Chapter 22

1.8K 182 9
                                    

"oi New ngelamun aja, awas kesambet" kata Lilly.

"ngelamunnya pake senyam senyum, ada apa nih?" tanya Puimek menggoda.

"ah kalian kepo banget ah" kata New, kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke kertas kertas di depannya.

Lilly pun menarik kertas yang di baca New.

"udah gak usah sok sok ngalihin pembicaraan ke pekerjaan. Jelasin dulu kenapa?"

"ini kan tanggal muda, kalian gak seneng apa?" kata New sambil merebut kembali kertas yang diambil Lilly tadi.

"eh eh kalian udah denger belum, hari ini ada artist masuk?" tanya Puimek

"oh iya, itu ya yang dari Korea?"

"Jane namanya"

"oh kamu tau New?" tanya Lilly.

Tentu saja tau. Malam minggu kemarin kita dinner bareng. Batin New.

New melihat jam ditangan nya sudah menunjukan pukul 6 sore. Dia mengecek ponselnya karna ada notif yang masuk.

Tay : hin sudah selesai kerja?

Hin adalah nama panggilan dari Tay ke New, alasannya karna Tay baru sadar badan New itu keras, selayaknya batu.

New membalas dengan senyum di bibirnya, padahal cuman ditanya gitu aja. Emang orang lagi jatuh cinta.

New : iya sudah

Tay : aku sudah di Lobby

New : hah. Oke oke aku turun.

"eh aku pulang dulu ya?" kata New buru buru memasukan barang barangnya di tas.

"lho lho, kok buru buru sih?" tanya Lilly bingung

"iya ada janji. Duluan ya" New pun berlari meninggalkan Lilly dan Puimek yang masih bingung dengan kelakuan New.

Di Lobby terlihat seseorang yang tidak asing mengobrol bersama dengan Tay.

"Te" sapa New sambil melihat siapa lawan bicara kekasihnya itu.

"ah Hin, sudah beres semua?" tanya Tay sambil memegang pinggang New.

"iya sudah"

"hallo New" sapanya

"hai Jane" balas New

Jane terlihat melihat New dari atas sampai bawah, dengan tatapan menilai.

Tapi New tidak perduli.

"kalau sudah ayo kita pergi" kata Tay yang mengambil tas nya New untuk dibawanya, dan menggandengnya.

New pun manut aja di seret. Dia tidak perduli tidak pamitan dengan Jane. Karna sepertinya Tay pun seperti itu

"tadi Jane ngapain?" tanya New yang memasang sabuk pengamannya.

"ooh hanya menyapa, tadi dia minta ditemenin sih sambil nunggu managernya, tapi aku tadi bilang gak mau, soalnya kan kamu udah mau dateng" Tay pun menghidupkan mesin mobilnya.

"New walaupun kamu tau kami berdua di jodohkan, tolong jangan tinggalin aku ya. Karna aku gak ada rasa sama Jane, aku cuman suka sama kamu" sambung Tay yang menggengam tangan New.

"iya Tee. Ayo buruan, nanti nenekmu nunggu lho"

Tay pun langsung melajukan mobilnya ke arah resto nya. Malam ini neneknya ingin bertemu New sekalian mau lihat resto Tay.

Namun sayangnya Tay tidak bisa ikut bergabung dengan nenek dan New untuk makan malam, karna di harus kembali ke dapur. Sebenarnya ini hanya rencana nenek saja yang ingin lebih dekat dengan New. Pacarnya Tay. Cucunya.

Setelah makanan datang, Nenek pun memulai obrolan dengan New.

"New, terimkasih ya sudah mau menemani nenek, nenek rencana besok mau ke kampung halaman nenek, bulan depan balik lagi ke Inggris"

"lho nenek gak mau di Bangkok aja?"

"gak, nenek gak suka satu atap sama orang yang gak suka sama nenek. Dan kamu tau pasti dia siapa"

"ah, iya" kata New sambil tersenyum canggung.

"makasih juga karna sudah mengembalikan Tay seperti dulu lagi"

"lho emangnya Tay kenapa nek?"

"Tay itu orangnya gak bisa senyum apa lagi ketawa"

New pun mengganga. "nek, kayaknya gak deh, Tay itu malah lebih sering senyum sama ketawa lho"

"tentu saja, kan sekarang sudah ada kamu, New kamu kan kebahagiaan Tay, jadi wajar aja kan kalau dia lebih sering tertawa"

Dibilang begitu New hanya tersipu.

"Tay anaknya periang bahkan setelah mamahnya tiada pun dia tetap menunjukan sifat nya yang ceria, hanya saja saat ada ibu baru yang diperkenalkan papahnya dia langsung berubah"

New hanya menyimak dengan seksama.

"kamu tau gak alasan Tay sampai sekarang tidak pernah memanggil Namtan dengan ibu atau mamah?"

"mungkin Tay masih belum bisa menerima?" kata New yang terdengar tidak yakin

"ya itu, tapi lebih tepatnya, mana mungkin Tay memanggil ibu kepada kakak tingkatnya di kampusnya sendiri"

New pun kaget dengan fakta itu. Sebelumnya Tay tidak pernah membicarakan ini.

"entah apa yang dilakukan anak ku, dia jadi menikahi seseorang yang pantas jadi anaknya. Tapi itu sudah berlalu. Jujur saja saya sebagai ibu nya Lee, sebenarnya bisa menerima siapapun yang dia pilih, tapi nenek masih suka ragu saja. Hem entahlah"

New pun masih diam menunggu lanjutan dari nenek.

"dulu katanya itu Lee punya baby dengan Namtan, tapi keguguran. Dan sampai sekarang mereka belum punya lagi keturunan"

New kemudian sedikit menunduk, dia sadar jika dia dengan Tay pun tidak akan punya keturunan kandung.

Tapi nenek memegang tangan New diatas meja, dan nenek tersenyum tulus.

"sekali lagi nenek tidak mempermasalahkan itu. Karna bagi nenek, kebahagiaan anggota keluarga itu lebih penting dari apapun"

New tersenyum lega, saat mendengar itu dari nenek.

"kamu tau gak New, Tay itu walaupun seorang chef, sebelumnya dia lulusan jurusan bisnis. Bahkan saat dia masih kecil sekali, dia sudah bercita cita menjadi pemilik perusahaan. Tapi dia sekarang malah jadi buka resto"

"oh bukannya bisa ya Tay di perusahaan papahnya?"

"tentu saja bisa, jika tidak akan ku pukul pantat Lee seperti waktu kecil dulu" nenek dan New tertawa kecil.

"sebelum Tay lulus pun dia sudah ada di perusahaan. Sayangnya setelah lulus mungkin hingga hari ini dia tidak pernah menginjakan kaki lagi kesana. Nenek sungguh berharap dia bisa kembali kesana dan membantu papahnya. Mungkin lebih tepatnya mewujudkan cita citanya"

"nenek maaf New lancang nanya, apa Jane beneran mau dijodohin sama Tay?"

"iya dulu, entah ada angin apa, waktu itu Namtan langsung bilang begitu ke Tay, padahal waktu itu Tay baru saja putus dengan kekasihnya, ya Tay yang  selama ini diam akhirnya berkata tidak untuk satu itu. Tapi sayangnya papahnya membela istrinya. Jangan perdulikan New, kalian akan nenek jamin tetap bersama"

New pun tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

LET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang