Chapter 24

1.6K 176 11
                                    

"mau makan dimana?" tanya Tay, saat mereka sudah berada di mobil.

"dimana aja deh Tay, aku capek banget" kata New

"oke kalau gitu kita langsung pulang aja"

"eh. Gak masalah kok kita makan dimana aja, tapi otak ku udah gak bisa mikir tempat makan"

"nanti aku masakin di apartemen kamu aja, biar kamu bisa lebih cepet istirahat" kata Tay mengelus kepala New lembut

"tapi di apartemen aku gak ada bahan makanan"

"gimana kalau kita pulang ke apartemen ku aja"tawar Tay

New pun terlihat berpikir.

"iya mau" lagian entah kenapa bawaan malam ini dia mau terus sama Tay, jadi dibawa kemana aja mau kok.

New pun menyenderkan kepalanya di pundak Tay yang sedang nyetir.

"aku belum mandi padahal" kata Tay tertawa kecil

"bau kamu tetep enak ih" kata New yang terus ndusel di pundak Tay.

Tay pun tersenyum senang dengan manja nya New.

Sesampainya di apartemen, Tay langsung saja menyiapkan makanan untuk New. Sedangkan New sudah pergi untuk mandi.

Setelah selesai mandi New pun langsung ke dapur menyusul Tay yang masih memasak dan memeluknya dari belakang.

Ini bawaan apasih kok New jadi manja gini.

"Te, ingetin dong biar aku bawa barang ke sini, jaga jaga aja kan kalau mau nginep tapi besok masih kerja, jadinya gak pinjem kamu terus"

"gak masalah pakai barangku, toh kita kan pasangan, sudah sewajarnya kan 1 lemari" kata Tay yang masih mengaduk makanannya, sebelah tangan nya mengelus tangan New yang melingkar di perutnya.

"iya deh. Oh ya makanan nya udah siap?" New pun mengintip masakan Tay

"udah nih tinggal nunggu mateng bentar lagi, terus diangkat"

"kalau gitu aku yang urus sisanya, kamu mandi dulu"

"aw, tadi katanya bau ku enak walaupun belum mandi"

"sekarang udah bau asep, sana mandi dulu" kata New yang sudah merebut spatula yang dipegang Tay

"aku aja yang nyiapin makannya, kamu duduk aja, kan tadi habis kerja"

"gak, aku bisa kalau cuma tinggal nyiapin. Lagian wajar juga kalau pasangan saling bantu buat nyiapin makanan"

Tay pun mencubit pipi New gemas. Kemudian dia pergi mandi. Dan New menata makanannya dimeja.

"kemarin sama nenek ngobrol apa aja" kata mereka yang sudah memulai suapan pertama

New terlihat memainkan sendoknya dan berpikir

"banyak"

"ooh, apa yang kamu inget, aku kepo. Soalnya nenek gak ngebolehin aku ikut gabung ke meja kalian"

"nenek cuman nanya nanya biasa aja kok" jawab New. Lagian dia rasa dia tidak membutuhkan penjelasan Tay.

Karna tanpa Tay menjelaskan semuanya, apapun itu New akan menerimanya, mau menjadi bahu sandarannya, dan kapanpun Tay mau memeluknya, New akan memberikannya. Mungkin lain kali dia bisa bertanya pada nenek. Atau menunggu Tay bercerita langsung.

"oh ya Te, mau nanya dong"

"iya mau nanya apa hin?" jawab Tay sambil membawakan es krim untuk New

"kamu punya mantan?"

"punya"

"siapa?"

"orang"

"Te serius"

"aku cuma punya mantan 1, kita putus pas kita baru lulus, padahal kita pacaran dari awal kuliah. Dan dia seorang cowok"

New pun kaget.

"kalian putus kenapa?"

"takdir. Mungkin Tuhan mau aku sama kamu"

New pun memasang wajah seolah akan muntah, namun dia tetap memasang senyum di bibirnya.

"terus kamu emang jarang ya pulang ke rumah?"tanya New lagi

"kayaknya kata jarang gak cocok deh, soalnya hampir gak pernah ke sana, selama 1 tahun ini aja mungkin baru dinner kemarin aku kesana lagi"

"lho kenapa?" tanya New memulai memakan es krimnya

"aku gak nyaman aja suasana rumah sana. Disana tidak sama lagi"

"apa karna ada ibu Namtan?"

"gini New, aku tidak mempermasalahkan kalau papahku berkencan lagi atau bahkan menikah lagi, dengan siapapun itu, hanya saja, ada sesuatu yang menganjal"

"kalau kamu gak mau cerita juga gak masalah"

"aku hanya bingung milih kata. Gini New entah kenapa aku dan nenek bingung sekali sikap ibu Namtan yang tiba tiba menjodohkan aku dengan Jane. Padahal sebelumnya mereka tidak saling kenal. Dan semenjak itu dia selalu membuatku tidak nyaman di rumah ku sendiri, menekan ku, bahkan rasanya dia selalu menjauhkan ku dari papah. Anehnya lagi bukan hanya ke aku tapi ke nenek juga. Dia terang terangan menginginkan uang di depan nenek dan membuat nenek gak suka sama dia, itu lah yang membuat nenek pergi ke Inggris. Nenek berobat tidak sampai 1 tahun, tapi dia sengaja saja berlama lama disana karna malas di rumah. Terus kami sempat juga berpikir bahwa ibu Namtan hanya menginginkan harta papah saja, kayak yang aku tadi bilang, tapi dia selalu berperan selayaknya yang tertindas di rumah. Padahal tidak. Papah lebih percaya dia. Makanya aku gak mau berurusan dengan rumah itu."

New hanya diam menyimak Tay.

"ada yang mau ditanyakan lagi?" tanya Tay

"gak ada"

"mau nonton dulu?"

"mau"

"oke kamu pilih filmnya, aku siapin snack"

New diam lagi dan berfikir. Sebenarnya apa yang benar benar terjadi kepada Tay.

LET METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang