Bab. 43

4.1K 358 8
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!



Makasih yang udah mau baca, vote, dan komentar.

Happy Reading ❛ ᗜ❛ ฅ

#Bab. 43

Ifa berjalan dengan canggung di koridor sekolah bersama Yuna dan Reva. Ini karena dia masih teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu, di mana dia mendengar kalau Reva ternyata istri Arka. Sebenarnya dia sudah menyukai Arka saat masih di kelas sebelas, tetapi sekarang Arka bukan pria yang pantas untuk dikejar. Hanya saja, Ifa butuh waktu untuk menghilangkan perasaan yang sudah tumbuh di hatinya.

Lamunan Ifa buyar ketika gadis itu ditarik untuk duduk oleh Yuna. "Duduk, Fa! Kamu mau berdiri terus?" ujar Yuna menatap heran sahabatnya.

Ifa tersenyum tipis. "Udah sampai ternyata," lontar Ifa.

Yuna hanya menggeleng, sementara Reva menghela napasnya melihat Ifa terus bersikap kaku padanya.
"Mau makan apa? Aku yang pesen," tawar Yuna.

"Aku mau batagor sama es jeruk," balas Ifa diangguki Yuna.

"Kamu mau apa, Rev?"
Yuna beralih menatap Reva.

Reva menggeleng. "Gue nanti aja."

"Oke!"
Yuna menjauh dari mejanya menuju ke stan makanan.

"Fa, lo gak marah kan sama gue?" tanya Reva penasaran.

Ifa menoleh cepat ke Reva saat wanita itu bersuara setelah Yuna berlalu. "Ha? Eng-enggak kok."

Reva mengeluarkan napasnya pelan. "Gue tahu kok kalau lo suka sama Arka, tapi gue tahunya setelah gue nikah sama Arka. Jujur, sejak di uks itu lo jadi dingin sama gue. Lo marah, 'kan?"

Ifa tersenyum singkat. "Iya, aku emang suka sama Arka, bahkan lebih dari itu. Sekarang aku cuma mau melupakan aja," jelas Ifa.

"Fa―"

"Kamu tenang aja, aku gak papa kok. Besok juga aku mulai pindah sekolah," ujar Ifa tersenyum manis.

Reva melotot kaget. "Pindah?! Bentar lagi kan ujian kelulusan, Fa! Kenapa pindah?"

Bibir Ifa melengkung ke atas. "Cari suasana baru aja, sekalian melupakan yang udah lewat."

"Tapi kan gak harus pindah juga, Fa," ucap Reva. Di dalam hatinya dia merasa bersalah, padahal ini bukan salahnya.

"Siapa yang mau pindah?" sambung Yuna, dia duduk di hadapan Ifa setelah menaruh nampannya.

Ifa mengambil batagor yang disodorkan Yuna. "Aku."

Yuna menatap kaget sahabatnya. "Serius?! Pindah sekolah?"

Ifa mengangguk. "Iya," balasnya sambil memberi saos di batagornya.

"Kenapa pindah? Masa kita pisahan sih?"
Yuna menatap sedih Ifa, matanya berkaca-kaca mengingat masa-masa ketika bersama sahabatnya itu.

"Maaf, Yun, tapi aku emang udah disuruh sama orang tua buat pindah."

Yuna menarik napasnya lalu dikeluarkan dengan kesal. "Padahal kan udah kelas dua belas, tanggunglah, Fa. Cuma pindah sekolah, 'kan?"

"Aku mau selesain sekolah di luar kota. Tapi tenang aja, nanti aku bakal sering-sering hubungi kalian kok," timpal Ifa.

Reva berdiri dari duduknya kemudian berkata, "Gue ke toilet dulu."

Setelahnya Reva berjalan keluar dari kantin yang kini bertambah ramai. Keluar dari kantin, mata Reva berkaca-kaca menahan tangis. Wanita itu merasa bersalah karena sudah membuat Ifa pindah dari sekolah ini. Kalau saja Ifa tidak tahu perihal pernikahannya, mungkin Ifa tidak perlu pindah. Satu tetes air mata lolos melewati pipinya, Reva segera berlari ke belakang sekolah agar tak ada yang melihatnya.

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang