Bab. 31

4.3K 398 17
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!



Vote dan komentarnya jangan lupa yaaa.
Minta koreksinya jugaa.

# Bab. 31

Arka duduk gelisah di depan ruang pemeriksaan. Dia panik, dalam pikirannya, apa mungkin istrinya keracunan?

"Arka!" panggil seseorang berlari ke arah Arka. Bu Rahma datang bersama yang lainnya.

"Gimana keadaan Reva? Dia gak papa, 'kan?"

Arka menggeleng menjawab bu Rahma. "Masih diperiksa, Bun."

"Waduh, Ar, jangan-jangan keturunan lo udah muncul," ucap Eza menepuk pundak sepupunya.

Arka mengerutkan kening. "Keturunan?"

"Jangan ngarep dulu lo! Gue belum apa-apain Reva," lanjut Arka setelah paham dengan ucapan Eza.

"Hah?" 
Tidak hanya Eza, keluarga Arka ikut menganga mendengar jawaban Arka.

"Serius, Ar?" tanya nenek Wijaya menatap bingung cucunya.

"Kan Arka sama Reva belum lulus sma, Nek."

"He―" 
Ucapan Eza terhenti karena pintu ruang pemeriksaan dibuka dari dalam oleh seorang dokter, di belakangnya berdiri seorang suster yang tadi menemani dokter memeriksa Reva.

"Kondisi istri saya gimana, Dok?" tanya Arka, segera dia mendekat pada dokter laki-laki yang masih tampak muda. Di lain sisi, Arka berusaha untuk memadamkan panas di hatinya. Tenang, Arka, ini demi kesehatan Reva, pikir Arka seraya membuang napas kasar.

"Alhamdulillah pasien sudah tidak kesakitan lagi karena sudah saya beri obat. Tapi saya sangat berharap agar pasien tidak makan yang pedas dan terlalu asam karena sangat berisiko untuk lambungnya. Jadi, tolong dijaga pola makannya ya."

"Dan saya sarankan agar pasien dirawat di rumah sakit ini, setidaknya untuk malam ini saja. Nanti akan saya suruh suster untuk memasang infus pada pasien," jelas dokter dengan name tag Rio.

"Baik, Dok. Terimakasih," ujar Arka.

Dokter Rio mengangguk. "Silahkan urus administrasinya ya. Kalau begitu saya permisi."

"Arka mau urus administrasinya dulu ya," pamit Arka segera ke bagian administrasi. Dia tahu neneknya pasti akan mengomelinya, jadi sebisa mungkin pria itu menghindari.

"Kalian tunggu di sini dulu, nenek mau bicara sama Reva. Rahma, ikut ibu," ucap nenek Wijaya dengan mimik serius.

"Iya, Bu." 
Bu Rahma mengikuti ibu mertuanya masuk ke ruangan tempat Reva diperiksa.

Di dalam, Reva sedang berbaring di atas brankar. Gadis itu lantas menoleh saat merasa ada yang masuk.

"Masih ada yang sakit, Rev?" tanya nenek Wijaya mengusap kepala Reva.

Reva menggeleng. "Alhamdulillah udah enggak, Nek. Maaf ya acara makan malamnya jadi berantakan," ujar Reva sambil menatap nenek Wijaya dan bu Rahma dengan penyesalan.

"Gak papa, Sayang. Yang penting kamu udah baik-baik aja," tutur bu Rahma tersenyum tulus.

"Reva, nenek boleh tanya sama kamu?"

"Apa, Nek?"

"Apa kamu belum bisa menerima perjodohan ini?"

Kening Reva terlipat. "Maksud nenek?"

"Apa kamu belum bisa menerima Arka?"

"Kenapa nenek tanya gitu? Reva menerima dengan ikhlas kok perjodohan ini," ujar Reva apa adanya.

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang