Chapter 13

3.4K 259 37
                                    

Jika ada yang bertanya Kyra berada di mana sekarang, tentu saja wanita itu berada di kamar Zamora. Sejak kedatangan gadis itu, Kyra benar-benar dimonopoli oleh Zamora. Entah apa yang mereka lakukan, kamar yang tepat di seberang kamar Ezra itu terdengar berisik oleh tawa dan nyanyian.

Ezra sudah berdiri di depan pintu kamar Zamora. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ini akan menguji kesabarannya, maka dari itu Ezra harus mempersiapkan mentalnya agar kuat menghadapi dua makhluk yang sedang berduet maut itu.

Satu buah ketukan dari Ezra tidak digubris. Seolah pendengaran mereka tertutup oleh dunianya sendiri.

Percobaan kedua jauh lebih keras, tentu saja disertai dengan Ezra yang memanggil Kyra dan Zamora secara bergantian.

“Lama-lama saya bisa ngamuk juga ini,” geram Ezra yang lelah sendiri setelah ketukan ke sekian puluh. Tidak ada gubrisan sama sekali.

Ezra menjadi capek sendiri. Sebenarnya ia tidak melarang jika Kyra bermain dengan adiknya itu, tapi ya ini…  mereka terkadang seperti lupa segalanya.

Apa mereka benar-benar sama sekali tidak bisa mendengar? Seingat Ezra, tembok kamar Zamora pun tidak dilapisi dengan peredam suara.

“Ada apa, sih, Zra?” tanya Gina yang panik sendiri mendengar kegaduhan di lantai atas. Wanita paruh baya itu tanpa pikir panjang mendatangi TKP.

Alis matanya mengernyit saat mendapati Ezra tengah berdiri di depan kamar Zamora dengan memegang segelas susu.

“Mereka mendadak tuli, Mi. Kesel, deh!” adu Ezra yang kesal karena susu yang ia pegang sudah tidak lagi hangat akibat diabaikan selama lebih dari tiga puluh menit di depan pintu.

Gina menggeleng-geleng mendengar aduan Ezra dan mendengar betapa berisiknya dua makhluk itu di dalam.

Gina berkacak pinggang sembari menatap pintu yang banyak dihiasi stiker itu lamat-lamat. Salah satu stiker yang mencuri perhatiannya dengan font custom—yang tidak salah lagi tulisan tangan Zamora.

Princess Zamora Pewaris Kekuatan Bulan.

Bibir Gina melengkung ke atas. Tidak salah lagi, satu-satunya kata kunci agar anak bernama Zamora itu bertekuk lutut.

Ezra yang melihat senyum dan gelagat sang Mami mulai merasa tak enak.

Dan benar saja…

“Dengan kekuatan bulan, Mami akan menghukummu!” teriak Gina dengan tangan yang mengacung sebelah.

Cklek!

Tanpa menunggu beberapa detik, sebuah kepala muncul dari balik pintu itu. Sebuah cengiran polos terpampang di wajahnya. Tak lama, pintu kamar itu terbuka lebar, menampilkan Kyra yang mematung terheran-heran.

“Ada apa ini?” tanya Kyra tanpa sadar.
Matanya membesar karena terkejut melihat suami dan mertuanya sedang berdiri di depan pintu kamar Zamora dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

“Mbak Kyra, waspada! Kayaknya, Mbak harus balik ke kamar Mas Ezra, deh.” Zamora berbisik dengan wajah paniknya. Ia sesekali melirik secara bergantian ke arah Gina dan Ezra.

Melihat Maminya mengembangkan senyum kemenangan, membuat Zamora meringis. Kemudian, gadis itu berbalik dan membawa Kyra ke pada Ezra—alias keluar dari kamar Zamora.

Zamora sudah hapal betul tatapan Ezra yang seperti itu. Sama halnya saat Ezra menghukum Zamora karena bolos les matematika. Kejam dan penuh ancaman.

“Demi kepentingan bersama, dan keselamatan koleksi merch BTS-ku, aku serahkan kembali Mbak Kyra kepada si pemilik hati,” ucap Zamora penuh sesal. Kemudian gadis itu tanpa basa-basi menarik Maminya untuk ikut masuk kamar. “Mas Ezra ribet! Nyebelin!” keluh Zamora tepat berbisik di telinga Gina.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang