Hal yang tak diduga Risa adalah ternyata Pandu serius ingin menikah dengannya. Mereka bahkan benar-benar datang ke kantor KUA yang ternyata saat mereka sampai di sana sudah tutup. Risa merasa lega setidaknya dia masih ada waktu untuk memikirkan hal itu, tapi Pandu tak mengijinkannya bernapas lega. Mobil Pandu bergerak menuju Plaza Senayan lalu dengan langkah tenang dia mengajak Risa ke outlet Tiffany and Co.
"Pandu kita ngapain ke sini?"
"Pilih cincin buat kita," katanya singkat lalu berbicara dengan mbak-mbaknya dan tak lama mbaknya menunjukkan beberapa model.
"Mahal Ndu," bisik Risa.
"Aku nggak miskin Ris, pilih aja yang kamu mau." Ini nih kadang kalau jiwa sok kaya Pandu keluar semuanya mau dibeli.
"Tunggu dulu Ndu kita nggak bisa mutusin nikah tanpa persetujuan keluarga."
"Keluarga aku setuju," katanya sambil memperlihatkan chat keluarga besarnya. Dan harus Risa akui keluarga Pandu cukup unik dalam menanggapi pesan singkat pandu.
"Terus gimana sama keluarga aku? Mama sama papa aku mereka masih di Semarang"
"Aku udah kirim pesan ke mereka, dan katanya malam nanti mau video call sama keluarga besar kamu di Semarang, padahal aku juga bisa ijin nggak masuk kerja buat ke Semarang. Kayaknya keluarga kamu emang udah sepengertian itu sama aku." Risa hanya bisa berdecak dengan jawaban Pandu yang terlalu percaya diri.
"Pandu apa ini nggak kecepetan? Kesannya kayak buru-buru banget."
"Nggak Ris, aku pikir ini udah waktunya kamu sama aku. Udah empat tahun mau seberapa lama lagi? Ini lebih lama dari cicilan motor lho. Empat bulan lagi kita anniversary yang ke-lima tahun. Aku pengen kita nikah pas kita anniversary."
"Terus kenapa tadi ke KUA? Aku kan mikirnya kamu mau langsung nikah hari ini juga."
"Aku cuma mau nanya syarat nikah aja. Ya kalo bisa langsung nikah sih nggak masalah, masalahnya kan masa aku nikahin kamu modal batang doang sih."
"Ih ngomongnya."
"Lha emang bener, aku juga harus siapin semuanya, pesta nikahan, cincin, mas kawin rumah buat kita ntar, terus ijin mama sama papa kamu."
"Ya udah kalo gitu pesen cincinnya jangan di sini mahal, mending buat modal nikah atau rumah aja." Pandu tersenyum kecil sementara mbak-mbak yang sedari tadi menyimak perbincangan itu diam.
"Aku udah nabung buat itu tenang aja. Tapi, di sini juga gak apa-apa kamu boleh pesen asal nggak berlebihan." Risa hanya menatap Pandu.
"Kenapa?"
"Aku pengen di lamar kayak di film-film kamu bersujud gitu di depan aku, terus ngasih cincin terus bilang 'will you marry me', terus aku bilang 'yes' pake malu-malu, terus kamu peluk aku." Mbak-mbak penjaga di sana hanya menahan tawa dengan pasangan aneh di depannya.
"Bersujud, kamu kan bukan Tuhan Ris. Jangan ngaco deh."
"Berlutut Mas maksudnya." Mbak-mbak di sana membuka suara saking gemasnya.
"Nah itu maksudnya," kata Risa.
"Ya udah pilih cincinnya nanti aku lamar kamu di sini."
"Ya udah badget kamu berapa emang?"
"Risa!"
"Oke oke, ayo pilih."
-o0o-
"Ehem selamat malam saudaraku."
Risa datang dengan gaya yang berbeda dibanding biasanya yang langsung masuk ke dalam kamar. Kali ini dia berjalan di depan saudara-saudaranya dan yang lebih menyebalkan adalah dia berdiri di sana melambai-lambaikan tangan kanannya niatnya untuk memamerkan cincin di jari manisnya, tapi dasar Rena dan Joy yang tidak peka mereka malam melempari Risa dengan brondong.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅(Not) Couple Goal (Eunrose)
RomanceKisah asmara Risa dan Pandu yang berbeda dengan kisah percintaan pada umumnya dan penuh dengan keanehan.