Chapter 32

6.4K 210 41
                                    

"Raaaa, gue harus gimana? Nggak bisa mundur lagi, nih?" rengek Fanny di seberang sana.

Kyra dan Fanny sedang melakukan video call kali ini. Mereka tidak bisa bertemu karena Fanny sedang ada dalam proses pingitan.

Nampak sekali Fanny sedang terlihat panik sendiri, sementara Kyra tertawa puas.

"Sial! Lo malah ketawain gue, njir!" ucap Fanny tak terima. Gadis itu mengusap air matanya berkali-kali.

Kyra tidak menghentikan tawanya, justru semakin terbahak saat melihat Fanny menangis seperti anak kecil. Di matanya, sahabat-yang sok sangar itu tampak menggemaskan. Jarang-jarang, kan, lihat Reog kesurupan Tuyul cengeng?

"Lagian sok keras banget sih lo nggak mau sama si Ken, segitu udah cinta mati juga," ledek Kyra puas apalagi melihat bibir Fanny yang mengerucut, "Marah-marah pas si Ken deket sama cewek lain, tapi malah nangis-nangis pas mau diajak kawin Ken. Nggak paham!" lanjutnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Nikah, njir! Bukan kawin." Fanny meralat kata-kata Kyra yang jelas bikin salah kaprah.

"Sama aja! Ujung-ujungnya kawin juga," balas Kyra tak mau kalah.

"Perasaan lo nggak gini-gini banget dah pas mau nikah sama Pak Ezra. Lah, kenapa gue jadi takut banget sama si Ken? Berasa mau dimasukin ke kandang singa. Hiks-hiks."

Fanny kembali melanjutkan tangisnya. Ia tidak menyangka kalau tinggal menghitung hari, ia akan berubah status menjadi istri seorang Kenneth. Antara siap dan belum siap. Ya, kesiapannya secara mental masih kurang dari delapan puluh persen.

"Itu mah lo nya yang overthinking. Gini ya, gue saranin lo nggak usah mikir yang aneh-aneh soal Ken. Gugup mah wajar, asal kita nggak kebawa perasaan buruk aja," pesan Kyra. Kali ini, Kyra berubah menjadi lebih serius, "Lagian, nih, ya, Ken itu meskipun nyebelin menurut lo tapi dia sayang banget sama lo. Dia juga termasuk cowok yang tanggung jawab. Itu dari kacamata gue ya sebagai sahabat lo."

"Iya kali, ya, guenya kebanyakan mikir yang enggak-enggak. Coba kalo si Ken kayak Pak Ezra, kayaknya gue bakal anteng-anteng aja, nggak akan mewek kayak gini," ucap Fanny dengan tangis yang sudah mereda.

Kyra memelototkan matanya tak terima. "HEH! GILA LO YA, MAU KAWIN MASIH BAWA-BAWA SUAMI GUE!!!"

Ezra yang sedang anteng membuat soal pun terkejut mendengar nada bicara Kyra yang mendadak tinggi, "Ra, ada apa? Kok teriak-teriak?"

"Fanny-nya nyebelin," adu Kyra dengan mengerucutkan bibirnya.

Ezra menggeleng-gelengkan kepala, dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. Sudah biasa bagi Ezra mendengar pertengkaran ala-ala dari Kyra dan Fanny.

"Jiah! Mentang-mentang punya ayang, ngadu aja lo bisanya," ejek Fanny pura-pura sebal.

Kyra mencebikkan bibirnya, "Hilih! Lo juga bentar lagi punya ayang. Nanti apa-apa bilangnya, ayang Kennnn, ayaaaang."

"Dahlah! Gue males ngomong sama lo. Bye!"

Begitu video itu dimatikan, ketika itu pula Kyra kembali tertawa.

***

"HUEEE KENAPA PAPANYA HARUS MATI? NGGAK TEGAAA."

Kyra menangis cukup histeris dalam pelukan Ezra. Hampir sekotak tissue ia habiskan karena menonton film ini.

Ini bukan kali pertama Ezra melihat sang istri menangis heboh seperti ini. Dalam satu minggu terakhir, sebelum tidur Kyra selalu meminta Ezra menemaninya untuk menonton film di laptop. Yang lebih tidak habis pikir, Kyra selalu menonton film yang sama, dengan reaksi yang juga sama.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang