Lisa duduk diatas ranjang kamarnya. Dokter boleh mengijinkan Lisa untuk pulang asalkan Lisa makan dan tidur teratur.
Younghoon datang dengan membawa nampan makanan dan meletakkannya di atas nakas. Setelahnya cowok itu keluar dari kamar Lisa tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Semenjak Lisa minta cerai ke Younghoon cowok itu lebih sering diam. Biasanya dia akan memulai pembicaraan luan agar Lisa tidak merasa canggung namun sekarang keadaannya berbeda. Younghoon tidak lagi mengajaknya berbicara.
Lisa mengambil nampan yang ada diatas nakas dan memakan makanan yang sudah dibuat Younghoon. Walaupun Younghoon terlahir dari keluarga kaya namun Younghoon lebih memilih tidak memiliki pembantu dia bisa melakukan semua pekerjaannya sendiri.
Tanpa Lisa ketahui Younghoon sedang menatapnya dibalik pintu yang sedikit terbuka.
"Maaf Lis aku egois. Aku cuma mau mempertahankan pernikahan kita"
Younghoon menyenderkan badannya didinding dan menatap Lisa yang sedang menyantap makanannya.
Gadis itu makan sambil menangis. Younghoon ingin sekali memeluk dan menciumnya dan ingin mengatakan 'jangan nangis ada aku disini'. Namun itu cuma bisa dia simpan didalam hatinya.
Younghoon tau apa yang Lisa rasakan saat ini. Kehilangan orang tuanya, Younghoon juga merasakan itu saat ia kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit. Bahkan Younghoon butuh berminggu-minggu untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Younghoon yang masih memperhatikan Lisa yang sedang menyantap makanannya dikejutkan dengan suara bel di apartemennya.
Segera cowok membuka pintu apartemennya cepat. Semenjak menikah dengan Lisa dia lebih memilih tinggal di apartemen.
Pergerakan cowok itu terhenti kala mendapati pria paruh baya berdiri didepannya. Younghoon ingin menutup pintu apartemennya namun tangan pria tua itu menahannya.
"Kasih papa kesempatan buat bicara sama kamu"
"Saya sibuk, mending anda segera pergi dari sini" pria paruh baya itu tersenyum kecut.
"Sebentar saja, papa ingin meminta maaf ke Lisa sebelum papa menyerahkan diri papa kepenjara"
Younghoon yang tadinya berekspresi datar langsung terkejut mendengar ucapannya dari papanya. Namun cowok itu langsung menetralkan ekspresinya lagi dan menuju lantai dua dimana kamar Lisa berada.
Tok... Tok
"Lis, bisa ikut aku bentar? Ada orang yang mau bicara sama kamu" Lisa bangkit tanpa bertanya soal orang yang ingin menemuinya.
Younghoon menghela nafasnya, dan menyusul Lisa ke ruang tamu.
Lisa terdiam menatap orang tersebut. Tangannya terkepal dan matanya memerah. Jadi ini orang yang ingin menemuinya.
Gadis itu menatap pria tua itu tajam dengan sorot mata terluka.
"Maafin om Lisa" Lisa memejamkan matanya dan tangan gadis itu terkepal. "Om kesini mau minta maaf sama kamu sebelum dibawa kepenjara"
Younghoon yang sadar tangan Lisa terkepal lantas menggenggam tangan gadis itu erat. Namun gadis itu tidak menolaknya malah menggenggam erat tangan Younghoon.
"Saya kehilangan orang tua saya karena anda" bisa Younghoon rasakan tangan Lisa berkeringat dingin dan gemetaran.
Pria itu menunduk dan menyesali perbuatannya yang pernah ia lakukan. Karena masalah ini hubungannya dengan anaknya menjadi renggang.
"Maka dari itu saya siap mempertanggung jawabkan perbuatan saya dipenjara nanti. Dan kamu Younghoon tolong jaga Lisa" pria itu mendekat kearah Younghoon dan menepuk-nepuk pundak anaknya dengan sayang.
"Papa gak bisa lama-lama disini, polisi sudah nunggu papa" dan benar saja ada polisi yang masuk kedalam apartemen Younghoon dan memborgol tangan pria paruh baya itu.
"Lisa maafin om sekali lagi, mungkin kamu tau kalau maaf dari saya gak bisa buat orang tua kamu kembali. Dan dengan cara saya dipenjara saya bisa menebus semua dosa-dosa yang pernah saya lakukan" pria itu tersenyum dan mengikuti polisi yang menyeretnya keluar.
Younghoon hanya menatap kepergian papanya dengan sendu. Memang ini hukuman yang pantas yang harus didapatkan papanya. Younghoon melirik Lisa yang masih menggenggam tangannya. Gadis itu tidak menangis namun sorot matanya membuat Younghoon mengerti.
Lisa melepaskan genggaman tangannya.
Younghoon menghela nafasnya. Cowok itu mengeluarkan amplop putih yang ada di laci. Dia gak mau melihat Lisa menderita dan merasa tertekan lagi. Sadar bahwa perjuangannya sia-sia selama ini.
Selama delapan bulan mereka menikah, selama itu pula Lisa tidak pernah mencintainya. Bahkan Younghoon terus yang berjuang untuk mendapatkan cinta dari Lisa.
Pada akhirnya Younghoon menyerah, karena ia tau rasa benci Lisa terhadap keluarganya tidak akan pernah berkurang sedikitpun. Cowok itu menyerahkan amplop putih yang ada ditangannya.
Lisa membuka amplop yang dikasih Younghoon dan membacanya dengan teliti.
"Aku udah urus perceraian kita. Kamu tinggal tanda tangan"
"Mana ucapan kamu dirumah sakit waktu itu?" ucap Lisa membuat Younghoon mengernyit.
"K-kamu denger ucapan aku waktu itu?" tanya balik Younghoon.
"Kamu bilang pernikahan bukalah suatu yang main-main. Dan kamu bakal setia sama pasangan kamu. Mana janji kamu?"
Younghoon baru sadar karena Lisa mengganti bahasanya yang menggunakan lo-gue jadi aku-kamu.
"Aku udah mulai suka sama kamu. Kamu mau kita cerai?"
Younghoon kehabisan kata-katanya dan menatap manik mata Lisa lekat.
"Jadi kamu mau kita cerai? Kamu mau pergi ninggalin aku? Aku udah mulai suka sama kamu Hoon tapi rasa suka aku tertutupi oleh rasa benciku yang besar" kata Lisa lirih.
Tanpa aba-aba Younghoon menarik Lisa kedalam pelukannya. Lisa juga tak kalah erat memeluk Younghoon.
"Mari kita mulai dari awal" bisik Younghoon yang diangguki Lisa.
Surat cerai yang ada ditangan Lisa dirobek oleh Younghoon menjadi potongan kecil.
"I love you my husband"
"I love you my wife too" Younghoon mencium kening Lisa lama.