Akhirnya, Kenzo dan Arya mengikuti Jen dengan menggunakan kendaraan masing-masing. Sebab perempuan itu tadi pergi tanpa sepatah kata pun. Bagi Jen, Minggu adalah hari di mana ia bisa mengistirahatkan otaknya. Namun, hari ini ia justru dibuat pusing dengan kehadiran tiga orang yang tidak diinginkan.
Arya dan anaknya serta Kenzo. Tiga beruang saja sudah menyusahkan hidupnya, haruskah ditambah lagi dengan dua orang dewasa yang saling memperebutkan perhatian?
Jen membiarkan kedua laki-laki itu di luar tanpa menegur keduanya atau mengajak mereka masuk. Mereka cukup mengerti untuk menunggu di mobil masing-masing. Kenzo sebetulnya agak kesal karena Arya sepertinya tidak melihat dia sebagai kekasih Jen. Seharusnya pria itu tidak mendekati kekasih orang lain bukan?
Entah bagaimana bisa, mobil mereka berjejeran, sehingga keduanya bisa saling melihat.
"Mas Arya udah tahu kan kalau Jen udah punya pacar?" Kenzo berusaha menanyakan ketidakmengertiannya. Agak lebih keras agar bisa didengar oleh Arya yang sedang fokus dengan tabletnya. Seperti sedang membaca sesuatu.
"Iya, saya tahu," jawab Arya pendek.
"Kenapa masih mendekati Jen kalau tahu dia udah punya pacar?"
Arya menghela napas, kemudian menaruh tabletnya dan membalas tatapan Kenzo. "Kamu takut Jen berpaling?" tanya Arya setenang mungkin, Kenzo terdiam, tidak bisa menjawab. Ingin berkata iya, tetapi ia tahu Jen tidak semudah itu berpaling. Ingin berkata tidak, nyatanya hubungan mereka masih di sini-sini saja sejak dulu.
"Kalau kamu yakin Jen nggak akan berpaling, kamu yakin Jen mencintaimu, maka seharusnya kamu tenang, Ken. Kamu justru harus bersyukur sama saya karena menguji perasaan Jen untuk kamu. Iya, kan?"
Kenzo membenarkan apa yang Arya katakan sebetulnya, tetapi yang tidak ia mengerti adalah mengapa Arya masih mendekati seseorang yang sudah memiliki kekasih. "Saya tahu betul tentang itu, tapi kenapa Mas Arya deketin Jen yang udah punya pacar?"
Arya terkekeh. "Sejak pertama melihat Jen marah-marah sama Agya dan Ziba. Seketika itu saya ngerasa kalau Jen akan menjadi ibu yang baik dari anak-anak saya. Jen belum ada yang memiliki sekalipun dia pacar kamu, kan? Dia masih bisa memilih dan kita semua punya kesempatan yang sama untuk memperjuangkan hati masing-masing. Soal Jen mau membuka hatinya atau enggak, itu hak dia bukan?"
Kenzo ingin marah, tetapi dia tahu apa yang Arya katakan tidak salah. Lagi pula Kenzo bukan tipe orang yang suka mencari ribut dengan orang lain. Karena itu Jen menyukainya, sisi positif dari Kenzo yang membuat Jen mau menjalin hubungan dengan lelaki itu sebab Kenzo pasti tidak akan mendebat perempuan itu. Paling-paling, ia hanya akan mengatakan apa yang tidak disukainya.
Mereka menunggu Jen sembari melakukan apa yang masing-masing sukai. Tak lama setelah itu Jen keluar dengan membawa tas kotak hitam berisi makanan untuk anak-anak di rumah dan untuk tiga orang dewasa. Ia menaruhnya di mobil, lalu melajukan mobilnya ke pasar terdekat.
Memang, Jen memilih kafe yang dekat dengan pasar, supaya berbelanja apa pun bisa jauh lebih gampang. Arya dan Kenzo yang tidak pernah ke pasar, bingung dengan banyak orang yang berjalan cepat. Bahkan sesekali ada orang yang mengangkat barang dan meminta semua orang minggir. Arya jadi pusing dan tidak tahu harus belanja apa, jadi dia hanya mengekor saja.
Jen membeli kentang tiga kilo, ia tahu itu kesukaan Ziba. Ia juga membeli ayam utuh yang sudah dipotong-potong. Kemudian sayuran dan buah-buahan. Bumbu-bumbu dapur dan rempah-rempah.
