Pertengkaran

1.7K 173 1
                                    

Usai makan Arya, Lando, Sanee, Ziba, dan Agya menonton film di ruang tamu sedangkan Jen dan Kenzo mencuci piring. Jen yang mencuci sedangkan Kenzo yang membilas. Keduanya tampak berbincang asik, sesekali tertawa, sesekali Kenzo terlihat mendekatkan tubuhnya pada Jen untuk menggoda perempuan itu. Semuanya dilihat oleh Arya dengan jelas dari ruang tamu.

Andai tadi Ziba tidak menyeretnya paksa ke sini, ia pasti sedang ada di antara kedua orang itu, agar mereka tidak bisa bermesra-mesraan di sana. Arya mengembuskan napas kesal, walau seharusnya dia tidak perlu kesal karena wajar saja bagi Jen atau Kenzo untuk saling melempar perhatian seperti itu karena keduanya sepasang kekasih.

Usai mencuci, Jen dan Kenzo ikut bergabung di ruang tamu. Kenzo merasa ini sudah waktunya bagi Arya untuk pulang karena sudah malam.

"Apa Mas Arya enggak pulang? Maaf, bukan bermaksud mengusir, tapi ini udah malem." Kenzo melihat jam di pergelangan tangannya dan benar saja sudah menunjukkan pukul sembilan lebih sepuluh menit.

Arya melihat Lando dan memberi isyarat pada anaknya untuk pulang, tetapi Lando sepertinya enggan.

"Lando nginep aja di sini ya?" celetuk Agya yang tidak tahu kondisi ketiga orang dewasa yang sedang kejar-kejaran perasaan itu.

"Lando mau nginep tapi Papa juga ya?" rengek Lando pada Arya.

"Kita pulang, Sayang. Kapan-kapan main ke sini lagi, oke? Besok juga ketemu sama Agya di sekolah." Lando mengangguk lemah lalu berdiri diikuti oleh Arya. Jen sebetulnya senang-senang saja dengan Lando, dia anak yang manis dan sopan, yang paling penting Lando tidak berisik seperti ketiga adiknya.

Namun, demi menghargai Kenzo dan memang tidak baik apabila Arya menginap di rumahnya, maka keputusan untuk pulang adalah yang terbaik. Jen hendak berdiri untuk mengantar Arya dan Lando. Dicegah oleh Kenzo.

"Biar aku aja, Yang." Jen mengangguk-angguk.

Di depan rumah, Kenzo memanggil Arya sebelum pria itu masuk ke dalam mobilnya. Tidak menyadari bahwa Agya dan Ziba mengikuti mereka dari belakang dan melihat dari depan pintu rumah.

"Mas Arya, bisa nggak jangan sering-sering ke sini? Saya mengerti kalau semua orang berhak memperjuangkan perasaannya selama janur kuning belum melengkung. Tapi, Jen pacar saya. Saya tidak nyaman dengan kehadiran laki-laki lain."

Belum sempat Arya menjawab. Ziba menyeletuk, "Om Arya boleh ke sini kapan aja. Ini rumah kami dan kami nggak keberatan," katanya sembari menatap Kenzo tajam. Sejak awal, dia memang tidak suka dengan Kenzo karena membuat Jen lupa untuk menjemput mereka. Sedangkan Arya menolong mereka sehingga bisa pulang dengan selamat.

"Iya, Kak Kenzo nggak boleh bilang begitu ke Om Arya," sahut Agya.

Kenzo tidak bisa berkata-kata. Tidak mungkin ia memarahi anak kecil bukan?

"Bukan begitu Agya, Ziba." Namun kedua anak itu tidak mau mendengar dan berlalu masuk ke dalam rumah. Belum selesai keterkejutan Kenzo, Arya memilih untuk pamit karena tidak mau menanggapi permintaan Kenzo.

Kenzo masuk ke dalam rumah, ia melihat Agya dan Ziba menatapnya kesal.

"Kak Kenzo nggak boleh ngelarang Om Arya ke sini," kata Ziba tiba-tiba membuat Jen bingung.

"Kenapa Ziba?"

"Kak Kenzo ngelarang Om Arya ke sini, Kak," kata Agya kesal.

"Kalau Kak Kenzo nggak suka Om Arya di sini, mending Kak Kenzo jangan ke sini." Ziba semakin memojokkan Kenzo dan laki-laki itu hanya bisa diam dengan wajah yang memanas karena malu dan kesal sekaligus.

"Cukup Ziba! Kamu jangan kurang ajar ya! Kamu masih kecil Ziba, udah berani bentak-bentak orang yang lebih tua dari kamu? Itu yang namanya sopan santun? Iya?" tanya Jen kesal. Matanya membulat dan hidungnya kembang kempis. Dia berdiri dan melototi Agya serta Ziba.

Sanee hanya bisa diam dan tidak mampu melakukan apa pun ketika Jen sudah murka begitu. Ia hanya berharap agar amarah Jen tidak membludak.

"Kak Jen pilih kasih banget ya," lirih Agya sembari menatap mata Jen lekat-lekat, matanya berkaca-kaca. "Apa salahnya kalau kami mau senang-senang? Om Arya sama Lando di sini buat kami berdua, jadi temen kami. Apa karena Kak Kenzo pacarnya Kek Jen jadi Kakak bela dia?"

"Agya kamu-"

"Kakak nggak tahu, kan? Lando setiap hari cerita sama aku kalo dia kesepian di rumah, papanya kerja, dia sendirian. Dia nggak punya ibu, Kak. Sama kayak kita yang udah nggak punya Ayah. Kak Jen benci banget ya sama kami sampek nggak suka lihat kami seneng?"

"Agya, ayo kita ke atas." Sanee menarik tangan Agya dan Ziba untuk berdiri. Jen terdiam, dia tidak bisa menjawab lagi. Amarahnya berada di puncak, tetapi nuraninya tersentuh, ia merasa seolah dia yang paling jahat di sini.

Setelah adik-adiknya pergi, Kenzo menuntun Jen untuk duduk. Menenangkan perempuan itu dengan mengelus punggungnya. "Jen aku minta maaf karena buat kamu berantem sama Agya dan Ziba. Aku minta maaf, aku nggak bermaksud begitu," kata Kenzo sembari menggenggam tangan Jen yang masih terdiam.

"Aku minta maaf karena udah lancang nyuruh dia nggak ke sini," kata Kenzo lagi.

Jen menghela napas panjang lalu menatap mata Kenzo. "Aku tahu ini juga susah buat kamu. Kamu pasti juga nggak nyaman dengan adanya dia di sini, Ken. Aku berterima kasih karena kamu udah bersabar. Mungkin Agya sama Ziba udah merasa deket sama Arya jadi nggak suka kalau kamu ngelarang dia ke sini. Aku minta maaf karena adik-adikku udah nggak sopan ke kamu."

Kenzo mengangguk dan memeluk Jen. Melihat Jen didekati oleh pria lain hatinya bergejolak, seperti tidak rela jika akhirnya senyum Jen untuk lelaki lain. Senyum yang ia dapatkan susah payah. Hubungan yang ia perjuangkan mati-matian.

"Aku cinta kamu," kata Kenzo lirih. Jen tersenyum, sudah lama dia tidak mendengar kalimat itu dari mulut Kenzo. Bahkan ia berpikir bahwa barangkali Kenzo sudah lelah dengannya yang tidak menentu.

"Udah lama aku nggak denger itu dari kamu, Ken." Ken mengangguk-angguk dan mengecup kening Jen.

"Mulai hari ini, aku akan ingetin kamu dan diriku sendiri, kalau ada cinta di hubungan kita. Iya kan, Jen?" Ken meminta Jen menjawab pertanyaannya dengan menatap mata perempuan itu, untuk meyakinkan hatinya.

"Iya, Ken. Nggak mungkin enggak, kan?"

Kenzo tersenyum dan sedikit lega. Setidaknya hati Jen memilihnya. Ia hanya perlu merawat itu baik-baik, agar Arya tidak bisa merebut hati itu dari dirinya. "Soal Arya. Bisa nggak kamu jangan terlalu deket sama dia, Jen?" tanya Kenzo hati-hati.

Jen tediam, sepertinya ini permintaan yang sulit.

"Aku rasa dia punya perasaan ke kamu," kata Kenzo sembari mengeratkan pelukan mereka. Jen hampir saja tersedak jika sedang minum saat ini. Arya memang menyukainya, bahkan sejak pertama bertemu sudah mengutarakan perasaan. Namun, Jen tidak perlu menambah beban di hati Kenzo, kan? Dengan mengatakan kalau Arya menyukainya sama saja membuat Kenzo tidak tenang.

Sebab Jen tidak bisa berjanji untuk tidak berhubungan dengan Arya sama sekali.

"Kamu tahu kan, Ken, kalau adik-adikku suka sama Arya dan anaknya?" Kenzo tidak menjawab, ia hanya mengembuskan napas berat dengan masih memeluk Jen. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa Jen adalah miliknya.

Keresahan Kenzo tidak menemukan titik terang. Agaknya ia harus berjuang lagi sekarang. Mungkin ini karma dari semesta untuknya karena dengan mudahnya merasa tidak lagi menyukai Jen. Sekarang ia tahu meski bukan dirinya yang berjuang, akan ada banyak pria yang dengan senang hati akan memperjuangkan Jen.

Tidak Lajang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang