"Mas, aku boleh potong rambut, nggak?" tanya Kyra yang tengah asyik memainkan rambut Ezra-yang sedang merebahkan kepala di pahanya.
Kebiasaan mereka tiap kali mengisi waktu kosong sebelum tidur. Ezra akan merebahkan kepalanya di atas paha Kyra, dan Kyra akan mengelus kepala suaminya itu sampai tertidur. Ya meski pada akhirnya Kyra akan membangunkan Ezra kembali untuk membenarkan posisi. Mentok-mentok, Kyra akan menyeret badan Ezra, jika pria itu tidak terbangun.
"Boleh," jawab Ezra setengah sadar. Usapan Kyra di kepalanya membuat kelopak mata Ezra memberat.
"Beneran, Mas? Aku mau potong rambut, loh." Kyra masih belum yakin dengan jawaban Ezra. Lebih tepatnya ia terkejut, karena suaminya itu membolehkan.
"Ya, potong aja, Ra." Kali ini Ezra membuka matanya yang sudah lima watt itu. Ia menatap Kyra dari bawah, dan memainkan ujung rambut Kyra.
"Mas Ezra nggak masalah?" tanya Kyra lagi. Ia harus mendapat jawaban yang membuat keyakinan untuk potong rambut semakin bulat.
"Selagi kamu suka, saya nggak masalah."
Kyra menggigit bibir bawahnya ragu. Memang tidak alasan pasti Kyra memotong rambutnya, ia hanya ingin mencoba hal baru. Karena seumur hidupnya, rambut Kyra tidak pernah lebih pendek dari sepundak.
Kyra juga sebelumnya sudah sempat berkonsultasi dengan Fanny, khawatir ada iklan yang mengharuskan rambutnya tidak berubah. Tapi setelah di-follow up, tidak ada masalah soal potong rambut.
"Tapi Mas beneran nggak apa-apa, kan? Nggak akan berubah, kan?" tanya Kyra mengungkap keresahannya.
Ezra mengernyitkan keningnya bingung. Pria itu langsung bangkit dari pangkuan Kyra. Lalu membenahkan diri untuk duduk di sebelah istrinya.
"Kok pertanyaanmu gitu?" Ezra menatap Kyra dengan tatapan kebingungan. "Emang saya berubah kenapa?"
Kyra melirik Ezra ragu-ragu. Ia memilin ujung bajunya ketika gugup. "Ya, aku khawatir aja kalau Mas nggak suka sama rambut pendekku nanti. Makanya aku coba tanya Mas Ezra dulu. Kalau Mas keberatan, aku nggak apa-apa, kok."
Mendengar penjelasan Kyra, Ezra tak kuasa menahan kekehannya. Ia bahkan menarik Kyra ke dalam dekapan dan mengusap rambut istrinya itu dengan gemas.
Sembari memainkan pipi Kyra, Ezra menatap wanita itu dengan intens, "Gini, ya, Ra. Kamu boleh pegang ucapan saya dengan baik kalau memang percaya. Saya akan mendukung apa pun yang kamu mau, selama itu membuat kamu nyaman dan tidak merugikan orang lain. Selagi itu sesuai aturan dan tidak melenceng."
"Dan soal rambut, itu adalah bagian dari diri kamu. It's your body. Kamu bisa lakukan apa pun dengan tubuh kamu, dan itu tanggung jawabmu."
Ezra menangkup pipi Kyra yang memilih terdiam dan mendengar penjelasan suaminya. Wanita itu menatap Ezra dengan tatapan tak kalah lembut.
"Kalau yang kamu khawatirkan saya akan berubah karena masalah potong rambut, itu salah besar. Rasa sayang saya ke kamu, bukan karena apa yang ada dalam tubuhmu. Saya menyayangimu karena itu kamu, Kyra Samantha."
Kata-kata yang terungkap dari bibir Ezra membuat Kyra terharu sekaligus takjub. Ia juga merasakan pipinya memerah karena malu.
"Jujur Mas, aku nggak nyangka Mas Ezra jawab sepanjang ini," ucap Kyra diikuti dengan kekehan kikuk.
Ezra menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia seperti salah tingkah karena responnya yang terlalu panjang tadi. Tapi itu memang benar ungkapan dari hatinya yang terdalam. Ia benar-benar tidak mempermasalahkan soal rambut Kyra.
Menutupi salah tingkahnya, Ezra menjawil pipi Kyra dengan gemas, setelah itu mengecupnya secara bergantian.
"Saya tunggu rambut pendekmu, ok?!" ucap Ezra dengan mengedipkan sebelah mata dan mengacungkan jempolnya ke arah Kyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven
Romance[Pemenang ke-III Kategori Best Script di Event MAC2024 oleh Penerbit Prospec Media] "Mereka benar-benar pasangan yang serasi." "Kyra dan Pak Ezra bersatu, wesss pasti anaknya serbuk berlian, guys!" Uhm... Jadi, apa benar Kyra dan Ezra pasangan yang...