Melihat Jen dengan barang belanjaannya yang banyak, Arya yang sudah lebih dulu dekat dengan Jen menawarkan diri untuk membantu. Jen awalnya tidak mau, tetapi Arya tak ambil pusing dan mengambil bawaan di tangan Jen.
Kenzo yang melihat itu juga mengambil satu tas lagi di sebelah tangan Jen. Sehingga perempuan itu tidak membawa apa-apa. Ia melongo melihat kedua pria di depannya berebut seperti itu. Memangnya dengan membawakan barang belanjaannya, ia jadi tidak marah apa?
Jen menggeleng-geleng lalu keluar dari pasar. Arya dan Kenzo mengekori perempuan itu, memasukkan belanjaan Jen ke bagasi yang sudah perempuan itu bukakan lebih dulu.
"Makasih buat bantuannya." Meski kesal, Jen tidak bisa menutup mata bahwa keduanya telah membantu. Dia harus berterima kasih untuk semua bantuan yang ia dapatkan siapa pun yang memberikannya. Tidak peduli itu orang yang ia sukai atau orang yang tidak ia sukai.
"Kamu setiap belanja sebanyak itu, Yang?" tanya Kenzo.
Jen mengangguk. "Heem, kenapa?"
"Nggak berat? Kamu bisa ajak aku lho."
Jen terkekeh geli. "Apa harus nungguin kamu libur, Ken? Kamu nggak setiap hari libur dan aku belanjanya bisa kapan aja lho. Yakin sanggup kalau kuajak?"
Kenzo mengulum bibirnya dan menggeleng pelan.
Mereka masuk ke mobil masing-masing untuk pulang ke rumah Jen. Sesampainya di sana, Kenzo dan Arya tidak membiarkan Jen susah payah membawa barang-barangnya. Mereka berdua saling membawa masing-masing satu bawaan Jen. Sedangkan perempuan itu hanya membawa tas hitam berisi makanan dari kafe saja.
Di dalam rumah Sanee, Ziba, Agya, dan Lando sedang menonton TV di ruang tamu. Mereka memang sedang menunggu Jen karena sudah lapar.
"Papa," teriak Lando. "Laper," rengeknya. Agya melihat Lando yang bisa dengan mudah merengek seperti itu. Ia kemudian melihat Jen dan menimbang-nimbang bisakah ia merengek seperti Lando? Bagaimana nanti tanggapan Jen? Lalu ia memutuskan untuk tidak mengikuti Lando.
"Kak Jen, mau masak atau mau pesen makan? Kami udah laper," kata Sanee. Anak remaja itu melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih tiga menit.
Jen ke belakang lalu menyuruh Arya dan Kenzo untuk menaruh belanjaan tadi ke dapur. Anak-anak mengikuti ketiga orang dewasa yang baru pulang itu. "Abis ini makan, Kakak beresin belanjaan dulu, sama nata makanan ke meja. Kalian udah mandi? Lando mandi, kan?" tanya Jen tetap dengan melakukan aktivitasnya berberes-beres tanpa melihat ketiga anak itu.
"Udah, Tante. Aku udah mandi di kamar Agya tadi."
Jen mengangguk-angguk senang, mendengar anak-anak itu sudah selesai mandi semua. Entah kenapa perasaannya jadi senang. Padahal dia sendiri belum mandi. Kenzo mengambil satu kursi lagi dan duduk di sana seperti yang lainnya duduk. Tinggal Jen yang masih mengambil piring-piring dan menatanya di atas meja.
"Wah." Ziba berdecak senang melihat ayam panggang tersaji di atas meja. Matanya hanya fokus di sana dan tidak peduli dengan sayuran yang lumayan banyak Jen bawa dari kafe untuk dimakan mereka semua.
Jen membagi nasi di piring masing-masing dari mereka, lalu mengambil botol minum dan gelas untuk masing-masing. Baru terakhir ia melayani dirinya sendiri. Namun, mereka juga menunggu Jen, sehingga ketika Jen sudah selesai baru mereka semua makan bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Lajang (Completed)
RomanceSeorang pria yang sudah memiliki anak mendekati Jen saat perempuan itu mengantarkan adiknya ke sekolah. Tentu saja Jen berpikir jika pria itu sudah beristri, karena tidak semua pria adalah duda. Apalagi Jen sudah memiliki kekasih. Namanya Mas Arya...