Dengan senyuman yang mengembang, air mata Rachel kembali luruh mendengar ucapan Zaka yang menyentuh hatinya.
"Kalian istirahat saja, pulihkan tubuh kalian untuk kembali ke Kerajaan Tumbler secepat mungkin." Ucap Raja Nathaniel sembari meninggalkan ruangan itu.
Mereka mengangguk sebagai jawaban dan Zaka mencoba untuk duduk dibantu oleh Rachel.
"Kael, bisakah kau hubungi kak Axel? Aku ingin tahu keadaannya." Pinta Rachel.
"Baiklah, akan aku coba."
Kael duduk bersila dan hendak menghubungi Axel tetapi, burung merpati putih tiba-tiba hinggap di lengan Kael.
"Mungkinkah itu dari kak Axel?" Tanya Rachel.
"Mungkin saja." Ucap Kael sembari mengambil kotak yang dibawa oleh burung merpati itu.
Kotak kecil yang dibawa oleh burung merpati itu berisi batu kristal putih berbentuk bulat sama seperti batu kristal yang digunakan oleh Raja Veron untuk menyampaikan sesuatu kala itu.
"Apa itu?" Tanya Rachel yang baru pertama kali melihat batu itu.
"Ini batu kristal yang biasa digunakan oleh Raja Veron untuk menyampaikan sesuatu." Jawab Kael sembari mengalirkan sedikit sihirnya ke batu kristal itu dan hologram Axel muncul di depan mereka.
Axel mengenakan baju zirahnya dengan pedang di tangannya dan terlihat ia sedang berada di Tumbler Academy. Kael, Zaka dan Rachel terlihat serius untuk mendengarkan apa yang akan Axel sampaikan setelah melihat hologramnya.
FLASHBACK ON
Malam dimana Axel, Arnold dan Zaka diteleportasikan oleh Rachel kembali ke Kerajaan Tumbler, Arnold dan Zaka menghilang tiba-tiba meninggalkan Axel seorang diri.
Axel bergegas mencari keberadaan Raja Veron dan Ratu Quisin di tengah reruntuhan bangunan kerajaan yang sudah hancur. Ia melihat banyak pasukan kerajaannya yang sudah mati tergeletak begitu saja.
Axel memanggil tongkat sihirnya dan memunculkan kain putih untuk menutupi tubuh mereka yang telah mati. Axel menuju ke kamarnya yang untungnya masih utuh dan bisa digunakan, ia mencari baju zirah dan pedangnya untuk menjaga dirinya sembari mencari kedua orang tuanya.
Axel kembali berkeliling melihat keadaan sekitar dan teringat ruang bawah tanah di kerajaannya. Ia bergegas menuju ruang bawah tanah dan benar saja, ia melihat Ratu Quisin dan para pelayan wanita berada di sana.
"Ibu!" Teriak Axel yang mengejutkan Ratu Quisin.
Axel berlari menuju Ratu Quisin dan memeluknya begitu juga Ratu Quisin yang memeluk Axel tak kalah erat.
"Axel, di mana adikmu?" Tanya Ratu Quisin setelah melihat Axel datang sendirian.
Tatapan Axel terlihat sendu tak berani menatap ibunya membuat Ratu Quisin gemetar mencoba menghilangkan pikiran negatif yang melintas di kepalanya.
"Rachel mengirim aku, Arnold dan Zaka kembali ke sini, tetapi Arnold dan Zaka menghilang. Tenang saja, masih ada Kael yang akan menemani Rachel melanjutkan perjalanan itu." Ucap Axel dengan raut sendu.
"A-Arnold?" Suara Ratu Quisin tercekat mendengar nama itu.
"Ada apa dengan Arnold, bu?" Tanya Axel penasaran saat melihat raut wajah ibunya berubah ketika mendengar nama Arnold.
Ratu Quisin menghembuskan nafasnya dan berusaha menenangkan dirinya.
"Axel, ibu akan menceritakannya nanti, sekarang lebih baik kamu membantu ayahmu mengalahkan pasukan Raja Kegelapan dan pasukan Kerajaan Lighten. Mereka telah bekerja sama untuk meruntuhkan Tumbler. Kita tidak bisa meminta pertolongan dari kerajaan lain, Kerajaan Neon juga telah bergabung dengan mereka, namun pasukan Kerajaan Neon ditugaskan untuk memburu Rachel di perjalanan. Mau tidak mau, kita harus bertarung sendirian bersama dengan rakyat kita sendiri, Axel. Kita harus mencegah untuk mengurangi jumlah rakyat yang gugur. Pergilah ke Tumbler Academy dan ajaklah mereka untuk membantu kita. Hanya Tumbler Academy yang belum terkena pengaruh Raja Kegelapan. Lepaskan segel di Tumbler Academy yang dibuat oleh ayahmu, Axel." Jelas Ratu Quisin dengan panjang lebar.
"Baiklah, aku akan menuju Tumbler Academy sekarang. " Ucap Axel yang kemudian meninggalkan ruang bawah tanah itu.
"Hati-hati, Axel."
Axel hanya mengangguk dan segera berteleportasi menuju Tumbler Academy. Tumbler Academy tidak berubah dan masih terlihat kubah sihir yang menutupi Tumbler Academy. Mungkin kubah ini yang tanpa sengaja melindungi Tumbler Academy dari pengaruh Raja Kegelapan.
Axel menggumamkan sebuah mantra dan terdengar ledakan.
'BOOM!'
Para guru dan murid yang mendengar ledakan itu bergegas keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Pangeran Axel!" Teriak mereka dan segera menunduk memberi salam bersamaan.
"Pangeran Axel, maafkanlah kami yang telah mengucilkan Putri Rachel. Kami bersedia melakukan apapun untuk menebus kesalahan kami kepada Putri Rachel." Ucap Mr. Jeet dengan penuh penyesalan.
"Saat ini Kerajaan Tumbler sedang diserang dari berbagai sisi. Kerajaan Neon dan Kerajaan Lighten telah bekerja sama dengan Raja Kegelapan untuk meruntuhkan Tumbler. Kerajaan Tumbler meminta kesediaan kalian untuk membantu kami karena sihir kalian sudah terlatih lebih dari rakyat biasa." Ucap Axel dengan penuh wibawa.
Ucapan Axel membuat suasana semakin berat dan mulai terdengar bisikan-bisikan dari para murid.
"P-Pangeran Axel, di mana Putri Rachel berada sekarang?" Tanya Agnes dengan raut wajah yang penuh rasa bersalah.
"Putri Rachel sedang melakukan perjalanan dan pasukan Kerajaan Neon sedang memburunya." Jawab Axel dengan wajah datar dengan tanagn terkepal erat.
"Izinkanlah kami untuk membantu Kerajaan Tumbler!" Ucap mereka bersamaan.
Axel mengangguk dan memerintahkan mereka untuk bersiap menghadapi musuh. Mr. Jeet segera membagi para guru dan murid sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, "bagi yang mempunyai magic color yellow tetaplah berada di Tumbler Academy bertugas untuk memberikan pengobatan dan yang mempunyai magic color selain yellow gunakanlah kemampuan kalian untuk membantu Pangeran Axel!"
Mereka dengan sigap mematuhi perintah Mr. Jeet dan melengkapi diri mereka dengan baju zirah dan senjata.
"Lihatlah! Mereka terlihat sangat siap untuk mengalahkan kita!"
Suara terdengar dengan nada yang merendahkan membuat mereka terkesiap.
"Pangeran Arnold!"
¤¤¤¤¤¤¤¤¤
👉TBC👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...