UN VILLAGE (1)

2.9K 177 35
                                    

Tinggal di sebuah perkampungan kecil dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan adalah hal yang tidak pernah Baekhyun alami selama hidupnya, bahkan untuk sekedar membayangkan saja Baekhyun tak pernah mau.
Dirinya yang merupakan anak dari konglomerat kaya tentu saja membuatnya hidup dengan bergelimang harta bak pangeran istana sejak dirinya di lahirkan.

Yang Baekhyun ingat, harusnya ia diantar ke bandara oleh supirnya untuk penerbangan menuju Kanada siang tadi, tapi sial, Baekhyun tidak dapat mengingat kenapa ia tidak berada di bandara melainkan ia terbangun di sebuah gubuk di pinggiran sawah bersama dengan koper berukuran sedang yang ia bawa, namun tanpa ponsel dan hanya ada beberapa lembar uang di sana.

"Brengsek..." Baekhyun meremas sebuah kertas yang ia temukan di atas kopernya, sebuah surat yang ia yakini ditulis oleh supirnya.

"Harusnya kau bilang jika kau butuh banyak uang, bukan membuangku dan membawa kabur mobil serta semua uangku."

"Dan apa itu... Kau bilang 'ayah' yang memintamu untuk membuangku?"
"Apa kau pikir aku akan percaya dengan hal itu?" Baekhyun berteriak pada selembar kertas yang ia remas, tapi setelahnya ia tiba-tiba terdiam dan memikirkan hubungannya dengan sang ayah yang memang tidak pernah harmonis seperti kebanyakan hubungan ayah dan anak lainnya.

Baekhyun mengusak rambutnya sendiri, pandangannya ia edarkan ke segala arah untuk menemukan orang yang mungkin bisa membantunya, tapi nihil, yang ia dapati hanyalah hamparan persawahan luas yang sepertinya juga sangat jauh dari rumah warga, bahkan tidak satupun orang yang lewat setelah Baekhyun berada di sana hampir 1 jam lamanya.

Kopernya yang sedikit berat Baekhyun seret dengan malas di jalanan yang rusak dan sangat berbedu, mulutnya tak henti mengumpat dalam setiap langkahnya yang entah mau kemana. Ya, tentu saja ia tidak memiliki tujuan.

"Apa supir brengsek itu menaruh obat tidur di kopiku?" Baekhyun terus berbicara sendiri, memikirkan tentang kenapa ia bisa tidur begitu pulas tanpa tau apa yang terjadi hingga membuatnya berakhir di sini.

Hari semakin petang, Baekhyun mulai hampir menangis karena ia tidak menyukai gelap, keringat yang berjatuhan karena lelah berubah menjadi keringat dingin, ia ketakutan.

Baekhyun berjongkok, membenamkan wajahnya di antara lutut, dan tangisnya pecah.
Selain menyumpahi supirnya, ia hanya bisa pasrah jika harus menjadi santapan hantu malam ini. Namun tak lamam sayup-sayup terdengar suara bebek yang bersahutan masuk ke indera pendengarannya, dan suara itu semakin terdengar jelas, tanda bahwa kawanan bebek itu semakin dekat dengan tempat Baekhyun berada.

"Apa kau tersesat?" Suara itu menginterupsi, membuat Baekhyun memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, air mata yang masih mengalir segera ia usap dengan punggung tangannya, mata sabitnya pun kian menyipit saat menemukan sosok pria jangkung berdiri di depannya, seorang pria yang Baekhyun yakini sebagai penggembala bebek yang sepertinya berjumlah ratusan itu.

"Lebih tepatnya... aku dibuang." Baekhyun menjawab dengan menatap kaki pria jangkung itu, memastikan bahwa kakinya menyentuh tanah.

"Aku manusia. Apa yang kau pikirkan?" Sepertinya pria itu tau bahwa Baekhyun sedang memastikan dirinya bukanlah hantu.
"Sebentar lagi akan gelap, kau bisa ikut denganku jika kau mau." Ucap pria itu lagi, lalu pergi mengikuti rombongan bebek yang sepertinya sudah hafal arah menuju kandangnya.

"Tunggu." Baekhyun menyusul setelah berpikir beberapa saat, kopernya ia seret dengan paksa, dan langkah kakinya ia percepat untuk memperdekat jaraknya dengan si pria jangkung.
"Ini di mana?, dan butuh berapa lama jika aku ingin pulang ke Seoul?" Tanyanya.

"'UN village' apa kau pernah mendengarnya? Aku tidak tau butuh berapa lama untuk pergi ke Seoul, karena aku belum pernah ke sana." Jawab pria itu seperlunya, lalu berlarian kecil menyusul kawanan bebeknya yang telah lebih dulu sampai dan masuk ke dalam kandang.

CHANBAEK DAILY ROMANCE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang