Ruang tengah apartemen Risa tampak begitu sunyi senyap, berbanding terbalik dengan kamar Joy yang tengah terjadi konser tangis yang menjadi-jadi. Padahal jumlah orang yang sedang duduk santai di ruang tengah lebih banyak dibanding kamar Joy yang berisi manusia satu biji.
Alasan kenapa tiga umat manusia yang terdiri dari Risa tukang ngambek, Pandu sarjana hukum dan Rena yang always ngegas; diam adalah ketiganya sedang melakukan riset melalui hp masing-masing. Jangan tanya riset tentang apa, nanti kalian akan tercengang. Yang jelas ini riset tentang masa depan mereka.
"Gue liat di wikihow katanya kalo kawin lari lo nggak boleh ngasih tau keluarga lo."
Pandu mengangguk, tak ingin berkomentar pedas pada calon adik ipar. Biarlah Risa yang mengurus kegoblokan hakiki yang dimiliki oleh Rena.
"Waktu dan tempat dipersilahkan Ibu ratu," katanya mempersilahkan Risa untuk memulai kajian pada Rena.
"Tujuannya kawin lari emang itu bege. Menurut lo aja, gue kawin lari terus ngomong nyokap, abis gue!"
Risa ngegas penuh emosi."Emang kalo misal nyokap tau gimana?" tanyanya lagi.
Risa heran bagaimana cara sel otak Rena bekerja. Gadis itu sangat pintar dalam pengetahuan mengambil keuntungan dalam kesempitan apalagi jika itu berhubungan dengan uang, tapi untuk hal-hal seperti ini pengetahuan nol besar.
"Ada banyak kemungkinan, pertama Risa di coret dari KK dan nggak dapet warisan. Kedua bisa aja dia dikutuk jadi ikan pari," jawab Pandu dengan senyuman tengilnya.
"Dan Pandu bisa dituntut bawa kabur anak orang." Mata Rena langsung melebar dan tangan kecilnya langsung bertepuk tangan.
"Serius? Berarti warisan lo tinggal dibagi gue sama Kak Joy. Terus kalo Bang Pandu dilaporin ke kantor polisi seru banget dong ntar berarti Banga Pandu bisa masuk penjara dong? Ih keren." Tak ada mengerti isi otak Rena yang biasanya terlihat baik-baik saja.
"Atas tuduhan apa?" tanya Pandu sarjana hukum, ia tak melihat celah dimana dia akan dilaporkan ke kantor polisi.
"Bawa kabur anak orang?" Risa terdengar sangsi dengan ucapannya sendiri, mungkin karena dia tak begitu paham hukum dan hanya melihat sinetron tentang hal itu.
"Duh, Risa kamu kan yang mau sendiri terus juga usia kamu udah lebih dari 21 tahun, so itu legal. Kamu dianggap sudah dewasa untuk mengambil keputusan sendiri."
"Yah nggak jadi seru dong," pekik Rena kecewa memang adik yang satu ini tidak ada akhlaknya.
"Aku ada kenalan psikiater lho Ris, siapa tau adek kamu berminat," bisik Pandu dan Risa hanya bergidik dan kembali menatap ponselnya.
Begitu pun Rena yang kembali membaca halaman web yang penuh dengan tulisan itu, membosankan hingga matanya yang tak biasa melihat huruf berjajar yang sekecil semut; berkunang-kunang.
"Nih ada disuruh ngurus dokumen. Kalian nggak ngurus?" Pandu melirik ke arah Risa begitupun sebaliknya.
"Udah," jawab Risa sekenanya, ia sangat mengerti bahwa jika menjawab belum maka ia harus mendengarkan rentetan penjelasan Rena yang sepanjang kereta pengangkut batu bara.
"Oh ya udah. Tapi, kalian ntar nikahnya dimana? Bali sabilah ya, ntar beliin tiket gue ke sana juga." Kali ini Pandu menghela napas, tak pernah tahu bahwa lelucon Risa bisa dianggap seserius itu oleh Rena.
"Kasih tau nggak Ris?" tanya Pandu dan Risa menggeleng.
"Biarin aja." Rena memicingkan matanya memandang dua orang itu dengan curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅(Not) Couple Goal (Eunrose)
RomanceKisah asmara Risa dan Pandu yang berbeda dengan kisah percintaan pada umumnya dan penuh dengan keanehan.