Chapter 4

7.4K 395 22
                                    

“WHOAAAAA! KEREN BANGET!”

Kyra ingin menangis rasanya ketika melihat gugusan batu granit raksasa menghiasi bibir pantai dengan pasir putih. Ini pertama kalinya Kyra menginjakkan kaki di pulau Belitung dan ia baru melihat keindahannya secara nyata. Selama ini ia hanya pernah melihat dari postingan beberapa temannya di media sosial.

Deburan ombak yang tenang juga menciptakan atmosfer yang menenangkan dan menyegarkan bagi pikiran. Tempat ini tidak hanya cocok sebagai tempat instagramable, tapi juga sangat pas untuk yang menyukai ketenangan dan butuh rehat sejenak dari hiruk-pikuk pekerjaan yang menumpuk.

Ezra menyunggingkan senyum saat melihat Kyra berlari mendekati batu-batu raksasa itu. Di matanya, istrinya itu seperti anak kecil yang antusias terhadap sesuatu. Polos dan menggemaskan.

“Hati-hati, Ra!”

Ezra segera mendekati Kyra yang nyaris terjatuh karena kakinya yang tersandung. Sementara itu, senyum lebar terpasang di wajah Kyra, yang menandakan tak ada hal serius yang terjadi padanya.

“Saya nggak apa-apa, Pak,” ucap Kyra sedikit panik karena Ezra memilih untuk merangkul pinggangnya. Bukan apa-apa, kedekatan ini tidak baik untuk detak jantung.

Ezra tak menggubris. Pria itu justru menatap Kyra dengan tatapan yang siapapun melihatnya akan meleleh di tempat.

“Pak, lutut saya lemes, Pak,” keluh Kyra yang membuat suaminya itu membulatkan mata seketika.

Kyra dapat melihat wajah panik Ezra, saat pria itu melepaskan rangkulan dan memegang bahu Kyra agar menghadap ke arah Ezra. Pria itu langsung berjongkok untuk memastikan bahwa kaki Kyra tidak apa-apa. Hal ini membuat Kyra terkejut setengah mati.

“Apa ini sakit?” tanya Ezra sambil memegang lutut Kyra dengan hati-hati.

Kyra menggeleng pelan. Ia masih cukup terkejut dengan perlakuan Ezra yang di luar dugaannya. Padahal ia hanya merasakan lututnya lemas karena rangkulan yang tak berjarak dari Ezra. Bukan lemas lutut dalam arti sebenarnya. Sepertinya Ezra salah mengartikan.

“Pak Ezra…” Kyra membungkukkan tubuhnya untuk meraih lengan Ezra dan meminta pria itu untuk berdiri. “Saya nggak apa-apa, kok, Pak,” lanjutnya merasa tak enak.

“Beneran Ra?” Masih ada raut khawatir di wajah Ezra.

Kyra mengangguk yakin, karena memang sebenarnya ia tidak apa-apa. Senyuman lebar tersungging di wajah Kyra—untuk menandakan kalau dia memang baik-baik saja.

“Pak, kita foto di sana, yuk!” ajak Kyra untuk mengalihkan situasi.

Tanpa menunggu persetujuan Ezra, Kyra menarik lengan suaminya itu dan berjalan mendekati bebatuan. Sementara itu Ezra hanya mengikuti arah langkah dari Kyra. Yang terpenting baginya adalah Kyra berada dalam pengawasannya.

Ezra memerhatikan Kyra yang meminta tolong pengunjung lain untuk mengabadikan momen mereka berdua.

“Jangan lupa senyum, ya, Pak!” titah Kyra pada suaminya itu.

Ezra terkekeh kecil mendengarnya. Mereka bersiap untuk berfoto dengan bebatuan raksasa sebagai latar belakang. Senyum semringah terpancar di wajah sepasang suami istri ini.

“Terima kasih, ya!” ucap Kyra setelah mereka selesai mengambil beberapa gambar.

Melihat hasil fotonya, bibir Kyra kembali terangkat, namun tak lama merengut kecil, “Kenapa pas Pak Ezra senyum akunya belum siap? Padahal Pak Ezranya ganteng banget di sini,” dumel Kyra tak sampai hati, karena pada akhirnya ia mengunggah foto tersebut ke instastory.

Match Made in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang