19

23.7K 988 8
                                    

Jangan lupa vote komen Allahu

Ga vote sama komen kita Kemusuhan 🤾

Happy reading

⚠️! Warning typo !⚠️
.
.
.

Pagi ini, Marvel dan kawan-kawan sedang berada di kelas. Entahlah ada apa gerangan mereka tidak membolos di pagi hari.

"Keknya kita kepagian." ujar Ares yang melihat sekeliling banyak sekali bangku kosong yang belum diisi.

"Paling 5 menit lagi rame." jawab Talaga yang memainkan handphonenya.

Ternyata benar apa yang dikata Talaga 5 menit berlalu banyak sekali murid yang berdatangan.

"Anjir kok bisa barengan gitu?" tanya Ares bingung yang sedang duduk di atas meja.

Eca yang baru datang berhenti di pintu kelas karena tempatnya dikerubungi oleh para laki-laki. Tapi tak lama ia mulai berjalan mendekati mejanya tak luput pula dari pandangan kawanan Marvel.

"Eh Eca, sini duduk duduk." ujar Enza tersenyum dan berpindah ke bangkunya.

Eca membalasnya dengan tersenyum lalu ia mulai duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku pelajaran pertama.

"Emang ada PR Ca?" tanya Bumi yang melihat Eca.

"Hm, Ada."

"Loh anjir. Gue liat dong."

"Gak usah elah, biar nanti kita bisa keluar." elak Enza kepada Bumi.

Bumi fikir sejenak lalu tertawa dan bertepuk tangan heboh. "Hahaha iya sat bener."

"Ga jadi lah Ca."

"Lagi siapa juga yang mau nyontekin." celetuk Eca bodo amat. Seketika teman Ares dan Enza mentertawakan nya dan memojokkan Bumi.

"HAHAHAHA MAMPOS."

"Ca, kita ga best friend ya." ucap Bumi menatap tajam Eca seakan menyorotkan kemusuhannya itu.

"Hm iya iya."

Eca kembali fokus dengan buku-buku nya. Sebenarnya Eca ini bukan anak ngambis tetapi ini terpaksa karena tak ada teman sebangku yang asik akhirnya ia membaca buku saja walau bosan.

Marvel sedikit melirik Eca yang sibuk dengan bukunya, ia membenarkan posisi duduknya.

Ekhem.

Marvek berdehem tak terlalu kencang. Lalu memulai berbicara.

"Ehm Ca." ucap Marvel nyaris berbisik namun tetap terdengar oleh Eca.

Eca menoleh ke arah Marvel dan menaikkan sebelah alisnya. "Iya?"

Marvel mengusap-usap tengkuknya lalu berbicara lagi. "Maaf yang semalem gue khilaf." ucapnya.

"Hah?" oke Eca kembali pada kelemotannya ia berfikir sejenak memandangi wajah Marvel dengan raut bertanya.

Marvel yang paham dengan itu menjelaskan nya dengan gerakan. Marvel mengarahkan jarinya ke bibirnya setelah menempel, jarinya berpindah ke kening Marvel. Eca masih terus memperhatikan. Tak lama ia tersadar apa maksud Marvel.

MARVEL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang