48

17K 657 12
                                    

Jangan lupa voment
Happy reading dan warning typo!
.
.
.

"Assalamu'alaikum, Mah, Pah, Eca pulang." ujarnya memasuki rumah.

Yera yang melihat putrinya pulang bertanya. "Kok cepet banget?"

"Hm." gadis itu berdehem sambil menyalimi orangtuanya.

"Eca ke kamar dulu."

.
.
.

Sampai di kamar ia langsung merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamarnya ia termenung memikirkan sang pacar. Ia sangat terkejut dengan perlakuan keluarga cowok itu pada cowok tersebut. Tak habis fikir. Ia harus berbincang dengan mamanya.

Ia bangkit dari kasur dan keluar dari kamar menuju ruang tamu, sepertinya mama nya sedang menonton televisi sendiri. Dan benar ia melihat mamanya sendiri tengah menonton televisi.

"Mah."

Yera menengok ke arah suara. "Hm."

"Eca mau nanya deh." ujarnya lalu mendudukkan dirinya di samping ibundanya.

Yera menoleh. "Apa tuh?"

"Penyakit mental itu bisa di sembuhin?"

Mendengar pertanyaan seperti itu mimik wajah Yera berubah menjadi serius dan menatap anak sulungnya. "Marvel?"

Gadis itu mengangguk.

"Sebenarnya bisa aja. Cuman gak sepenuhnya hilang." jawabnya.

"Dan untuk seperti kesembuhannya tergantung pada orang-orang yang ada di sekitarnya." lanjutnya.

"Hah gimana mah?"

"Kaya harus ada yang mendukungnya."

Eca mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Nanti Eca bawa Marvel ke Mamah ya."

"Emang parah?"

Eca mengangguk memastikan. "Lumayan. Dia kalau lagi kumat suka banget mukulin tembok sampe tangannya luka. Abis itu duduk di sudut ruangan."

Yera terkejut mendengarnya. "Yaudah nanti bilang aja mau kapan."

Gadis itu mengangguk dan bangkit pergi meninggalkan Yera.

***

Memukul tembok ialah alihan yang tepat menurutnya. Dari pada harus memukul orang untuk melampiaskan rasa gejolak yang ada di dalam hatinya. Namun ia tak sadar dengan cara seperti itu membuatnya menyakiti diri sendiri.

Meski begitu dirinya tak peduli mau ia sakit atau tidak. Batinnya terlanjur sakit. Mereka semua kenapa teganya memperlakukan anaknya seperti itu.

"ARGHHH!!"

Setelah memukul tembok cowok itu malah menendang lemari kecil tepat di ujungnya yang tajam. Alhasil kakinya terkena ujung itu dan luka, bukan luka lagi tetapi berdarah.

Setelah itu ia terduduk lemas sambil menjambak rambutnya frustasi. Darah akibat luka cowok itu berceceran di mana-mana.

Badan cowok tersebut bergetar. Sorot matanya terlihat sangat sedih dan putus asa. Ia tak tahu harus bagaimana lagi menjalankan kehidupannya.

Tok

Tok

Terdengar suara pintu terketuk, masih tetap cowok itu mengabaikan nya, sampai-sampai akhirnya ketukan di pintu menjadi gedoran.

MARVEL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang