Masokis

2.3K 307 29
                                    


Lisa menutup mulutnya, ia berdoa dalam hati agar lelaki itu tidak menemukannya yang bersembunyi di bawah meja.

"Lisa..."

Bulu kuduknya merinding mendengar lelaki itu memanggilnya. Ia menutup mulutnya kuat-kuat agar tidak menimbulkan suara.

"Sayang..."

Nada suara lelaki itu memanggil dengan lembut, namun tersirat jelas nada membunuh yang ia ucapkan.
Ketukan langkah kaki terdengar jelas berjalan dengan pelan-pelan, sebisa mungkin Lisa menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara walau air matanya mengalir deras.

Lelaki itu sudah dihantui oleh rasa cemburu buta. Hanya karena melihat Lisa jalan dengan lelaki lain, dia tidak melakukan apapun dengan lelaki itu. Lelaki itu hanya membantunya membawa barang belanjaannya, saat itu dia mengobati lutut Lisa yang terjatuh karena membawa barang belanjaan yang sangat banyak.

"Sayang, kamu mau keluar sendiri apa aku yang akan nemuin kamu?"

Tubuh Lisa semakin merinding ketakutan. Lisa lupa kalau ia membawa ponselnya, dengan cepat tangan gadis itu menghubungi polisi. Ia sangat takut bahkan tangannya gemetaran.

"Hallo" suara Lisa mencicit pelan saat ponselnya tersambung.

"Ini dari kepolisian ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong. Apartement 127 lantai 5, ada yang ingin membunuh saya"

"Baik, kami akan menuju kesana"

"Tolong!" jerit Lisa tangannya di tarik kasar.

"Ah, disini kamu rupanya. Kamu nelepon siapa sayang?" lelaki itu menarik ponsel ditangan Lisa dengan kasar kemudian membanting ponsel itu sampai hancur. "Berani kamu nelpon polisi?!"

Lelaki itu menjambak rambut Lisa sampai kepala gadis itu mendongak ke atas.

"S-sakit" ringis Lisa, kulit kepalanya seakan mau lepas dari tempatnya. Lelaki itu menghempaskan tubuh Lisa dengan kasar di atas sofa.

Lelaki itu mengambil pisau lipat yang selalu ia bawa kemanapun ia berada. Lisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dia gak mau lagi pisau itu menggores tubuhnya. Bahkan luka yang dibuat lelaki itu ditubuhnya belum kering sepenuhnya.

"Doyoung jangan" Lisa menahan tangan lelaki itu yang sebentar lagi ingin menggoreskan pisau ke wajahnya.

"Kenapa sayang? Biasanya kamu menikmati" alis Doyoung terangkat satu, ia mengelus pipi Lisa pelan. "Aku gak akan bunuh kamu kok aku cuma mau bermain-main dengan wajah cantik kamu"

"Aku mohon jangan di pipi" lirih Lisa memohon sambil menatap wajah lelaki itu, air matanya sudah mengalir deras.

"Aku pengen buat nama aku di pipi kamu biar dia gak berani deket-deket kamu. Paham!" Doyoung mencium kedua mata Lisa, ia mengusap air mata gadisnya.

"Jangan di pipi" lirih Lisa lagi. Bekas luka itu gak akan hilang kalau Doyoung benar-benar menggoreskan di pipi, bahkan luka goresan di tubuhnya yang di buat oleh Doyoung sebelumnya juga belum hilang.

Doyoung melempar pisau lipat itu ke sembarang arah, ia menjambak rambut Lisa kuat. Mata lelaki itu menatap Lisa nyalang ingin menerkamnya hidup-hidup.

"Tolong jangan buat aku ingin membunuhmu, Lisa!" tekan Doyoung melepas jambakannya di rambut Lisa.

Doyoung mengambil pisau lipat yang ia buang tadi. Lelaki itu mendekat ke arah Lisa dan membalikkan badan gadis itu membelakanginya.

Ia membuka kasar baju Lisa, merobeknya dan memperlihatkan bra cream yang di pakai Lisa.

Lalisa X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang