Regret

2.5K 288 50
                                    


"Kapan sih pintarnya kamu Lisa? Mama pengen banggain kamu ke temen-temen mama, tapi kalau nilai kamu kayak gini apa yang bisa mama banggain? Kapan kamu bisa pinter kayak Sana?" Tiffany memperhatikan rapot Lisa, anaknya itu kapan bisa seperti Sana yang selalu mendapat rangking 1 dan nilai tertinggi di sekolah. Lisa hanya mampu mendapatkan rangking 12, sangat berbeda jauh dengan Sana.

"Namanya anak manja" sahut Bobby, kakanya dengan nada mengejek.

"Oh ya Sana, karena nilai kamu selalu tante bakal kasih apa yang kamu mau" Tifanny mengusap rambut Sana lembut. Bobby melirik Lisa yang hanya menampilkan wajah datarnya.

Donghae--papa Lisa mengeluarkan handphone merek terbaru. Handphone yang selalu Lisa inginkan, matanya berbinar namun sedetik kemudian raut wajah Lisa kembali datar dan menampilkan raut tak suka kepada Sana karena gadis itu yang mendapatkan handphone dari papanya.

"Sebenarnya handphone ini udah om siapkan untuk Lisa. Cuma karena Lisa gagal dapat rangking satu jadi handphone ini buat kamu" Sana menerima handphone itu dengan senang.

"Makasih om" Donghae hanya mengusap-usap kepala Sana sambil tersenyum.

Cukup. Lisa seperti gak dianggap di sini, ia berdiri dari duduknya dan menuju pintu keluar.

"Lisa mau kemana?" teriak Tifanny, Lisa menghiraukannya. Gadis itu berlari dengan mata berkaca-kaca, dia gak sanggup lagi menerima tekanan dari orang tuanya.

Berlari ketengah jalan, ia gak sanggup lagi selalu di bandingkan dengan orang lain. Tanpa Lisa sadari truk melaju kencang ke arahnya.

"Mbak awas!" seseorang dengan cepat menarik tangannya, telat sedikit saja mungkin nyawanya melayang.

Lisa terkejut karena tangannya di tarik, pandangan gadis itu kosong. Kenapa ia harus di tolong? Biarkan saja seharusnya ia mati.

"Kenapa lo nolongin gue?!" teriak Lisa didepan wajah cowok yang baru saja menolongnya itu.

"Lo gila hah?! Kalo gue gak nolongin lo mungkin sekarang lo udah mati di tabrak tadi. Lo bosan hidup? Setidaknya kalo lo ingin mati jangan nyusahin orang dengan sengaja nabrakin diri lo!" ujar cowok itu tajam.

"Bisa gak sih, setidaknya lo jangan nyusahin kita?"

Lisa jongkok menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan, gadis itu menangis sesenggukan. Ucapan kakaknya tempo hari terngiang-ngiang di kepalanya. Cowok itu memandang Lisa terkejut karena sekarang gadis itu menangis sesenggukan di depannya.

Cowok itu jongkok di depan Lisa dengan ekspresi bersalah. "G-gue gak bermaksud gitu, maksud gue...

Lisa mengangkat wajahnya. "Lo bener kok gue emang nyusahin" potong Lisa.

Lisa berdiri dan menghapus air matanya. "Maka dari itu gue ingin lenyap dari bumi" setelah mengucapkan itu Lisa pergi meninggalkan cowok itu yang terbengong.


Gadis itu membuka pintu dan bergegas masuk. Donghae berdiri di depan Lisa dengan tatapan sengit.

Plakk!!

Lisa diam, sekeras apapun papa mendidiknya Lisa sama sekali belum pernah di tampar. Baru kali ini papa menamparnya.

"Dari mana kamu? Kenapa baru pulang? Kamu gak liat ini udah jam berapa?" tanya Donghae sambil memegang pundak Lisa. "Kamu liat Sana, apa pernah kamu liat dia keluar malam? Ini sebabnya kamu tidak bisa seperti Sana"

Lisa melepaskan cengkraman tangan papanya, ia berlari kekamarnya. Sebelum masuk kekamarnya Lisa melirik mama dan kakak lelakinya yang menyaksikan kejadian barusan. Tifanny langsung buang muka begitu juga Bobby saat Lisa melirik mereka.

Lalisa X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang