Kael mendongak menatap Axel yang berada di ambang pintu dengan Raja Veron dan Ratu Quisin dibelakangnya. Dengan sigap, Kael membawa Rachel berteleportasi dan menghilang dari kamar Axel.
'Kalian memang pantas mengetahui ini tapi bukan sekarang waktunya'
Suara Kael bergema di kamar Axel sesaat setelah Kael dan Rachel menghilang.
Ratu Quisin melihat sekilas jika Rachel memakai kalung yang sangat dia kenali hingga Ratu Quisin jatuh terduduk seketika membuat Raja Veron dan Axel panik. Raja Veron mengangkat Ratu Quisin dan merebahkannya di ranjang Axel.
"Ada apa Ibu?" Tanya Axel khawatir.
"A-axel, kamu harus selalu melindungi gadis itu, karna Ibu sangat yakin jika dia adalah adikmu yang selama ini kita cari" Ratu Quisin berujar dengan lemah.
"Kenapa Ibu sangat yakin dengan dia?"
"Karena Ibu melihat dia memakai sesuatu yang sangat Ibu kenali" Kilasan demi kilasan berputar seperti film tentang Rachel kecil dan kalung itu memenuhi pikiran Ratu Quisin membuatnya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.
Raja Veron berteriak meminta penjaga untuk memanggil tabib kerajaan. Tak butuh waktu lama, tabib masuk ke kamar Axel dan segera memeriksa Ratu Quisin.
Raja Veron dan Axel menanti dengan cemas karena selama ini Ratu Quisin tidak pernah mengalami seperti ini lagi setelah tahun itu.
"Bagaimana keadaannya tabib?" Raja Veron bertanya dengan tergesa.
"Ratu Quisin mengalami stress ringan karena Ratu memaksa mengingat sesuatu yang terjadi di masa lampau dan saya sudah memberi Ratu obat penenang untuk sementara" Ujar tabib menjelaskan dengan hati-hati tak ingin menyinggung Raja Veron. Ratu aja bisa stress apalagi gue -,-
"Baiklah, terima kasih tabib"
"Sudah menjadi kewajiban saya untuk mengabdi kepada kerajaan. Kalau begitu saya undur diri"
Tabib meninggalkan ruangan sedangkan Ratu Quisin sudah terlelap sedari tadi. Raja Veron menatap Axel dengan serius.
"Axel, kau harus mulai mendekatkan dirimu kepada gadis itu dan harus melindunginya sampai kami datang ke Academy untuk memastikan sendiri apakah gadis itu benar adikmu atau bukan" Ucapan Raja Veron seolah titah mutlak yang tidak bisa diganggu gugat membuat Axel segera menganggukkan kepalanya tanda sadar.
Raja Veron dengan berat hati terpaksa meninggalkan Ratu Quisin di kamar Axel sendirian karena tugas yang menunggunya, sedangkan Axel sudah kembali ke Academy.
Kael berteleportasi menuju kamar Rachel di Academy dan segera membaringkan Rachel dengan hati-hati.
"Kenapa kita pergi dari tempat itu Kael?" Keadaan Rachel berangsur pulih dan mulai mengeluarkan protesnya kepada Kael.
"Karena waktu yang tidak tepat Rachel" Kael mengusap puncak kepala Rachel mencoba memberi ketenangan kepada Rachel.
"Tapi kenapa aku merasa pulang Kael?" Rachel bertanya dengan suara yang bergetar menahan tangis membuat Kael membawa Rachel ke pelukannya.
"Kael tahu apa yang Rachel rasakan saat ini tapi akan ada waktunya untuk Rachel mengetahui tentang semuanya termasuk kemana Rachel harus pulang" Kael tahu dengan jelas perasaan Rachel saat ini, namun jika Rachel mengetahui semuanya sekarang akan menjadikan masalah terus berdatangan dan membuat Rachel semakin terancam bahaya.
"Tapi kapan Kael?! Tidak bisakah Kael yang memberitahu Rachel tentang semuanya?!" Rachel memberontak dari pelukan Kael tapi justru Kael semakin erat memeluk Rachel. kek teletubies berpelukan :v
"Maaf Rachel, Kael tidak bisa melakukan itu. Lebih baik sekarang Rachel tidur, besok hari pertama Rachel masuk kelas bukan?" Kael mencoba tetap berpikir dengan kepala dingin. Karena jika ia salah satu katapun ngalamat dahh.
Rachel tak menanggapi ucapan Kael dan memilih diam di pelukan Kael. Kael menggumamkan mantra tidur kepada Rachel dan tak lama dengkuran halus terdengar menandakan Rachel sudah berada di alam mimpinya menuju Seoul untuk bertemu dengan Kyuvil tersayang,-ups receh.
Kael memakaikan selimut kapada Rachel dan kemudian beranjak menuju balkon kamar Rachel.
"Aku tahu kau disini Axel" Sedetik kemudian Axel muncul disamping Kael.
"Rupanya kau tidak bisa diremehkan Kael" Axel tertawa sumbang.
"Sebelumnya terima kasih sudah membawa Rachel ke istanamu dan menghindari kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi hari ini" Kael dengan tulus mengucapkan itu karena jika Axel tidak segera membawa Rachel mungkin sekarang Tumbler Academy hanya tinggal kenangan yang menyisakan ilusi tak bertepi,-
"Aku hanya mengikuti feelingku saja" Axel mencoba mengakrabkan diri dengan Kael walaupun terkesan kaku dan Kael tahu itu.
"Sudah cukup basa-basinya, sekarang katakan apa maumu Axel?"
"Aku ingin kau menjelaskan semuanya kepadaku tanpa ada yang tertinggal sedikitpun"
"Aku saja tidak memberi tahu Rachel bagaimana mungkin aku bisa memberitahumu" Kael menaikkan sebelah alisnya dan menatap tajam Axel.
"Karna aku berhak tahu apapun" Axel menjawab dengan tenang tak terintimidasi oleh tatapan tajam Kael karena bagaimanapun tatapan milik Arnold jauh lebih mengerikan.
"Kau harus mencari tahu sendiri apapun yang ingin kau tahu Axel"
"Mengapa tidak kau saja yang memberitahuku?" Kael jengah mendengar ini, mungkinkah ini yang dinamakan ikatan antara kakak dan adik?
"Karena aku tidak bisa" Kael menjawab sambil mendengus kesal.
"Tunggu!! Sepertinya aku sudah mendengar kalimat yang sama denganmu tapi dimana??" Axel mencoba mengingat dimana ia pernah mendengar kalimat itu.
Wajah Kael menggelap seketika dan berubah menjadi datar 'Jadi... dialah yang disebut Pangeran Mahkota Kerajaan Tumbler?? Miris sekali Rachel harus memiliki kakak yang otaknya tertinggal di Pulau Jeju' Batin Kael mendengus.
Axel masih mencoba mengingat hingga akhirnya dia menatap Kael dengan cengiran polosnya dan memasang senyum konyol membuat Kael bergidik seketika.
"Aku baru ingat sekarang! Apakah itu tandanya Rachel dan aku memiliki hubungan?" Axel dengan tampang tidak berdosanya bertanya kepada Kael yang hendak melarikan diri dari Axel. Kael tidak menyangka dia akan menghabiskan malam yang indah ini dengan pangeran jadi-jadian seperti Axel.
"Kau harus mencari jawaban dari pertanyaanmu sendiri! BYE!" Jujur saja Kael sudah tidak tahan menghadapi pangeran satu itu dan memilih menghilang.
Axel yang ditinggal begitu saja oleh Kael hanya bisa mendengus dan menggembungkan pipinya kesal. Axel menatap wajah damai Rachel yang sedang tertidur sebelum kemudian menghilang ditelan gelapnya malam yang terasa semakin sunyi dan dingin.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤
👉TBC👈
TA up kawand..
Mian udah buat kalian nunggu lama untuk part kali ini..🙏
Part kali ini nggak gantung kann???😂
Gomawo buat teman" yang udah setia nunggu cerita gaje ini up😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbler Academy
FantasyRachel Lexi, gadis cantik berusia 17 tahun yang dibesarkan di panti asuhan. Ia tidak mengetahui siapa orang tuanya. Kehidupannya berlangsung damai hingga suatu hari, Rachel diharuskan melanjutkan sekolahnya di Tumbler Academy. Sekolah yang dia sendi...