Hari yang begitu panjang bagi Risa yang hari ini disibukkan dengan pekerjaannya berhubungan dengan majalah terbitan bulan juli nanti. Namun, akhirnya hari panjang itu berakhir dengan aman. Gadis itu kini sudah bersiap di belakang kemudi untuk membawa mobil yang jelas bukan kesayangannya untuk membelah macetnya jalanan kota Jakarta.
Namun, niat itu langsung ditunda berkat ada telpon dari Bram, teman Pandu yang track record-nya sebagai fuck boy jurusan humor. Awalnya ia tak begitu berniat menjawab telpon dari Bram, tapi pikiran bahwa itu mungkin berhubungan dengan Pandu membuatnya tak punya pilihan lain selain mengangkatnya.
"Halo, kalo penting bikin cepet kalo nggak penting gue blok nomer lo!" Risa memang selalu seperti itu jika berhubungan dengan manusia-manusia fuck boy macam Bram dan Kiming—alumnus fuck boy.
"Buset galak bener kek Pandu," balas Bram yang sepertinya tak paham bahwa Risa benar-benar lelah dan dia sedang tak ingin basa-basi.
"Satu ..., dua ...." Risa mulai berhitung mundur untuk memperingatkan Bram agar langsung pada tujuannya bukan mutar-muter macam kipas angin.
"Bantuin gue bujuk adek lo." Alis Risa naik sebelah ketika Rena dibawa dalam percakapan yang ia yakin akan menjadi percakapan tak berfaedah.
"Jangan bilang lo mau deketin adek gue?! Ngaca dong! Lo tuh fuck boy paling pelit nggak pantes sama adek gue yang matre." Bram tak begitu paham apakah Risa sekarang menghinanya atau menghina adiknya. Namun, satu hal yang jelas, Risa salah paham.
"Astaga, buruk banget gue di mata lo. Apa gue harus pindah di hidung lo?" sarkas Bram.
"Oh, kalo mau sih nggak apa-apa kebetulan masih ada upil di hidung gue." Decakan kesal terdengar dari mulut Bram, pantas saja Risa dan Pandu bisa langgeng, ternyata otak dan mulut keduanya benar-benar sama ... sama-sama pedas.
"Cepet kasih tau apa maksud dan tujuan lo. Gue nggak ada waktu." Risa kembali memburu Bram.
"Suruh Rena usir yang nyewa kamar di apartemen lo dan biarin gue nyewa di sana." Mendengar maksud dan tujuan Bram malah membuat Risa pusing.
Masalah pertama adalah ia tak tahu bahwa mereka menyewakan kamar di apartemennya. Kedua, ia juga tak tahu siapa yang menyewa di apartemennya. Ketiga, kenapa ia harus menerima Bram yang jelas memiliki rumah di daerah Jakarta Pusat.
"Pertama, gue nggak inget nyewain kamar di apart gue. Hoax itu."
"Hah Hoax? Itu adek lo sendiri yang ngasih pengumuman kok. Kalo nggak percaya liat aja di IG dia."
Risa langsung mematikan sambungan telpon dari Bram dan langsung mengunjungi instagram.
Melihat isi dari snapgram dan juga postingan Rena membuat darah Risa mendidih. Anak itu memang tak bisa melepaskan kesempatan begitu saja.
"RENA! AWAS KAMU YA!"
-o0o-
Keadaan apartemen menjadi lebih sepi dibanding biasanya. Semua itu berkat Joy yang tak lagi tinggal di sana, sungguh suatu hal yang sangat disyukuri oleh Rena dan Risa. Memang mereka itu saudara tak berakhlak.
Kepergian Joy, tak akan disia-siakan oleh Rena si pecinta uang sekaligus pecinta lelaki. Oleh karena itu Rena membuat sebuah strategi menghasilkan uang sembari rebahan dengan cara yang halal.
Ada yang bisa menebaknya? Hmm, sudah kuduga kalian pasti tahu.
Rena memberi sebuah pengumuman akbar yang berisi tentang dibukanya kosan privat dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Ketentuan dan syarat itu antara lain:
KAMU SEDANG MEMBACA
✅(Not) Couple Goal (Eunrose)
RomanceKisah asmara Risa dan Pandu yang berbeda dengan kisah percintaan pada umumnya dan penuh dengan keanehan.