Bab. 18

5K 483 4
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!

Jangan lupa vote + komentarnya supaya semangat update ≖‿

Baca sampai habis ya!

# Bab. 18

"Kak Eva jangan culik kak Arka, nanti Jihan main sama siapa?" rengek Jihan menggenggam tangan Reva seraya menangis sesenggukan. Kini mereka berada di teras rumah mengantar kepindahan Reva dan Arka.

Reva tersenyum simpul lalu berjongkok mengusap kepala Jihan yang berjilbab. "Kak Eva enggak culik kak Arka, Sayang. Jihan masih bisa main sama kak Arka."

Jihan menggeleng berkali-kali, bahkan dia memukuli pundak Reva. "Gak mau! Kak Eva bohong!"

Dengan cepat Arka menggendong adiknya agar berhenti memukul Reva. "Hey hey, Jihan gak boleh gitu. Kak Eva kan baik, masa mau culik kakak? Kak Arka pindahnya gak jauh kok, sekarang Jihan minta maaf gih sama kak Eva, kasihan loh pundaknya sakit," rayu Arka.

Sejenak Jihan diam mendengarkan, dia segera menoleh ke Reva yang sudah beranjak dari jongkoknya. "Kak Eva, Jihan minta maaf ya? Jihan udah nakal sama kakak," pinta Jihan.

Reva mengangguk. "Iya, Sayang. Gak papa kok."

Arka mengecup kedua pipi Jihan sebelum menurunkannya dari gendongan. "Kalau gitu Reva sama Arka berangkat sekarang ya," ujar Arka kepada kedua orang tua dan neneknya yang dari tadi memperhatikan mereka.

"Iya, inget ya pesen bunda, harus bisa menjadi suami yang bertanggung jawab, kalau ada masalah hadapi dengan dewasa jangan terburu-buru. Bimbing istri kamu dengan benar, jangan sakiti hati maupun fisiknya. Paham?" tutur bu Rahma memeluk anak sulungnya.

"Paham, Bunda."
Arka mengecup kedua pipi bu Rahma.

"Bunda, ayah, nenek juga harus jaga kesehatan. Bunda harus jaga diri kalau gak di samping ayah," ucap Arka. Padahal sudah beberapa hari yang lalu Luthfi mengancamnya, tetapi dia masih tetap khawatir.

"Iya. Emang kamu gak tahu kalau waktu sd bunda udah pake sabuk item?"

Semua yang mendengar mengerutkan kening, kecuali Jihan yang hanya menampakkan ekspresi polosnya. "Masa, Bun?" tanya pak Bram heran.

Bu Rahma terkekeh. "Semua murid sd pake loh, kalau enggak ya dijemur."

"Itu ikat pinggang, Bunda," ujar Arka usai memutar bola mata.

"Hehe, kan sama-sama di pinggang."

Setelah mengobrol panjang, Reva mencium punggung tangan bu Rahma, pak Bram, dan nenek Wijaya. "Reva pamit, Nek, Yah, Bun."

"Iya, Reva. Nanti kalau Arka terlalu manja sama kamu, masukin aja ke kandang kucing," balas pak Bram membuat Arka melotot, sedangkan Reva tersenyum menahan tawanya.

"Kok gitu, Yah?" protes Arka diabaikan pak Bram.

Nenek Wijaya mengusap pundak Reva dan Arka bergantian. "Jangan lama-lama ya beri nenek cicit," ucapnya sukses memerahkan kedua pipi Reva.

Arka tertawa. "Citcit? Itu suara tikus, Nek."

Nenek Wijaya menghela napas kesal mendengar jawaban cucunya. "Terserah, Ar! Intinya nenek tunggu jadinya."

"Udah sana berangkat sekarang! Jangan sampai karyawan kamu nunggu, Ar," titah bu Rahma.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Reva dan Arka membawa koper mereka ke mobil yang sudah berada di depan gerbang. Usai memasukkan koper ke bagasi, Arka menyusul Reva masuk ke mobil dan mengendarainya menuju ke rumah baru.

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang