Ketika memasuki asrama putri, Zaka terlihat berbincang dengan perempuan paruh baya yang Rachel tebak adalah kepala asrama.
Zaka menggerakan tangannya, mengarahkan Rachel untuk mendekat. Rachel mendekati mereka berdua dan tersenyum ramah kepada perempuan itu."Perkenalkan, nama saya Mrs. Shei. Ini kunci kamarmu. Semoga harimu menyenangkan"
Setelah mengucapkan itu, Mrs. Shei kemudian menghilang.
'Ah,teleportasi lagi, banyak hal yang baru disini'Zaka mengarahkan Rachel sampai ke tujuan dan benar saja, kamar Rachel berada di ujung. Sangat pas bagi Rachel yang sangat menyukai ketenangan.
Rachel segera membuka pintu setelah berpamitan dengan Zaka. Rachel memasuki ruangan dan semuanya nampak sangat mewah menurut Rachel.
Rachel merebahkan dirinya di sofa panjang dan menutup matanya sejenak. Tak lama terdengar pintu terbuka, Rachel membuka matanya dan melihat seorang gadis sedang berdiri menatapnya lama."Hai, kau Rachel?" Tanyanya ceria.
"Iya, apa kau teman sekamarku?"
"Benar sekali, namaku Agnes"
"Oh iya, dimana kamarku?"
"Kamarmu yang pintunya berwarna biru" Kata Agnes sambil menunjuk kamar yang dimaksud.
" Terima kasih"
" Sama-sama, kau mau ku ajak keliling Academy?"
"Itu sangat menarik tapi aku sangat lelah, bagaimana kalau besok saja?"
"Aku lupa kalau kamu baru saja melakukan perjalanan panjang. Baiklah, besok tidak masalah tapi setelah aku selesai kelas ya?"
"Oke"
Setelah berbincang sebentar, keduanya masuk ke kamar masing-masing. Rachel sangat menyukai interior di kamarnya. Nuansanya yang tenang, begitupun dengan warna dinding yang menurutnya sangat indah, biru dan putih. Rachel segera membuka kopernya dan menata barangnya. Seperti yang dikatakan Mr. Jeet, semua peralatan sekolah Rachel sudah tertata rapi.
Setelah selesai, Rachel merebahkan dirinya di kasur dan terlelap.
'Tunggu kami datang, Rachel'
Rachel membuka matanya cepat. Nafasnya tidak beraturan. Rachel melihat jam dinding.
"Aishh, aku tertidur lama sekali"
Rachel segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Rachel merasakan dirinya lebih segar setelah mandi. Rachel berdiri di depan cermin dan menyentuh kalungnya.
"Apa arti dari mimpi tadi, apakah berhubungan dengan kalung ini?" Rachel menghembuskan nafas kasar tapi entah kenapa Rachel merasa sangat senang berada di Academy ini, ia merasa seperti sudah berada di rumahnya.
"Rachel, kau sudah bangun?" Teriak Agnes dari luar.
"Iya" Teriak Rachel juga.
"Cepat keluar dan makan"
"Oke"
Rachel keluar dari kamar dan melihat Agnes sudah menggunakan baju santainya bukan lagi seragam.
"Apa yang kau lihat?"
"Tidak ada, hanya saja kau terlihat sangat imut jika tidak menggunakan seragam"
"Aisshh, kau membuatku malu. Ayo cepat ke cafetaria"
"Hey, kenapa pipimu merah?" Rachel tertawa melihat Agnes merona.
"Lupakan, ayo cepatt" Agnes segera menarik tangan Rachel dan segera menuju ke cafetaria.
Banyak murid Academy berlalu lalang dan masuk ke cafetaria karena ini saatnya makan malam. Rachel hanya menurut saja kemana Agnes akan membawanya.
Agnes memilih meja yang paling ujung.
"Kau mau makan apa Rachel?""Aku tidak tau apa saja yang ada disini"
"Kau bisa lihat di layar itu"
Rachel melihat ke layar dan menemukan makanan favoritnya.
"Aku mau spicy wing dan minumnya terserah kau saja"
"Kau yakin mau makan itu?"
"Memangnya kenapa?"
"Kau akan memakan makanan yang pedas?"
"Itu sudah biasa"
"Baiklah, kau tunggu saja disini"
Agnes segera mengantri dan Rachel melihat sekitar. Cafetaria ternyata sangat luas dan cukup untuk semua orang di Academy ini. Berbeda dengan sekolahnya dulu. Mengingat sekolah, Rachel jadi merindukan kedua sahabatnya. Namun, Rachel berusaha mengeyahkan pikiran itu.
Tiba-tiba suasana cafetaria menjadi riuh tapi tidak Rachel hiraukan. Rachel malah menutup mata mencoba menghilangkan perasaan rindunya pada sahabatnya. Tak lama, terdengar suara kursi ditarik dan Rachel mengira itu Agnes.
" Agnes, kau sudah kemb.." Rachel tak melanjutkan kalimatnya tatkala membuka mata ternyata Double yang berada di mejanya dengan Zaka di sebelah Rachel dan Zain di depan Rachel.
"Oh,h-hai kak"
"Hai Rachel" balas Zain ceria.
Rachel mengedarkan pandangannya dan melihat seluruh mata kini tertuju kepadanya. Rachel merasa risih diperhatikan begitu, juga terdengar bisik-bisik yang membuat telingan Rachel panas.
Agnes sudah selesai mengantri dan hendak menuju mejanya tapi ketika melihat Double Z duduk di mejanya juga membuat Agnes gugup setengah mati. Dengan berat hati, Agnes segera manjutkan langkahnya ketika Rachel sudah melihatnya.
"S-selamat malam p-pangeran" Zaka hanya menganggukan kepalanya.
"Pangeran? Siapa pangerannya? Emang disini ada pangeran?" Kata Rachel kelewat keras sehingga membuat seluruh mata memandangnya tak percaya. Bagaimana bisa ada orang yang tidak tahu jika Zaka adalah pangeran, begitu pikir mereka.
Agnes menjitak kepala Rachel keras membuat Rachel mengaduh kesakitan.
" Apa yang kau lakukan?""Kau tidak tahu,jika Kak Zaka itu adalah pangeran?" Bisik Agnes gemas
"APA!?" Teriak Rachel dan segera menutup mulutnya setelah menyadari kecerobohannya.
"Tidak usah teriak, kau membuatku malu"
Rachel dengan perlahan menengok ke arah Zaka yang berada di sampingnya. Zaka menunjukkan senyumnya.
"Kakak pangeran?"
"Hmm"
"Kenapa tidak memberitahuku dari awal, Kak Zain juga tidak memberitahu. Aduhhh, bisa-bisa aku masuk penjara karna membiarkan seorang pangeran membawakan koperku" Gerutu Rachel entah pada siapa saja.
Double Z tertawa geli melihat tingkah Rachel. Zaka yang gemas pun mencubit pipi Rachel.
"Kau tidak usah berlebihan seperti itu"
"Kenapa kak Zain tidak memberitahu!?" Zain hanya meringis mendengar teriakan Rachel.
"Sudahlah, tidak apa-apa"
"Maafkan aku pangeran" Ucap Rachel dengan penuh penyesalan.
"Panggil kakak saja, kamu kan adik kami"
Semua murid di cafetaria itu menganga tak percaya melihat interaksi antara Double Z dengan Rachel. Padahal Rachel hanya murid baru tapi sudah mendapat perlakuan khusus dari Double Z.
Hal itu menimbulkan kecemburuan bagi murid perempuan, terutama Sasya dan teman-temannya yang mempunyai kedudukan tinggi di sekolah itu. Sasya tidak suka melihat kedekatan Double Z dengan murid baru itu dan berjanji akan membuat Rachel tidak betah berada di Academy.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤
👉TBC👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...