Rachel pun segera bergegas menuju perpustakaan karena Rachel tidak terlalu menyukai keramaian. Sesampainya di perpustakaan, Rachel segera menuju rak buku yang jarang dibaca. Matanya menelusuri satu per satu buku yang sudah lumayan usang karena jarang dibaca.
Rachel melihat buku yang menarik perhatiannya dan ia segera mengambilnya.
'Tumbler Kingdom'
Buku itu sangat berdebu sehingga menyebabkan Rachel bersin beberapa kali. Rachel mengambil kemonceng yang ada di samping rak buku itu dan membersihkan buku tersebut.
Rachel membawa buku itu dan memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela. Setelah mendapatkan tempat duduk yang sesuai, Rachel segera membuka buku tersebut.
Tumbler Kingdom adalah kerajaan yang terkenal dengan kehidupan yang damai dan jauh dari kata peperangan. Tumbler Kingdom juga merupakan Kerajaan terkuat dan tak mudah dikalahkan. Tumbler Kingdom dipimpin oleh Raja Veron dan Ratu Quisin. Mereka memimpin Kerajaan dengan sangat bijak dan penuh tanggung jawab. Semua rakyat yang berada di daerah Tumbler Kingdom tidak pernah kekurangan pangan dan hidup berdampingan tanpa terpecah belah. Kerajaan lain pun banyak yang menawarkan kerja sama dengan Tumbler Kingdom.
Axel selaku Putra Mahkota sangat menyanyangi adik kecilnya. Suatu hari terjadi peperangan di Tumbler Kingdom. Karena peperangan itulah Kerajaan kehilangan Putri kecil mereka. Seluruh Kerajaan turut sedih dengan kabar itu. Akhirnya Tumbler Kindom membangun sebuah academy untuk menemukan Putri kecil mereka.
"Ini beneran gak ya? Atau cuma karangan semata?" gumam Rachel dan membuka halaman selanjutnya.
"Kosong??" Rachel membolak-balik halaman demi halaman tapi sama saja, semuanya kosong.
"Ngga seru nih buku," ucap Rachel kesal dan mengembalikan buku itu ke tempat semula.
Rachel melangkahkan kaki menjauh dari perpustakaan. Dia pergi ke kelas dan mengambil tasnya.
"Mau kemana Chel?" tanya Fera yang sudah berada di kelasnya.
"Pulang."
"Tumben lo pulang cepet?"
"Emang kenapa?"
"Ya, ngga biasanya aja seorang Rachel yang kutu buku dan jenius tiba-tiba pulang cepet, biasanya juga pulang paling akhir," tidak ada yang salah dari ucapan Fera, Rachel terkenal dengan kutu buku dan jenius hanya saja tidak memiliki teman kecuali Fera dan Dion.
"Tau ah, gue capek."
Rachel bergegas keluar dari kelas meninggalkan Fera yang meneriakkan sumpah serapahnya kepada Rachel.
Rachel berjalan santai menuju tempat tinggalnya. Rachel segera memasuki rumah itu dan mendapati banyak anak yang sedang bermain.
"Bunda, Rachel pulang!" teriaknya menggema di ruangan itu.
"Ngga usah teriak kan bisa Rachel," sahut seseorang dari arah dapur.
"Iyaya Bunda," Rachel bergegas memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur yang tak terlalu empuk dan besar.
Rachel menatap langit-langit kamar itu. Yap, Rachel tinggal di panti asuhan. Dia tidak mengetahui siapa orang tuanya, bagaimana wajah kedua orang tuanya, apakah dia memiliki kakak, adik, atau tidak sama sekali, dan kenapa dia dibuang oleh orang tuanya.
Rachel terbiasa memanggil orang yang mengurus panti ini dengan sebutan Bunda. Kata Bunda, Rachel ditemukan tak jauh dari panti asuhan dan akhirnya Bunda memutuskan untuk merawat Rachel kecil. Rachel tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, tak jarang banyak pemuda yang mendekatinya. Tapi Rachel tak menanggapi mereka kecuali Dion. Dion adalah teman Rachel sewaktu masih di panti asuhan dan seseorang mengangkat Dion menjadi anaknya jadi sekarang Dion tinggal bersama orang tua angkatnya.
Rachel dan Dion masih bersahabat karena mereka satu sekolah. Banyak yang mengira Rachel dan Dion pacaran karena kedekatan mereka berdua. Tapi mereka hanya bersahabat saja dan Rachel tau jika Dion menyukai Fera, sahabat Rachel dari SMP.
Hari sudah semakin petang, Rachel bergegas mandi dan menuju meja makan. Rachel membantu Bunda menyiapkan makan malam. Makan malam mereka dipenuhi canda tawa dan kehangatan yang membuat Rachel tak bisa meninggalkan panti asuhan ini. Setelah makan malam, Rachel masuk ke kamar dan duduk didekat jendela memandang langit malam. Hampir setiap malam Rachel selalu melakukan hal itu kecuali saat hujan.
'Tok tok tok'
Rachel tersadar dari lamunannya. "Masuk aja Bun."
Pintu kamar Rachel terbuka dan menampakkan wanita berumur 40an dengan aura keibuannya. Rachel menoleh dan Bunda duduk disampingnya.
"Sebentar lagi Rachel umur 17 tahun ya?"
Rachel hanya menggumam sambil memeluk Bunda dengan kepala berada di pundak Bundanya. Bunda mengusap rambut Rachel dengan sayang.
"Gimana sekolahnya?" tanya Bunda dengan penuh perhatian.
"Biasa aja Bun, tapi hari ini ngga ada pelajaran soalnya guru rapat dadakan dan besok ada seleksi dari Tumbler Academy," jawab Rachel.
"Tumbler Academy?" Bunda bertanya dengan heran.
"Iya Bun, menurut Bunda Rachel ikut seleksi itu ngga?"
"Ikut aja sayang, siapa tau kamu lolos seleksi."
"Tapi katanya hanya anak yang punya sesuatu yang bakalan lolos Bun."
"Jangan pesimis gitu dong, siapa tau kamu juga punya sesuatu itu."
"Iyaya Bunda."
"Oh iya, Bunda mau ngasih ini ke Rachel," Bunda memberikan sebuah kotak berwarna sapphire blue kepada Rachel.
"Apa ini Bunda?"
"Bunda juga ngga tau, Bunda lihat kotak itu waktu Bunda nemuin kamu."
"Kok baru dikasih sekarang Bun?"
"Sekalian buat hadiah sweet seventeen kamu," ucap Bunda sambil terkekeh.
"Makasih Bundaku tersayang."
"Sama-sama Tuan Putri Bunda yang cantik."
Rachel hanya mendengus kesal karena Bunda selalu menyebut Rachel dengan sebutan Tuan Putri dan segera menyimpan kotak itu di atas nakas. Bunda pamit dari kamar Rachel, Rachel pun merebahkan dirinya di kasur dan akhirnya terlelap.
'Jaga kalung itu baik-baik nak'
'Jangan sampai ada yang tahu keberadaan kalung itu'
°°°°°°°°°
👉TBC👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...