Chapter 2

9.9K 566 12
                                    

Kyra pikir ucapan Ezra saat di pernikahan Gio saat itu hanyalah gurauan biasa. Namun ternyata, dosen di kampusnya itu benar-benar serius dengan ucapannya. Tak butuh waktu satu minggu, Ezra mendatangi rumah orang tua Kyra untuk meminta izin meminang anak gadisnya.

“Kamu serius mau sama anak saya?” Pertanyaan pertama yang terlontar dari Fikri—ayah Kyra.

Ayah Kyra ini bukan macam orang tua yang galak pada bakal calon menantunya. Beliau terbilang santai soal pasangan untuk anaknya. Ya, minimal bisa menyelesaikan sepuluh buku TTS tanpa searching di mesin pencarian dan tidak bertanya pada siapa pun.

Menurut Fikri, jika bisa menjawab soal TTS tanpa kendala, itu artinya si bakal calon ini merupakan orang yang dapat berpikir saat menghadapi masalah. Memang, tidak bisa menjadi patokan sepenuhnya. Karena pada dasarnya, seluruh keputusan perihal pasangan hidup itu adalah anaknya sendiri.

“Kyra bisanya cuma foto selfie, nggak bisa masak. Nggak apa-apa kamu kalau sarapan sama foto selfie?” Pertanyaan Fikri selanjutnya berhasil membuat Kyra mendengkus. Ini merupakan sindiran halus.

“Ayah!” keluh Kyra dengan mengerucutkan bibirnya. Ia merasa malu di hadapan Ezra.

Sementara itu, Ezra hanya tersenyum menanggapinya. Mata elang pria itu menatap Kyra yang malu-malu. Sungguh menggemaskan. Pandangan Ezra kembali berfokus pada Ayah Kyra.

“Mungkin akan terdengar klise, kalau saya mengatakan akan menerima apa pun kekurangan Kyra. Tapi itu memang kenyataannya, Pak. Memiliki kekurangan bukan suatu kesalahan,” jawab Ezra dengan lugas.

Fikri mengangguk mengerti. Ia menoleh ke arah Ezra dan Kyra secara bergantian. “Kamu tahu, kan, pekerjaan yang dilakukan anak saya? Bagaimana kamu menyikapi perihal kegiatan Kyra yang sering terekspos media?”

“Memintanya untuk berhenti sama saja saya mengurung Kyra. Saya tahu, pekerjaan ini Kyra lakukan dengan bahagia, dan dia sangat mencintai pekerjaannya. Saya tidak akan melarang, tapi saya pikir Kyra sudah siap dengan segala risikonya.”

***

“Pak, ada salam dari Sani, katanya makin ganteng aja,” ucap Kyra sambil membalas beberapa direct message yang masuk.

Membalas pesan dari fans merupakan kegiatan Kyra saat sedang tidak ada kerjaan. Sambil membunuh bosan—karena Ezra sibuk dengan laptopnya, kini Kyra pun menyibukkan diri dengan meng-scroll-love-comment beberapa postingan di Instagram.

Ezra hanya berdeham tanpa menjawab. Laptop di hadapannya lebih penting daripada ocehan istrinya—yang mendadak menjadi pembaca salam-salam. Ia harus mengerjakan beberapa materi untuk mengisi di masa cutinya yang diperpanjang.

Sebenarnya cuti ini bukan permintaan Ezra, tapi Kyra memaksa Ezra untuk memperpanjang cutinya lima hari. Alasannya, karena Kyra mendapat hadiah pernikahan, paket honeymoon di pulau Belitung dari salah satu partner kerjanya. Alhasil, Ezra kembali mengajukkan cuti mendadak. Beruntung, pihak kampus langsung mengijinkan. Ini berkat kinerja Ezra yang tidak diragukan.

“Pak, saya bosen,” keluh Kyra dengan membaringkan tubuhnya di sofa. Handphone yang sejak tadi dimainkannya tergeletak begitu saja di atas meja.

Baru kali ini Kyra merasakan bosan pada handphonenya sendiri. Padahal wanita itu bekerja hampir seharian penuh tak jauh dari handphone. Kyra bangkit dari duduknya, ia membiarkan Ezra sibuk dengan pekerjaannya dan memilih untuk pergi ke kamar.

“Kamu mau ke mana?” tanya Ezra—saat Kyra menapakkan kakinya di anak tangga.

Kyra berhenti, lalu menoleh ke arah Ezra. “Mau tidur!” jawabnya sedikit ketus.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang