Fera mengkuti arahan dari Zaka dan Fera mencoba untuk konsentrasi dan dalam sekejap ia merasa ada sesuatu yang menyelimutinya dari luar. Fera tetap memejamkan matanya dan terus berkonsentrasi.
Fera merasa tubuhnya berpindah ke suatu tempat. Fera membuka matanya dan ia melihat sebuah cahaya berwarna kuning yang ada jauh didepannya. Fera segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju cahaya itu.
Fera semakin dekat dengan cahaya itu dan perlahan cahaya itu berubah menjadi seseorang yang sangat mirip dengan Fera namun ia memiliki sebuah tanda berwarna kuning berbentuk lingkaran yang terdapat gambar bintang ditengahnya terletak dipunggung tangan kanannya.
Fera mengerutkan keningnya tanda bahwa ia sedang bingung. Perempuan yang sangat mirip dengan Fera pun tersenyum ramah ke arah Fera.
"Hai"
"Umm, h-hai" ucap Fera gugup.
"Kamu tidak usah gugup, aku adalah dirimu yang tersegel dan sekarang segel itu sudah terbuka dan artinya kamu sudah bisa menggunakan sihirmu."
"Sihir?"
"Benar dan kekuatanku adalah penyembuh. Kamu sebenarnya bukan manusia biasa dan kamu bisa tanyakan itu kepada kedua orang tuamu. Sekarang aku harus pergi karena tugasku sudah selesai. Gunakanlah kemampuanmu dengan baik Fera"
Perlahan sosok yang menyerupai Fera menjadi transparan dan lenyap meninggalkan Fera yang tidak mengerti dengan semua ini. Fera melakukan hal yang sama seperti arahan Zaka sebelumnya.
Fera membuka matanya perlahan, dia merasa seperti ada sesuatu yang mengalir ditubuhnya yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Bagaimana Fera?" Tanya Zaka to the point
"Bagaimana apanya kak?" Fera mengerutkan dahinya bingung
"Maksudnya, kamu bertemu seseorang yang mirip denganmu tadi?" Jelas Zain
"Kok kalian tahu?" Kerutan didahi Fera bertambah
Zaka dan Zain menatap Fera datar.
"Itu memang cara seleksi kami di Academy. Seseorang itu berwarna apa?" Ucap Zaka
"Kuning kak"
"Baiklah, berarti kamu mempunyai Magic Color Yellow"
"Magic Color?"
"Iya, nanti di Academy akan dijelaskan lebih lanjut"
Fera mengerjapkan matanya berkali-kali karena secara tidak langsung perkataan Zaka menjelaskan jika Fera lolos seleksi ini.
"Umm, berarti aku lolos kak?" Tanya Fera memastikan
"Iya, tapi jangan beritahukan tes ini kepada siapapun. Kamu hanya perlu mengatakan bahwa kamu lolos kepada teman-temanmu. Mengerti?!"
"Mengerti kak"
"Baiklah, sekarang kamu boleh keluar dan panggilkan yang bernama Rachel Lexi untuk kesini"
"Dengan senang hati kakak tampan" Ucap Fera sambil mengedipkan salah satu matanya kepada Zaka.
Fera hanya cekikikan melihat raut wajah Zaka yang menunjukan bahwa dia tidak suka dengan perilaku Fera. Fera segera keluar dari kelas dan memanggil Rachel.
"RACHEL!"
"Ngga usah teriak Fera gue ngga tuli" Ucap Rachel sambil berjalan mendekati Fera.
"Lo disuruh masuk tuh sama kak Zaka"
"Gue? Cepet banget sih. Btw tesnya kaya gimana Fer, lo lolos ngga?"
"Gue lolos dong, kalo tesnya liat aja sendiri. Udah buruan masuk gih" Ucap Fera sambil mendorong Rachel masuk ke kelas.
Rachel pun terpaksa masuk ke kelas padahal dia belum puas dengan jawaban Fera. Rachel berdiri didepan Zaka dengan gugup. Zaka dan Zain saling melirik dan mereka berbicara lewat telepati.
'Zain, lo ngerasa apa yang gue rasain kan?'
'Ya, dia sepertinya mempunyai kekuatan yang besar'
'Entahlah, lebih baik kita liat hasilnya nanti' Zaka memutus telepati itu.
Rachel berdehem karena merasa di abaikan oleh Zaka dan Zain.
"Um, baiklah sekarang kamu duduk bersila di atas kain itu" Ucap Zaka sambil menunjuk kain yang sama dengan yang digunakan Fera.
"I-iya kak" Rachel segera duduk bersila di atas kain itu.
"Selanjutnya, kamu harus berkonsentrasi dan kosongkan pikiran kamu kemudian pejamkan matamu"
Rachel melakukan sesuai perintah Zaka. Kemudian Rachel merasa berpindah tempat. Rachel membuka matanya perlahan dan melihat sekelilingnya. Dia tidak berada di kelasnya. Sejauh mata memandang hanya terlihat padang rumput yang sangat luas bahkan seperti tidak ada ujungnya. Rachel melangkahkan kaki menelusuri padang rumput itu.
Rachel sangat menikmati pemandangan disini dan juga udaranya masih sangat sejuk berbeda dengan tempat tinggal Rachel yang sudah penuh polusi.
Rachel melihat ada sebuah pohon ditengah-tengah padang rumput itu. Tak mau buang waktu, Rachel segera mendekati pohon itu dan duduk bersandar di bawahnya. Angin menerpa wajah Rachel memberikan kedamaian kepada Rachel.Dari jauh Rachel melihat cahaya berwarna saphire blue dan Rachel perlahan mendekati cahaya itu. Ketika Rachel hampir sampai, ia dibuat tercengang karena melihat tempat yang sangat indah. Rachel tak menyangka bahwa di padang rumput ini tersembunyi tempat yang begitu indah.
Disana terlihat ada sebuah danau yang airnya berkilau dan diatasnya ada pelangi yang sangat cantik. Disekitar danau itu juga ada bunga mawar biru yang sedang mekar mengelilingi danau itu. Bunga mawar biru terbentang dengan luas bak lautan mawar biru. Rachel sangat menyukai mawar biru dan ia memetik satu bunga itu.
"Hei mawar cantik, bolehkah aku memetik salah satu diantara kalian?"
Rachel mematung karena semua mawar biru itu tiba-tiba bergoyang seirama seolah mengisyaratkan bahwa Rachel boleh memetik bunga itu.
Rachel memetik mawar biru yang menurutnya lebih terang dari mawar yang lain."Pilihan yang bagus Rachel!" Ucap seseorang dibelakang Rachel
°°°°°°°°°
👉TBC👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...