36

2.8K 378 8
                                    

"Zaka?" Mereka berucap berbarengan, gurat bingung nampak di wajah mereka.

"Hai." Zaka dengan senyum lebarnya menghampiri mereka bertiga.

"Sedang apa kamu disini?" Tanya Arnold tak suka.

"Aku melihat kuda kerajaan kalian, dan sampailah aku disini." Ucapnya tak berdosa.

"Lalu?" Arnold tak puas dengan jawaban Zaka.

"Lalu apa? Bukankah kita harus mengobati Rachel terlebih dahulu?" Pertanyaan Zaka membuat mereka tersadar dan mau tak mau menerima bunga mawar biru yang diberikan Zaka.

"Kita membutuhkan tungku api untuk mengubah mawar biru ini menjadi pil." Ucap Kael dan segera Zaka mengeluarkan tungku api dari kotak penyimpanannya.

"Terimakasih, Pangeran Zaka." Ucap Kael dengan sopan.

Zaka hanya mengangguk kemudian duduk di dekat Rachel.

"Apa yang membuat Rachel menjadi begini?" Tanya Zaka dengan sendu.

"Ular siluman." Jawab Arnold singkat.

Mendengar ucapan Arnold, tangan Zaka mengepal erat dan itu tak lepas dari penglihatan Arnold.

"Ada apa?" Tanya Arnold dengan tatapan menyelidik memandang Zaka.

"Tidak." Zaka tersadar dan bertingkah seperti semula.

Arnold menyadari ada yang Zaka sembunyikan, mungkin Zaka mengetahui siapa ular siluman itu. Biarlah, ia bisa mencari tahu nanti.

Kael meletakkan tungku api di depannya dan memasukkan bunga mawar biru ke dalam tungku itu. Kael kemudian menatap Axel, dan dengan segera Axel membuat api biru dibawah tungku.

Kael berkonsentrasi penuh untuk membuat pil itu, ia tak boleh melakukan kesalahan sedikit pun.

Hari sudah mulai pagi dan bisa itu sudah mulai menyebar ke tangan Rachel. Proses membuat pil memang membutuhkan waktu yang sedikit lama.

"Selesai." Ucap Kael yang membuat semuanya menghela nafas lega.

"Apakah teh semalam masih ada sisa?" Tanya Kael.

"Sepertinya masih, biar aku ambilkan." Arnold masuk ke dalam rumah dan mengambil secangkir teh yang Rachel buat.

Arnold menyerahkan secangkir teh itu kepada Kael, kemudian Kael memasukkan pil bunga biru ke dalam teh itu.

Bau teh yang dicampur dengan bunga mawar biru membuat mereka merasa nyaman dan tenang.

Kael mengarahkan teh itu ke mulut Rachel, Axel membantu membuka mulut Rachel dan larutan teh pun masuk ke mulut Rachel.

Mereka menunggu dengan cemas, tak lama tubuh Rachel perlahan pulih kembali.

"Uhuk!" Rachel terbatuk dan matanya terbuka. Axel mendekati Rachel dan menggenggam tangannya.

"Aduh.." Rachel mengaduh kesakitan saat ia mencoba untuk bangun, kepalanya seolah berputar dan ia masih belum bisa melihat dengan jelas.

"H-haus." Ucap Rachel serak.

Axel segera memberikan sisa teh yang tadi kepada Rachel dan membantu Rachel untuk meminumnya.

Rachel merasa lebih baik setelah meminum teh bunga mawar biru itu dan pandangan sudah jelas.

"K-kalian siapa?" Rachel menatap mereka dengan takut.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤

👉TBC👈

YEYEYEEY~~

Update niii~(。◕‿◕。)
See you!!

Tumbler AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang