“Cntk? Nggak ada yang lebih singkat lagi apa selain ini? Bilang cantik aja kok susah,” dumel Kyra tak habis pikir setelah ia membaca balasan pesan Ezra. Singkat dan tidak ada emoji apa pun.
Kyra mengirimkan beberapa foto hasil photoshoot hari ini pada Ezra. Seperti biasa, sebelum mempublikasikan ke sosial media, Kyra pasti akan menjadikan Ezra orang pertama yang melihat fotonya. Dan balasan suaminya itu membuat Kyra sedikit kesal.
Kyra mengamati foto-foto yang dikirimkan itu beberapa kali. Tidak ada yang salah menurutnya. Ia hanya memamerkan fotonya bersama Rayyan—si aktor terkenal—yang menjadi partner photoshootnya hari ini.
Kyra dan Rayyan dipercaya menjadi model produk fashion untuk sebuah majalah ternama. Saking antusias saat mengetahui siapa yang akan jadi partnernya, Kyra langsung mengambil pekerjaan itu tanpa berpikir dua kali.
Belum sempat Kyra membalas pesan, kepala muncul di balik pintu. Seorang make up artist yang biasa dipanggil Eceu itu memberi kode agar Kyra segera bergegas untuk look berikutnya.
“Ayo, Neng!”
Kyra mengangguk. Sebelum ia benar-benar keluar dari ruangannya, Kyra menghela napas dalam-dalam dan menyunggingkan senyum. Ini adalah salah satu momen terbaik dalam karirnya dan Kyra tidak boleh merusak harinya hari ini.
Semua akan baik-baik saja.
***
Kyra memijit pangkal hidungnya cukup kuat. Ia merasakan pening di kepala, dan tubuhnya terasa remuk. Pemotretan hari ini benar-benar padat, nyaris tak berjeda. Hanya bergaya depan kamera pun, tenyata cukup menguras energi. Alhasil, sembari menunggu pulang, Kyra merebahkan tubuhnya di sofa.
“Ra, ini beneran hp suami lo nggak aktif?” tanya Fanny sembari berulang kali mencoba menghubungi Ezra.
“Itu udah lo buktiin sendiri, kan? Di luar jangkauan terus dari tadi.”
Ini tidak seperti biasanya. Handphone Ezra tidak aktif dalam jangka waktu yang lama, kecuali saat tertinggal di ruang jurusan seperti kejadian lalu. Sejak pesannya yang terakhir, Ezra tidak ada lagi mengirim pesan sampai detik ini dan juga mendadak sulit dihubungi.
Fanny kembali menjatuhkan bokongnya tepat sebelah Kyra. Ia menatap langit-langit dengan meratapi kebingungannya malam ini.
“Lo kalau mau cabut duluan nggak apa-apa, Fan. Gue mah gampang, naik taksi juga jadi,” ucap Kyra yang sudah bisa membaca keresahan Fanny.
Fanny mengalihkan pandangannya ke arah Kyra. Ia merasa tidak enak karena tidak bisa pulang bersama Kyra seperti biasanya. Ada hal penting yang tidak bisa dihindari.
“Gue yang nggak tega biarin lo pulang sendiri, malem-malem pula,” keluh Fanny sembari memijat pelan pelipisnya. “Lagian Pak Ezra ke mana, sih? Pake acara nggak bisa dihubungi. Dia tau, kan, lo ada pemotretan sampe malem?”
Kyra pun mengangkat bahunya. Ia benar-benar tidak tahu dengan keberadaan dan kondisi Ezra saat ini. Hal ini juga yang membuat perasannya merasa tak enak. Apa terjadi sesuatu dengan suaminya?
Kyra menegakkan tubuh, lalu bangkit. “Kayaknya gue harus cabut sekarang, deh. Gue takut Mas Ezra kenapa-napa,” ucap Kyra yang tidak bisa menutupi rasa khawatirnya.
“Beneran ini, Ra? Lo nggak apa-apa, kan?” Fanny merasa tidak enak sendiri.
Kyra mengangguk. Ia menepuk-nepuk pundak Fanny sembari tersenyum, “Lo nggak perlu khawatir, oke?”***
“Terima kasih atas tumpangannya, Mas Rayyan.” Kyra membungkukkan tubuhnya beberapa derajat sebagai ucapan terima kasih juga.
Entah bagaimana ceritanya, saat Kyra akhirnya memilih pulang menggunakan taksi, tiba-tiba Rayyan datang dan menawarkan tumpangan. Karena sudah menunggu setengah jam, taksi tidak kunjung lewat, alhasil Kyra menerima tawaran Rayyan.
Rayyan mengangguk dan tersenyum hangat, “Kalau begitu, saya pamit pulang ya!”
Tak lama setelahnya, mobil yang ditumpangi Rayyan melesat pergi dari hadapan Kyra. Tanpa menunggu lagi Kyra segera membuka gerbang rumahnya. Ia sempat mengernyitkan kening ketika menyadari tidak ada mobil Ezra di pekarangan.
Baru saja hendak menutup gerbang, mata Kyra menyipit saat mendapati sebuah mobil menghampiri rumahnya. Tidak salah lagi, itu adalah mobil Ezra. Kyra kembali melebarkan lagi bukaan gerbang, yang membuat mobil Ezra terparkir sempurna di pekarangan.
“Loh, Mas Ezra baru pulang?” Pertanyaan pertama terlontar dari bibir Kyra, saat sang suami keluar dari kursi kemudi.
Ezra berdeham sambil bergerak maju, yang juga diikuti Kyra di belakangnya.
“Mas, aku teleponin kok nggak diangkat, sih?” tanya Kyra lagi.
Mereka kini sudah berada di dalam rumah. Tanpa disadari, Kyra mengikuti Ezra yang sudah di kamar mereka.
“Ketinggalan.”
Tanpa menoleh ke lawan bicara, Ezra sibuk menyimpan ransel kerjanya di tempat biasa.
Pantas saja teleponnya tidak diangkat. Kyra memokuskan pandangannya ke arah Ezra—yang sejak tadi bersikap tidak biasa. Ia juga mencium aroma yang tidak biasa dari Ezra.
“Mas Ezra ngerokok?” tanya Kyra yang mengendus aroma itu menguar dari kemeja yang digunakan Ezra.
“Hm.”
Memang tidak ada perjanjian atas larangan merokok pada suaminya itu, tapi tetap saja Kyra merasa tak suka. Padahal Ezra tahu kalau Kyra tidak suka perokok.
“Mas, jangan ngerokok lagi, ya?” harap Kyra. Ini kali pertama Kyra melarang Ezra secara terus terang.
Tidak ada jawaban, Ezra melesat masuk kamar mandi dengan membawa baju tidur yang disiapkannya sendiri.
Kyra merasa ada yang berbeda dari suaminya itu. Ini seperti bukan Ezranya seperti biasa.
“Mas Ezra aneh,” gumam Kyra sembari menatap ke arah kamar mandi yang tertutup. Aura yang dipancarkan Ezra mendadak dingin dan membuatnya merasa tak karuan.
Sambil menunggu Ezra membersihkan diri, Kyra merebahkan dirinya ke atas ranjang dan menutup mata. Tubuhnya benar-benar terasa pegal dan lelah.
Mata Kyra seketika terbuka saat sebuah ceklekan pintu terbuka dan aroma Ezra menguar ke seluruh ruangan. Tanpa pikir panjang, Kyra segera bangkit dari rebahannya, dan seketika merasa pening.
Baru saja akan terpesona dengan rambut basah yang menghias di wajah suaminya, Ezra angkat suara.
“Sudah saya siapkan air hangat.”
“Eh?” Kyra mengerjapkan mata terkejut.
“Setelah itu, istirahat,” lanjut Ezra yang sudah membawa beberapa buku.
“Mas mau ke mana?” tanya Kyra saat mendapati suaminya akan pergi ke luar kamar.
“Ruang kerja,” jawab Ezra dengan singkat. Pria itu sempat menatap Kyra beberapa saat, “Tidur dan jangan tunggu saya.”
Setelah itu pintu kamar mereka benar-benar tertutup. Bersamaan dengan itu, Kyra semakin yakin kalau ada yang tidak beres dengan suaminya.
Ezra malam ini terlalu dingin. Terasa begitu asing.
“Apa Mas Ezra marah?” gumam Kyra yang bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia menggigiti kuku sembari berpikir, “tapi karena apa?”To be continue...
Jadi, gimana-gimana? Si Pak Ezra aneh. 😆
Btw, ini salah satu foto yang dikirim Kyra ke Pak Ezra pas pemotretan dengan Rayyan. 😬
Kira-kira, ekspresi Pak Ezra gimana, ya? 🌝
Terima kasih yaaa udah bersedia baca cerita ini. Semoga suka! Borahaeeeee💜
See you on the next chapter!
Luv,
HD💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven
Romance[Pemenang ke-III Kategori Best Script di Event MAC2024 oleh Penerbit Prospec Media] "Mereka benar-benar pasangan yang serasi." "Kyra dan Pak Ezra bersatu, wesss pasti anaknya serbuk berlian, guys!" Uhm... Jadi, apa benar Kyra dan Ezra pasangan yang...