Chapter 16

3.2K 230 42
                                    

Pagi ini adalah pagi yang cerah bagi Kyra. Saking cerahnya, wanita itu terus menerus menyunggingkan senyum. Kebahagiaannya sedang ada di level paling tinggi sekarang.

Seperti biasa, Ezra mengantar Kyra ke basecamp sebelum akhirnya ia pergi ke kampus untuk mengajar. Sementara Kyra memang ada jadwal pagi untuk mengurus produk-produk yang akan diiklankan dan ada pemotretan di siang hari.

Kyra menyesap cokelat instan yang baru saja ia seduh di dapur. Sambil mencomot beberapa potong cookies yang selalu tersedia di toples.

“Lo kenapa, njir, senyum-senyum sendiri? Serem gue,” sambar Fanny dengan bergidik ngeri, karena sejak tadi Fanny melihat senyum Kyra tidak pernah luntur. Ini cukup aneh baginya.

Tak menggubris, Kyra masih tersenyum sendiri sambil mengelus-elus perutnya yang masih datar. Jujur saja, sebenarnya Kyra masih tidak percaya bahwa di rahimnya kini ada buah cinta darinya dan Ezra.

“Lo laper? Usap-usap perut terus. Lo mau makan apa? Biar sekalian gue suruh si Ken buat beli,” ucap Fanny yang keheranan melihat Kyra mengelus perutnya. Kebiasaan wanita itu tiap kali merasa lapar.

Fanny merasa aneh dengan tingkah Kyra hari ini. Padahal beberapa hari ke belakang, anak itu sensitifnya minta ampun. Sementara hari ini, bawaannya terlihat begitu bahagia.

“Gue ingin lotek Ceu Mar, deh.” Bayangan sayuran diguyur bumbu kacang tiba-tiba melintas di kepala Kyra. Ini membuatnya semakin tak kuasa menahan lapar.

Fanny membulatkan mata, apa ia tidak salah dengar? “Hah? Seriusan lo? Nggak kejauhan apa belinya harus ke pinggiran kota?”

“Tapi gue ingin banget, Fan. Kangen nggak, sih, sama bumbu kacangnya?” balas Kyra dengan mata yang berbinar. Ia begitu bersemangat membicarakan makanan favoritnya itu.

“Ya, emang ngangenin, sih. Tapi lo kira-kira aja, Ra. Mana tau si Ken daerah sana. Anak kotaan banget, kan, dia.” Fanny tanpa sadar memijat pelipisnya. Ia tiba-tiba merasa pusing sendiri, mengingat Ken tidak bisa diandalkan soal permintaan Kyra saat ini.

“Ya udah, sama lo aja, sih, ke sananya. Lo kan udah hatam banget, secara itu daerah kita pada masanya,” jawab Kyra santai. Jangan lupakan, seringaian jail terbit di wajah cantiknya.

Fanny bergidik. Ia sedikit melirik ke arah Ken yang sedang sibuk dengan kameranya dengan posisi beberapa meter dari mereka. “Dih! Males ah gue berduaan sama si Ken. Bisa darting, anjir!”

“Kurang-kurangi ngomong kasar, Fan. Kasian bayi gue,” keluh Kyra sembari mengusap perutnya yang masih terlihat datar. Tak lama, wajahnya berubah penuh permohonan, mata Kyra pun berkedip-kedip polos, “Please, ya, Fan. Kayaknya gue ngidam, deh, ingin loteknya Ceu Mar.”

“Hah? Bayi? Ngidam? Apaan, sih, lo?” Fanny mencoba mencerna apa yang baru saja sahabatnya katakan itu. Apa ia tidak salah dengar? Fanny menatap wajah dan perut Kyra secara bergantian. Melihat senyuman lebar yang tersungging di bibir Kyra membuat Fanny menyadari sesuatu. Pupil mata Fanny melebar, “Eh, bentar-bentar. Lo bunting, Ra?”

Kyra berdecak sembari memelototkan matanya ke arah Fanny, “Hamil, Fan. Bunting-bunting, lo pikir gue apaan?”

“Lo beneran hamil, Ra? Anak Pak Ezra ada di perut lo?” tanya Fanny yang masih tak menyangka dengan fakta yang baru ia ketahui beberapa detik yang lalu.

“Ya iya, lah, gila kali lo. Emang anak siapa lagi?” ucap Kyra dengan mengelus-elus perutnya lembut.

Kali ini Fanny terlihat membulatkan mata. Menatap Kyra dengan tatapan tak percaya. “Huaaa! Ini seriusan? Sahabat gue satu-satunya ini beneran hamil? Seorang Kyra yang manjanya super sekali, mau jadi seorang Ibu? Nangis, nih, gue!”

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang