Menyesal.
Perasaan itu terus berkecamuk di benak Kyra setelah ia merasakan sakit yang begitu hebat saat ia terjatuh dari pohon mangga. Ia bahkan tidak peduli dengan luka gores di tangan kiri dan pelipis. Yang menyita perhatian Kyra adalah nyeri yang tak tertahan di perutnya. Ia sadar bahwa ada nyawa anaknya yang terancam.
Bodoh! Kyra terus merutuki diri. Seharusnya ia sedikit bersabar untuk menunggu kedatangan Ezra, bukan justru mengikuti hawa nafsunya untuk menaiki pohon mangga yang cukup tinggi itu. Akibat dari keegoisan Kyra, justru anaknya-lah yang menjadi korban.
Hanya demi beberapa buah mangga muda, ia bertingkah bodoh yang mengancam nyawanya dan calon buah hati. Sangat egois, bukan?
Andai saja Kyra tidak gegabah. Andai saja ia bisa menahan keinginannya. Andai saja ia sabar menunggu kedatangan Ezra.
Andai saja semua itu tidak terjadi, mungkin saat ini sang calon bayi masih bergelung hangat di rahimnya.
Andai saja…
“ARGH!”
Kyra mengacak-acak rambutnya frustrasi. Isak tangis yang sempat berhenti beberapa waktu—karena kedatangan keluarga—kembali meraung.
“Ra, berhenti!”
Ezra yang baru saja datang usai mengurus beberapa administrasi, sontak berlari ke arah Kyra. Ia mencoba menenangkan sang istri yang tengah memukul-mukulkan kepalanya sembari menangis pilu.
Ezra menyesal. Seharusnya sebelum keluar tadi, ia meminta tolong kepada perawat untuk menemani Kyra sementara ia mengurus administrasi.
Orang tua Ezra sudah pulang, karena Ezra tidak enak jika mereka harus menunggu lebih lama lagi. Sementara keluarga Kyra, mereka sedang berada di perjalanan pulang dari luar kota setelah mendengar kabar keadaan Kyra.
Di kondisi seperti ini, sebisa mungkin Kyra tidak boleh dibiarkan sendiri. Dan Ezra menyesal telah melakukannya.
“Ra, tolong berhenti!” Ezra sebisa mungkin merengkuh tubuh Kyra yang masih belum tenang. Wanita itu kini sibuk memukul-mukul tangannya. Bahkan hampir mencabut jarum infus yang tertancap di tangan.
“KYRA!” bentak Ezra yang tidak tahan lagi melihat sang istri terus melukai dirinya sendiri. Sepersekian detik setelahnya, Ezra menyesal karena sudah membentak Kyra hingga wanita itu mematung seketika.
Ezra melunak. Pria itu segera membawa Kyra ke dalam pelukan dan mengecup berkali-kali puncak kepala wanita itu.
Kyra menangis dalam pelukan Ezra. Bibirnya terkatup tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun dalam hatinya terus meneriakan rasa sesal, sehingga tangis Kyra pun semakin menjadi.
Jika sudah begini, Ezra memilih tidak berbicara apa pun. Yang ia lakukan sekarang hanyalah menenangkan Kyra.
***
“Mami sama Mora udah pulang?” tanya Kyra saat melihat ke sekeliling ruangan tidak ada siapapun dan hanya mendapati Ezra di sana.
Kyra ketiduran setelah minum obat dan tak disadari bahwa ruangan ini sudah kembali hening. Padahal ia senang saat mendengar mama mertua dan adik iparnya berceloteh dan beradu argumen. Pikiran buruknya seketika teralihkan dengan tingkah ajaib mereka.
Kyra sudah jauh lebih tenang sekarang.
Ezra yang tengah menyiapkan potongan buah pun menoleh ke arah Kyra dan mengangguk, “Setengah jam yang lalu.”
Kyra mengangguk mengerti. Wanita itu tak melepaskan pandangannya pada sosok sang suami. Ezra kembali menyiapkan sesuatu, sebelum akhirnya tubuh itu berbalik ke arahnya. Dengan cepat Kyra melihat ke arah yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven
Romance[Pemenang ke-III Kategori Best Script di Event MAC2024 oleh Penerbit Prospec Media] "Mereka benar-benar pasangan yang serasi." "Kyra dan Pak Ezra bersatu, wesss pasti anaknya serbuk berlian, guys!" Uhm... Jadi, apa benar Kyra dan Ezra pasangan yang...