak berhenti menceritakan masa-masa saat perang dahulu. Hari ini Echa tidak masuk sekolah, katanya sih sakit.
Aca yang merasa bosan pun tak berhenti menatap jam tangannya, masih ada 10 menit lagi bell istirahat berbunyi.
Hingga akhirnya yang ditunggu pun tiba.
Kring, Kring, Kring!
Bell istirahat berbunyi nyaring membuat pak Abdul berhenti bercerita dan keluar dari kelas.
Aca, Aira, Echa dan Tania berjalan melewati koridor sekolah untuk menuju ke kantin.
Aca bisa melihat Nicholas dkk berada di meja pojok kantin, mereka sedang bersenda gurau. Masalah kemarin? Tentu saja sudah Aca lupakan, lagipula memang Nicholasnya saja yang tidak peka. Begitu menurutnya.
Mereka pergi ke stand makanan, memilih bakso untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Saat ingin duduk, mereka melihat semua kursi sudah terisi penuh.
"SINI CA!" teriak Adit memanggil Aca.
Aca pun menoleh dan menghampiri ke-limanya, tidak lupa kedua sahabatnya yang sedari tadi mengekorinya kemanapun ia pergi.
Rafan tersenyum senang melihat ketiganya, "Aduhh ketiga bidadari ini jangan senyum terus dong!" ujarnya bercanda.
Aira, Tania, Echa dan Aca mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa kak?"
"Hati gua jadi jedag-jedug nggak karuan." balas Rafan yang mengundang tawa dari sahabatnya maupun Aca.
"Bisa ae lo dugong!" celetuk Adit.
10 menit kemudian.
Aca sudah selesai makan, setelah berfikir panjang Aca memutuskan untuk kembali ke kelas. "Aca ke kelas duluan ya?" pamit gadis itu.
"Uhuk, uhuk!" dengan cepat Rayan memberikan air minum untuk Tania yang tersedak makanan.
"Loh, Kok buru-buru si Ca? Ga mau nunggu kita dulu?" tanya Aira mewakilkan pertanyaan yang bersarang di otak Nicholas dkk.
Aca tersenyum samar, "Maaf ya? Aca ke kelas duluan aja, soalnya ada tugas yang belum selesai."
Mau tak mau Aira dkk menyetujuinya.
Melihat Aca yang pergi dan sudah hilang di balik pintu kantin, Nicholas tanpa berucap apa-apa langsung menyusul gadisnya.
Nicholas menarik pelan tangan gadisnya lali membawa Aca ke taman belakang sekolah.
Dahi Aca berkerut, "Kok kakak narik Aca kesini?"
"Duduk dulu, gua mau ngomong!" titah cowok itu.
Aca mengerjapkan matanya lucu. "Ini udah duduk. Mau ngomong apa?"
Berdehem sebentar, Nicholas menghela napas. "Gua mau minta maaf, kemarin gua ngomong tanpa liat situasi. Gua memang masih cinta sama dia, tapi lo satu-satunya cewek yang berhasil bikin jantung gua ga karuan cuma dengan cara sederhana."
"Lo! Tapasya Cecilia Wijaya cuma lo satu-satunya cewek yang berhasil bikin gua jatuh sedalam-dalamnya, lo cewek paling spesial dihati gua. Jangan merasa lo kalah saing sama dia, lo masa depan gua. Dan intinya gua cuma suka, sayang, dan cinta sama lo!"
Sungguh membuat pengakuan seperti ini membutuhkan waktu seharian untuk memikirkan kata-katanya, ini tulus dari hati Nicholas yang paling dalam. Percayalah bahwa ia sebenarnya sudah melupakan masalalu nya, kemarin ia hanya terbawa suasana.
Aca menitikkan air matanya, terisak. "Hiks-makasih udah buat pengakuan, maafin Aca yang suka kekanak-kanakan! Ily 3000 kak!"
Nicholas mengangguk dan mendekap Aca, memeluk gadis itu memberikan ketenangan.
"Mulai sekarang jangan panggil aku kakak! Kamu-aku aja, panggil nama. Ngerti?" perintah Nicholas tidak mau dibantah.
"Iyaa, kamu juga harus ubah!"
"I love you to Ca!"
****
Nicholas berada di markas Ralaska. Masalah percintaan selesai, sekarang ia harus menjalan kan kewajibannya sebagai ketua Ralaska.
Setelah lama menyelidiki siapa pengirim teror tersebut akhirnya Nicholas mengetahuinya. Disini, di markas Ralaska ada pengkhianat!
Dan seorang pengkhianat tidak akan mendapatkan toleransi, siapapun orangnya.
Besok akan ada pertempuran besar-besaran, untuk mengakhiri permusuhan antara Ralaska dan Dislon.
Berbicara soal pertempuran, Nicholas sudah menyiapkan strategi untuk besok. Ia juga sudah memberi tahu strategi itu kepada seluruh anggota Ralaska.
"Las!" Rifin memanggil Nicholas karena anggota sudah terkumpul.
"Udah?"
Mendengar deheman Rifin, Nicholas langsung pergi ke ruangan rapat. Ruangan yang tadinya terasa seru sekarang hanya ada hawa mencekam.
"GUA TO THE POINT, KALO MEMANG KALIAN NGGAK SANGGUP BUAT BESOK SILAHKAN ANGKAT TANGAN! KARENA GUA NGGAK MAU ADA PENGECUT DISINI." teriak Nicholas memperingatkan.
Hening. Tidak ada yang mengangkat tangan, berarti semuanya setuju dan siap.
"OKE. STRATEGI YANG KITA PAKAI BESOK SAMA KAYA DULU, INGAT? 100 ORANG LEWAT PINTU DEPAN, 100 ORANG LEWAT PINTU BELAKANG, 100 ORANG JAGA KIRI, DAN 100 ORANG JAGA KANAN. 75 LAINNYA SIAPIN SENJATA JARAK JAUH, HARUS SIAGA! JANGAN SAMPE TERKECOH. DAN BLA...." Nicholas menjelaskan dengan auranya kepemimpinan yang pekat.
"Gua harap kalian semua ngerti, jangan sampe ada yang berani keluar dari rencana. Sekarang kalian boleh balik, dan siapin diri untuk besok."
Akhirnya mereka bubar, hanya ada inti Ralaska yang tersisa di markas.
"Lo yakin sama rencana kita? Bukannya gua mau ngeraguin lo, tapi lo taukan Dislon pasti bakalan curang." celetuk Rayan.
"Tenang aja gua punya rencana lain kok, lo liat aja ntar." balas Nicholas dengan seringaiannya.
"Gua percaya sama lo." imbuh Rifin.
Nicholas melihat jam tangannya. Jam 14.00, ia akan pulang kerumahnya. Dan kesini lagi saat malam hari.
"Gua pulang duluan."
___
Makasih untuk dukungan kalian♡
Senin, 5 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
LASCA ( END )
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Seperti cerita pada umumnya, kisah yang menceritakan arti sebuah solidaritas, persahabatan, keluarga dan percintaan. Start: 31 Maret 2021. Finish: 21 Oktober 2021 Terinspirasi boleh, plagiat jangan♡ ! Warning❗❗ Kalo nggak su...