Chapter 26

2.9K 204 24
                                    

Sudah hampir setengah bungkus rokok Ezra habiskan dalam waktu beberapa jam saja. Ruang kerja yang tidak begitu besar itu terlihat cukup banyak asap. Ventilasi di ruangan ini tidak terlalu besar, sampai-sampai cukup memakan waktu untuk mengeluarkan asap-asap rokok itu.

Ini puntung ke-enam yang Ezra matikan baranya di atas asbak. Ketika hendak mengambil sebatang rokok lagi, Ezra menghela napas panjang dan terdengar lelah.

Ezra menggeser pematik api dan sebatang rokok itu dengan kasar di atas meja. Mencoba menjauhkan dua benda itu dari hadapannya. Ezra terkekeh kecil dan menatapnya dengan nanar.

"Kyra pasti marah," gumamnya pelan.

Kyra tidak akan suka dengan apa yang sedang dilakukannya saat ini. Wanita itu tidak terlalu suka jika Ezra merokok.

Tapi, kamu membutuhkan ini, Zra!

Suara lain terdengar memenuhi pikiran Ezra yang kalut.

Semenjak menikah dengan Kyra, Ezra memang mengurangi intensitas merokoknya dan mulai melepas perlahan. Tidak sepenuhnya berhasil, namun Ezra akan merokok jika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Itu pun paling banyak hanya tiga batang rokok saja dan jarang terjadi.

Seperti yang terjadi hari ini. Ada hal yang benar-benar mengusik hati dan pikirannya sekaligus. Alhasil, Ezra melampiaskan semuanya pada lintingan-lintingan tembakau tersebut.

Perasaan yang mengganggu itu muncul begitu saja ketika Kyra mengirimkan foto-foto hasil pemotretan tadi. Ezra akui istrinya memang cantik dan berbakat di bidangnya. Tapi... melihat foto sang istri bersama aktor papan atas itu berhasil membuatnya tak suka.

Bukankah itu hal yang wajar jika seorang suami cemburu melihat sang istri berpose mesra dengan laki-laki lain? Memang Kyra melakukan pekerjaannya dengan profesional, tapi tetap saja Ezra merasa tidak nyaman melihatnya. Apalagi setelah tahu yang menjadi partner kerja Kyra itu adalah aktor yang terkenal dengan kedekatan para wanita.

Yang lebih parah lagi, Ezra melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Kyra-sang istri menaiki mobil Rayyan, dan turun di depan rumah mereka.

Yaps, Ezra memang berniat menjemput Kyra tanpa memberitahu terlebih dulu-karena handphonenya tertinggal di kampus. Namun, belum sempat ia bertemu dengan Kyra, ia melihat sang istri masuk ke mobil Rayyan dan mengikutinya dari belakang.

Sejak saat itu, Ezra semakin sulit untuk berpikir positif.

Pria itu menoleh ke arah jam terpajang di dinding. Sudah menunjukkan pukul tiga pagi, dan Ezra sama sekali tidak bisa tidur. Otaknya begitu penuh. Jangankan untuk tertidur, terpejam sesaat pun otaknya terus berpikir.

Ezra bangkit dari sofa di ruang kerjanya. Merenggangkan tubuhnya sesaat, selepas itu Ezra keluar dari ruangan. Dalam pikiran Ezra, ia harus menemui Kyra untuk membuat perasaannya sedikit lebih nyaman.

Cklek!

Tubuh Ezra sedikit tersentak begitu membuka pintu kamarnya. Mata elang Ezra menangkap sang istri sedang terduduk di pinggir ranjang dan mengarah ke arah pintu. Keduanya bertatapan tanpa bersuara selama beberapa detik.

"Ra..."

"Mas..."

Kyra dan Ezra seketika terdiam kembali. Sampai akhirnya, Ezra membuka suara, "Belum tidur?"

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang