Bab. 54

3.3K 308 13
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM IBADAH!



Happy Reading  ⌒ ‿ ⌒ 

#Bab. 54

Masuk ke toserba miliknya, Arka merangkul pinggang sang istri sambil tersenyum menyapa beberapa karyawannya. Tanpa menghiraukan tatapan pengunjung yang sedang berbelanja, Arka mengajak istrinya masuk ke ruangan pribadinya. "Oiya, Ar, salah satu toserba kamu yang kebakar waktu itu, mau kamu renovasi?" tanya Reva seraya duduk di sofa menatap Arka yang berada di meja kerja.

Arka menaruh kedua tangannya di atas meja menatap serius Reva. "Iya, tapi itu butuh waktu lama. Jadi aku ada rencana untuk buka toserba dua puluh empat jam supaya karyawan yang tadinya ada di toserba itu jadi ada pekerjaan lagi," jawab Arka.

Reva mengangguk, dia melangkah mendekat ke Arka lalu menyandar di meja kerja suaminya. "Itu artinya kamu butuh karyawan baru lagi kan supaya rencananya berjalan efektif? Aku boleh lamar gak?" ujar Reva menaikkan sebelah alisnya.

Arka menggenggam pergelangan tangan Reva lalu menariknya agar duduk di pangkuannya. "Kamu mau kerja?" tanya Arka dengan selidik.

Reva mengangguk. "Iya. Boleh kan?"

"Gak boleh. Kamu itu tulang rusuk, bukan tulang punggung. Jadi yang tugasnya kerja itu aku, emang uang yang setiap bulan aku kasih itu kurang ya?" tutur Arka mengusap lembut kepala sang istri.

"Bukan itu, kan udah mau kelulusan, nantinya aku juga mau kuliah. Kuliah itu butuh biaya, aku … gak mau membebani kamu dan waktu itu kamu juga udah suruh aku buat berhenti kerja kan?" jawab Reva menggigit bibir bawahnya.

Arka memegang dagu Reva. "Kamu serius mau kerja? Kalau emang serius, jangan masuk ke tempatku, Sayang. Nanti karyawan lain cemburu kalau gaji kamu lebih besar dari mereka," ucap Arka.

"Jadi kalau di tempat lain, boleh?"

Arka menggeleng tegas. "Enggak juga."

"Aku serius loh."

"Aku tahu. Soal biaya kuliah biar aku yang pikir, oke? Dan nanti kalau kamu emang ada keinginan untuk berpenghasilan di bidang yang kamu sukai itu gak masalah."

"Oh, kalau aku mau jadi desainer, boleh?"

"Boleh. Yang penting kamu bisa atur waktu, antara keluarga dan pekerjaan kamu. Serius kamu mau jadi desainer?" tanya Arka memastikan.

Reva tersenyum lebar, dia menampakkan deretan gigi putihnya kemudian turun dari pangkuan Arka. "Hehe, enggak, iseng tanya aja. Yaudah, kamu lanjut urus pekerjaan kamu aja, aku mau keluar," pamit Reva hendak berjalan menuju pintu, tetapi Arka terlebih dahulu melarang.

"Eh, yang bolehin kamu keluar siapa, hm?"

Reva menggaruk alisnya sambil tersenyum kaku. "Itu, aku gak mau ganggu kamu kerja, makanya aku keluar."

Arka beranjak berjalan mendekati istrinya, dia membawa Reva untuk duduk di sofa kemudian menatap wanita itu dengan tatapan tajam. "Siapa yang bilang kamu ganggu? Justru aku ajak kamu ke sini itu untuk jadi penyemangat biar cepet selesain pekerjaan. Tetep di tempat, Sayang," pesan Arka mencuri kecupan singkat di bibir istrinya lantas pergi ke mejanya.

Sambil menatap punggung tegap suaminya, Reva menghela napas lelah. Niat awalnya ingin mencari udara segar, jadi gagal karena sikap posesif calon papa muda. Selanjutnya Reva memilih untuk membaca buku yang terletak di atas meja depannya, saat membuka halaman pertama, ekspresi Reva berubah linglung. Dia membuka lagi bagian judul lantas menatap heran Arka. "Ar," panggil Reva.

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang