Chapter 22

2.8K 198 30
                                    

“Kenapa, sih, gini banget jadi jomlo?” gerutu Zamora yang sudah tidak tahan melihat keuwuan sepasang suami istri di ruangan Edelweis nomor sembilan ini.

Antara iri dan gemas sendiri.

Zamora menoleh ke arah Gina, “Mi, aku pengen nikah, deh.”

Mendengar permintaan Zamora, spontan Gina menggeplak bahu anak perempuannya itu. “Nggak usah ngawur! Sekolah dulu yang bener! Kayak yang punya pacar aja,” omel Ibu dua anak itu.

Zamora mencebik sebal. Sementara Rana terkekeh geli mendengar perdebatan ibu-anak di sampingnya ini.

“Ini lagi…” Zamora menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya, “… mbak Kyra sama mas Ezra nggak pegel apa pelukan hampir sejam gini? Dari kita keluar dulu, sampai datang lagi, posisinya masih sama. Bener-bener!” gumam Zamora tidak habis pikir.

Saat awal adegan pelukan tadi, Rana, Gina dan Zamora memilih untuk keluar ruangan agar Ezra dan Kyra bisa memiliki waktu berdua. Dan setelah mereka kembali ke ruangan satu jam kemudian, posisi Ezra dan Kyra tidak berubah sedikitpun.

“Udah gitu, mereka nggak sadar ada kita-kita gitu? Apa ini definisi dunia milik berdua yang sesungguhnya? Yabaaaiiii!” celoteh Zamora sembari memijat-mijat kepalanya yang mendadak pening.

“Udah, kamu nggak usah berisik! Mau ngomel sampe berbuih pun, mereka nggak bakal denger,” ucap Gina yang tidak bisa menahan kekehannya.

Kyra dan Ezra nampaknya tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran mereka.

Alhasil, mereka bertiga pun memilih duduk di sofa yang tersedia di sudut ruangan dan melihat drama romantis secara live di sana. Keromantisan ini sudah mengalahkan Song-Song couple. Iya, kan?

***

“Mas mau makan apa? Aku beliin, ya?” tanya Kyra saat melihat Ezra terlihat tak bergairah untuk memakan bubur yang disediakan dari rumah sakit.

Ezra menggeleng, ia menahan tangan Kyra yang hendak bangkit dari ranjang. “Ini aja, nggak apa-apa, kok,” ucapnya namun masih terlihat enggan.

“Beneran nggak apa-apa?” tanya Kyra tak yakin.
Wanita itu menelisik pandangannya ke arah Ezra. Terlihat jelas di wajah suaminya itu bahwa ia tidak suka dengan makanannya.

“Iya, nggak apa-apa, Ra,” balas Ezra. Pria itu  mengambil sendok dan berusaha untuk memakannya.

Kyra segera mengambil alih sendok yang dipegang Ezra, dan mengambil mangkuk di meja yang membentang di ranjang.

“Kalau nggak suka, bilang, ya,” ucap Kyra yang kini tengah menyuapi Ezra.

“Iya sayang.”

Balasan Ezra berhasil membuat semburat merah di wajah Kyra. Wanita itu tampak malu-malu, namum tetap melakukan tugasnya.

Satu persatu suapan masuk ke dalam mulut Ezra. Meskipun tidak terlalu suka, Ezra masih dapat mencernanya dengan baik. Ini semua berkat sang istri.

Pandangan Ezra sama sekali tidak berpaling dari Kyra. Rasanya melihat sosok wanita di depan matanya ini seperti mimpi. Bagi Ezra, satu minggu itu adalah waktu yang sangat lama untuk mereka berdua berpisah. Dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi lagi.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang