Mungkin kalimat-kalimat yang dilontarkan tante Santi terdengar jahat, namun Kyra tidak menutup mata kalau ia memang belum bisa menjadi istri yang sempurna. Sekalipun itu menyakitkan, Kyra sebisa mungkin menerima dan mencoba untuk memperbaiki diri.
Bukankah balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik?
Setelah kejadian itu, tante Santi langsung meminta maaf pada Kyra. Entah apa yang sudah diucapkan Mami Mona, perubahan drastis tante Santi padanya begitu terasa. Kyra memang sudah memaafkan, tapi mungkin sulit untuk melupakan.
Sejak saat itu, Kyra mulai belajar masak dengan serius. Saat hari libur tiba, ia tidak sungkan datang ke rumah mertuanya untuk belajar masak. Setidaknya ia bisa memasak makanan kesukaan Ezra.
“Bangun jam berapa? Kok nggak bangunin saya?” tanya Ezra yang kini sudah berada di belakang Kyra.
Kyra masih fokus memotong-motong wortel dan kentang yang sudah dikupas, sambil sesekali mengecek potongan daging yang sedang direbus. Hari ini, sesuai rencana, Kyra akan membuat sop buntut untuk bekal Ezra bekerja.
Seperti biasa, Kyra akan mencari resep dua hari sebelum eksekusi, lalu memesan bahan-bahan yang diperlukan ke tukang sayur komplek, yang sering mejeng di lapangan dekat rumah.
“Uhm… serius banget, sih? Saya dikacangin, nih?”
Kyra sudah selesai memotong wortel dan kentang, kemudian mematikan kompor rebusan daging. Ia membalikkan tubuhnya—yang mana langsung berhadapan dengan Ezra. Wanita itu menyunggingkan senyum sehingga menyembulkan lesung pipinya.
Kyra mengecup bibir Ezra dengan cepat, “Good morning, Mas Ezra yang paling ganteng sedunia!” sapanya dengan nada ceria. Tak lupa kedipan genit tercipta di wajah wanita itu.
Kali ini Ezra yang mengecup bibir Kyra. Namun tidak secepat kilat, malah kecupan ini berefek slow motion, “Lanjut di kamar, yuk, Ra?”
Kyra menggeleng cepat. Ini bukan soal masakan yang belum selesai. Tapi…
“Aku nggak mau.”
Ezra sedikit memundurkan tubuhnya agar dapat melihat Kyra dengan jelas. Tidak ada senyum ceria lagi di wajah itu.
“Aku nggak suka karena Mas keluarinnya di luar. Mas Ezra nggak mau aku hamil, kan?” ucap Kyra langsung pada poinnya.
Ini kesempatan Kyra untuk berbicara, setelah beberapa lama ia pendam sendirian. Ia bahkan tidak peduli kalau ini masih terlalu pagi untuk beradu argumen.
Semenjak keguguran saat itu, dan setelah kejadian tante Santi, Kyra ini semakin banyak merenung sendiri. Ia juga merasakan perubahan yang kentara pada suaminya itu.
Bukan perubahan sikap padanya, namun lebih ke urusan skinship atau ranjang. Ezra berubah dan cenderung menghindar.
“Ra?” Ezra terkejut karena pembahasan menjadi mendadak serius. Ia juga tidak menyangka kalau Kyra akan mempertanyakan soal ini.
“Iya, kan, Mas?” Mata Kyra berkaca-kaca. Bahkan wanita itu sudah tidak bisa menahan air matanya. “Mas Ezra nggak mau punya anak dari aku? Aku ibu yang nggak berguna, ya?”
Bayangan itu kembali muncul di benak Kyra. Pikiran-pikiran buruk soal kemampuannya menjadi seorang wanita, istri dan ibu berbaur menjadi satu untuk menyerang. Kepala Kyra mau pecah rasanya. Berisik.
Bukan! Bukan itu!
Ezra ingin sekali meneriakan itu dengan lantang. Namun lidahnya terlalu kelu untuk menciptakan suara. Ini bukan karena ia tidak mempercayai Kyra sebagai wanita. Bukan. Ada banyak hal yang Ezra pertimbangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven
Romance[Pemenang ke-III Kategori Best Script di Event MAC2024 oleh Penerbit Prospec Media] "Mereka benar-benar pasangan yang serasi." "Kyra dan Pak Ezra bersatu, wesss pasti anaknya serbuk berlian, guys!" Uhm... Jadi, apa benar Kyra dan Ezra pasangan yang...