Bab. 37

4.7K 393 21
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!



Jangan lupa vote dan komentarnya. Sekalian minta koreksi ya ....

HAPPY READING (╹◡╹)♡


# Bab. 37

Setelah makan, Reva yang mengatakan ingin tidur menjadi gagal karena sepupu Arka datang. Eza, pria itu datang karena diperintahkan untuk menjemput Jihan, tetapi bocah yang ingin dia jemput masih tertidur di samping Reva. Jadilah Eza menunggu Jihan bangun sembari duduk di sofa yang ada di ruang rawat Reva.

"Gila sih, Ar, gue masih gak nyangka bentar lagi lo mau punya anak. Padahal kayak baru kemarin lo main boneka sama Tisa, hahaha," tawa Eza di akhir kalimatnya.

Reva yang tadinya memainkan ponsel Arka untuk menghilangkan bosan, kini menjadi menatap suaminya yang duduk di kursi sisi kanan brankar. "Main boneka? Sama Tisa? Tisa yang dulu kamu sukai itu?"

Arka meringis, dia mengusap tengkuknya. "Kan dulu, Rev, waktu masih kecil," jawab Arka sedikit takut. Dia jadi mengingat perkataan ayahnya tadi subuh, 'salah ngomong satu huruf aja udah disuruh tidur di luar'

"Tapi sekarang masih pengen main boneka?" tanya Reva dengan tatapan menyelidik.

Dengan yakin Arka menggeleng. "Ya enggaklah, Sayang! Masa udah jadi suami masih main boneka sih? Kan cuma buat anak perempuan," sahut Arka mantap. Dia kira itu jawaban yang diinginkan istrinya, tetapi reaksi Reva selanjutnya sungguh mengejutkan.

Mata Reva justru berkaca-kaca menahan air yang hendak menetes. "Jadi kamu gak mau main boneka sama aku? Padahal tadi aku pengen ngajak kamu main boneka, tapi kamu gak mau, yaudah!" ujar Reva. Dia menaruh ponsel Arka ke nakas dengan kesal dan berbaring di brankar lalu membelakangi Arka dan menghadap ke arah adiknya yang tertidur.

Arka mengerjapkan matanya melihat jawaban Reva. Dirinya salah jawab kah? 
"Rev? Reva? Kamu marah?"

"Gak!" balas Reva dengan suara bergetar.

"Sayang? Jangan ngambek dong, yaudah yuk kita main boneka ya? Tapi jangan marah?" ucap Arka menggoyangkan lengan Reva.

"Gak usah! Kamu bilang boneka cuma buat anak perempuan! Yaudah sana, main aja sama Tisa," timpal Reva kesal.

Arka melotot tajam ke arah Eza, dia juga melayangkan kepalan tangan ke arah pria itu. Lantaran pria itu membahas boneka, sekarang istrinya jadi marah. "Awas lo!" gumam Arka mendesis pelan.

Eza hanya terkekeh melihat muka marah Arka. Lucu juga kalau memperhatikan ekspresi suami takut istri.

"Sayang? Kamu tidur?" tanya Arka, dia beranjak mengitari brankar agar dapat melihat jelas wajah Reva yang membelakanginya.

Dapat Arka lihat wajah istrinya yang penuh air mata karena menangis. "Sayang, jangan nangis ya? Aku gak mau liat kamu nangis. Maaf ya, tadi aku salah ngomong," ucap Arka menghapus air mata sang istri yang mengalir di pipinya.

Baru ingin menjawab ucapan Arka, Reva turun dari brankar lalu berlari ke toilet sambil membawa tiang infusnya ketika dia merasa mual. Arka yang melihat Reva berlari pun mengikutinya dengan perasaan khawatir. Di dalam toilet, Reva sudah membungkuk di hadapan wastafel untuk mengeluarkan isi perutnya. Tanpa diperintah, Arka memijat leher belakang istrinya.

"Udah?" tanya Arka saat Reva membasuh mulutnya.

Reva mengangguk lemas, dia lantas memeluk tubuh sang suami. "Pusing, Ar," rengek Reva mencengkeram erat kaus putih polos yang dipakai Arka.

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang