Lisa menatap map sedih map coklat yang ada di tangannya. Dirinya baru saja melamar pekerjaan namun di tolak.Sementara cacing di perut Lisa sudah berbunyi karena lapar. Gadis itu sedari pagi belum makan karena gak punya uang.
"Duh laper" Lisa mengusap-usap perutnya. Ditambah lagi ia melewati sebuah toko roti, wangi khas roti menusuk indra penciumannya membuat cacing di perutnya meronta-ronta untuk diisi.
"Duit gue tinggal berapa ya?" Lisa mengeluarkan uang dari saku celananya. Uang lima ribu lecek bahkan warnanya sudah sedikit pudar. "Lima ribu buat apa? Beli minum udah abis"
Gadis itu melangkahkan kakinya di depan warung. "Beli minum aja kali ya" Lisa mengambil botol minuman kemudian membayarnya.
"Bismillah kenyang" Lisa menepuk pelan perutnya kemudian menegak habis air itu sampai habis tak bersisa.
Lisa membuang botol minuman itu ketempat sampah. "Gue pulang naik apa ya? Gapapa jalan kaki aja, itung-itung olahraga"
Brukk!
Tubuh Lisa terjatuh saat seseorang menabraknya dari belakang. "Aduh!" ringisnya pelan.
"M-maaf kak"
"Heh bocah! Mau lari kemana lo!"
"Kak tolongin aku" Lisa menatap bingung bocah yang di perkirakan Lisa berumur enam tahun itu meminta tolong padanya.
"Kenapa dek?" tanya Lisa, gadis itu berdiri kemudian membantu anak laki-laki itu untuk berdiri.
"Mereka" tunjuknya ke dua orang pria berwajah sangar di belakangnya. Lisa memutar kepalanya ke belakang. "Orang jahat kak"
"Minggir! Dia anak gue" seorang pria bertindik mendorong Lisa sampai gadis itu jatuh lagi untuk kedua kalinya.
"Kak enggak, dia orang jahat mau culik aku"
"Wah ngaku-ngaku lo" Lisa meregangkan otot lehernya. Ia memasang tinjunya.
Dengan tendangan memutar, Lisa berhasil mengenai wajah pria yang mendorongnya tadi. Melihat pria itu yang kesakitan, tanpa membuang waktu Lisa langsung menarik bocah laki-laki itu.
"Woi jangan lari lo!"
Dan pada saat itu sebuah taxi lewat. Lisa segera memberhentikannya kemudian membawa bocah laki-laki itu untuk masuk.
"Akhirnya selamat" Lisa mengatur nafasnya yang berdegup kencang. "Eh, dek rumah kamu dimana?"
"Ini kak disini" ia mengeluarkan handphonenya kemudian menunjuk GPS yang terpasang di handphonenya.
Lisa melongo karena seorang anak kecil sudah di berikan handphone oleh orang tuanya, bahkan handphonenya lebih bagus dari punya Lisa.
"Beda banget sama handphone gue yang layar pijek" Lisa menatap handphone jadul merk nokia-nya dengan sedih. "Kapan gue bisa punya handphone bagus"
***
"Ini rumah kamu?" tanya Lisa terkesima melihat pemandangan rumah anak laki-laki itu yang sangat besar bahkan halamannya saja lebih besar daripada kostan yang Lisa tinggali dan sebentar lagi diusir karena gak bayar uang kost selama tiga bulan."Iya kak masuk yuk" Lisa hanya mengikuti saja saat tangannya di tarik. "Yah, ayah udah pulang"
"Kenapa emangnya kalau ayah kamu udah pulang?" tanya Lisa bingung.
"Nanti aku dimarahin karena gak nungguin jemputan"
"Gapapa, ayah kamu gak akan marah kok. Nanti kakak yang bakal marahin ayah kamu. Oke"
"Tapi aku takut kak" Lisa sudah di depan pintu rumah anak laki-laki itu. Belum sempat Lisa mengetuk pintu sudah terbuka dari dalam.
Seorang pria menatap tajam bukan kearahnya melainkan ke bocah laki-laki itu.
