Chapter 6

4.9K 331 18
                                    

⚠️agak hati-hati aja, sih🌝

“Nanti Mas Ezra nggak usah jemput, ya,” ucap Kyra dengan nada lemah, sesaat setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan sebuah studio foto.

Ezra mengangkat sebelah alisnya. Jujur saja, Ezra merasa khawatir karena sepanjang jalan tadi Kyra memilih untuk bungkam, dan hanya berbicara seperlunya. “Kenapa?”

Kyra menggeleng dan terdiam beberapa saat. “Aku pulang bareng Fanny. Mau beresin basecamp.”

Kyra dan Fanny baru saja menyewa sebuah rumah kecil yang jaraknya berada di tengah-tengah antara rumah mereka. Rumah kecil itu akan dijadikan kantor ala-ala oleh keduanya.

“Boleh,” ucap Ezra menyetujui.

Tak ada perubahan dari wajah Kyra. Wanita itu masih terlihat murung. Bahkan saat berpamitan untuk turun pada Ezra. Sebelum pintu mobil terbuka, Ezra menarik bahu Kyra untuk berbalik ke arahnya dan memeluk sang istri sebisanya.

“Nasi goreng seafood bakar sepertinya nggak buruk.”

Bahu Kyra bergetar seketika. Ia meluapkan tangis yang sejak tadi ia tahan dalam pelukan Ezra. Pagi ini, ia merasa benar-benar buruk. Nasi goreng seafood yang ia kira akan menjadi andalannya, justru bersifat sebaliknya.

Setengah bagian dari nasi goreng itu berubah menjadi warna hitam. Bukan, ini bukan karena kecap, melainkan karena api yang terlalu besar membakar wajan. Nasi goreng buatan Kyra setengah gosong. Hal ini membuatnya sedih karena gagal membuat nasi goreng spesial untuk suaminya.

“Harusnya Mas Ezra nggak perlu abisin masakan nggak layak itu!”

Kyra marah. Bukan pada Ezra, tapi pada dirinya sendiri. Ia kesal karena tidak bisa mencegah Ezra untuk berhenti memakan masakannya yang lebih terlihat seperti seonggok sampah.

“Layak, Kyra,” ucap Ezra dengan lembut tapi tegas. Pria itu mengusap-usap punggung Kyra yang masih bergetar. “Masakanmu enak, Ra. Saya nggak bohong. Meskipun sedikit gosong, untuk ukuran masakan yang dibuat sama pemula kayak kamu itu udah enak, kok.”

“Tapi aku nggak enak, Mas. Kalau Mas Ezra sakit perut gimana? Berasa ngasih racun aku tuh, Mas!”
Suara Kyra seperti terjepit. Isak tangisnya semakin membuncah. Yang hanya bisa Ezra lakukan adalah memeluk erat tubuh mungil istrinya sambil mengusap punggung rapuh itu.

Isak tangis Kyra perlahan mereda. Wanita itu terlihat lebih tenang dalam pelukan Ezra. Menyadari hal itu, Ezra melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Kyra yang basah dengan kedua tangannya.

“Dengar saya baik-baik, Kyra.” Ezra menatap Kyra lekat-lekat. Jemari panjangnya membelai pipi sang istri yang basah. Menyingkirkan anak-anak rambut yang menempel di wajah istrinya itu. “Saya senang kamu sudah mau repot-repot mempelajari hal yang belum biasa kamu lakukan. Meskipun nggak sesuai ekspektasi, bukan berarti realitasnya seburuk itu, Ra.”

“Tapi…”

Kyra tidak melanjutkan perkataannya karena Ezra tiba-tiba membungkam mulutnya dengan cara yang tak terduga. Keduanya terlarut dalam sebuah tautan yang penuh dengan kelembutan.

“Saya tunggu masakanmu selanjutnya, Ra,” bisik Ezra dengan terengah, setelah melepaskan tautannya yang berlangsung sekitar lima menit.

Embusan angin dari keduanya saling menggelitik karena jarak yang begitu dekat. Sebelum menjauhkan wajahnya, sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Kyra.

“Nanti Mas Ezra tekor, nggak apa-apa? Karena masakanku nggak gratis,” ucap Kyra yang sebenarnya menahan malu. Wajahnya terasa panas. Bisa dapat dipastikan bahwa wajahnya memerah kini.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang