Rachel berjalan dengan langkah lebar dan sesekali berlari. Untungnya jarak antara rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh dan hanya membutuhkan waktu 10 menit jika berlari seperti sekarang ini.
Rachel melihat jika gerbang akan segera ditutup, ia segera berlari kencang tanpa memperdulikan apa yang didepannya.
"Pak Udinnn!!!" teriak Rachel sambil berlari melewati gerbang yang hampir saja menutup.
BRAKK
Gerbang menutup sesaat setelah Rachel berhasil masuk. Pak Udin pun hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan murid yang satu itu.
Bel sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Rachel segera berlari menuju kelasnya sebelum guru yang mengajar masuk ke kelas.Rachel sampai di depan kelas dan beruntung belum ada guru yang masuk. Ia segera duduk di tempat duduknya.
"Hosh..hosh..hosh...." Rachel duduk dengan nafas yang tidak teratur.
"Tumben lo baru berangkat Chel?" tanya Fera.
"Iya, gue semalem begadang baca wattpad dan akhirnya bangun kesiangan," ucap Rachel dengan cengiran polosnya.
"Huh, dasar korban wattpad lo," gerutu Fera.
Rachel hanya mendengus dan meletakan kepalanya di atas meja sambil menunggu guru datang. Tak lama kemudian Bu Elin selaku wali kelasnya masuk diikuti beberapa orang di belakangnya.
Banyak siswi yang memekik dan seketika kelas menjadi ramai karena kedatangan pemuda tampan.
'Ganteng banget'
'Pengin jadi pacarnya deh'
'Udah punya pacar belum?'
'Gila, ganteng banget sih mereka'
Bu Elin pun menenangkan muridnya
"Perhatian!!" seketika ruangan hening tak ada suara satupun."Bagus, hari ini kita kedatangan tamu dari Tumbler Academy. Mereka akan mengadakan seleksi dan bagi siswa yang beruntung akan mendapatkan beasiswa tersebut dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan oleh mereka," ucap Bu Elin yang membuat suasana ramai kembali.
Rachel yang tadinya hanya melihat ke arah jendela pun menoleh kala disebutkan Tumbler Academy. Entah mengapa, Rachel terasa tidak asing dengan nama academy itu.
"Pagi, perkenalkan saya Zaka dan dia Zain. Kami dari Tumbler Academy akan merekrut murid baru. Dan untuk seleksi akan dilakukan besok," ucap Zaka sambil menatap satu per satu murid di kelas itu.
"Kami harap kalian bersedia mengikuti seleksi ini terutama bagi kalian yang memiliki sesuatu yang ada di dalam diri kalian," lanjut Zaka.
"Maksud dari sesuatu itu apa kak?" tanya Fera.
"Kalian akan mengetahui besok," jawab Zain yang sedari tadi diam.
"Baiklah, sekian untuk hari ini dan persiapkan diri kalian untuk besok," ucap Zaka sambil tersenyum ramah dan segera beranjak keluar kelas diikuti Zain di belakangnya.
'Tumbler Academy'
Kalimat itu terus terngiang di pikiran Rachel. Nama academy itu seperti mengingatkan Rachel akan sesuatu tapi ia sama sekali tak bisa mengingatnya.
'Aarrgggh' teriak Rachel dalam hati.
Rachel memutuskan untuk mendengarkan musik dari ponselnya dan meletakan kepalanya di atas meja. Hari ini pelajaran di tiadakan karena guru-guru ada rapat mendadak.
Rachel baru saja akan masuk ke alam mimpi tapi suara membangunkannya.
"Chel, menurut lo Tumbler Academy itu kaya apa?" tanya Fera yang duduk di sampingnya.
"Entahlah, gue merasa familiar dengan nama itu, tapi gue sama sekali ngga inget apapun," Rachel menatap jendela seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Mungkin lo pernah baca di buku. Lo kan selalu ke perpustakaan kalo ada waktu senggang," ucap Fera mencoba menenangkan Rachel.
"Ngomongin perpus jadi pengin ke perpus. Ke perpus yuk?" ajak Rachel kelewat antusias.
"Lo aja deh, gue mau ke kantin. Bye!" Fera pergi duluan ke kantin meninggalkan Rachel yang menghela nafas pasrah.
'Kenapa kalo di ajak ke perpus pada ngga mau?' tanya Rachel dalam hati.
Rachel segera berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju perpustakaan. Di jalan ia bertemu Dion, sahabatnya.
"Hai Chel, mau kemana?" Dion dengan akrab menyapa Rachel.
"Perpustakaan," jawab Rachel singkat.
"Ooh, lo kok sendirian, Fera mana?" Dion melihat ke belakang Rachel, dan tak menemukan keberadaan Fera.
"Kantin," balas Rachel cepat.
"Irit amat lo ngomongnya, lagi sariawan?" tanya Dion dengan mengejek.
"Gak," ucap Rachel ketus.
"Diihh, malah tambah irit. Eh lo udah dengar yang seleksi Tumbler Academy?" Dion bertanya dengan penuh minat.
"Udah."
"Lo ikut Chel?"
"Mungkin ikut."
"Kok mungkin?"
"Kan gue ngga tau gue punya sesuatu itu apa nggak," balas Rachel yang memang ada benarnya.
"Iya juga sih, gue juga ngga tau," ucap Dion sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Rachel memutar bola matanya malas. "Lo mau kemana?"
"Mungkin nyusul Fera aja, gue udah laper. Bye Chel!" setelah mengucapkan itu, Dion segera berlari menuju kantin.
°°°°°°°°°
👉TBC👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...