Bab. 32

4.5K 408 76
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!



Vote dan komentarnya jangan lupa yaaa. Minta koreksinya juga.

Happy Reading! (╹◡╹)♡

# Bab. 32

Sampai di rumahnya, Reva membaringkan tubuhnya di sofa. Terlalu banyak kegiatan sekolah dan masalah, membuat Reva lelah.

"Mandi dulu, Rev," ujar Arka. Dia langsung menuju ke kamarnya untuk menaruh tas.

Reva mengangguk, dia mengikuti Arka masuk ke kamar. Ketika di dalam kamar, Reva melepaskan sepatu. "Kamu dulu sana yang mandi, aku pengen rebahan," ucap Reva berbaring di atas kasur dengan telentang.

"Yaudah deh," kata Arka. Dia membawa pakaian ganti keluar kamar.

Sambil menatap langit-langit kamar, Reva memikirkan obrolannya dengan nenek Wijaya dan bu Rahma di rumah sakit. Tentang kewajiban seorang istri. Bagaimana kalau suaminya tidak puas dengan dirinya lalu mencari wanita lain? Sangat memungkinkan untuk Arka mendapatkan penggantinya, apalagi pria itu menjadi idaman banyak wanita. Termasuk Ifa, dari sikapnya saja sudah dapat dipastikan jika temannya itu menyukai Arka. Dan juga, tetangganya yang masih gadis juga mengincar Arka.

Reva beranjak menjadi duduk di atas kasur. Dia meraih ponsel Arka yang tergeletak di nakas. Reva keluar membawa ponsel tersebut, dia duduk di sofa ruang tengah. Sebelum membuka layar kuncinya, Reva berteriak. "Arka, aku izin buka hp kamu boleh gak?!"

"Boleh!" balas Arka juga dengan berteriak.

"Makasih, Babe!"

"Sama-sama, Sayang!" 
Pipi Reva merona lagi mendengar balasan Arka. Dia menatap kembali ponsel di tangannya.

Kemudian Reva membuka layar kunci. Dari awal dia menikah dengan Arka, baru kali ini Reva membuka ponsel suaminya. Gadis itu hanya penasaran dengan siapa saja Arka berkomunikasi.

Saat membuka salah satu aplikasi pesan, hanya ada notifikasi dari grup komunitas, grup sekolah, dan sejumlah pesan pribadi yang belum direspon Arka.

Yang menarik perhatian Reva adalah pesan dari Ifa. Ada masalah apa Arka saling mengrim pesan dengan Ifa? Walaupun sudah dari dua minggu yang lalu, tetapi tetap saja Reva curiga. Dia lantas membuka ruang pesan pribadi Ifa dengan Arka.

[Arka]

"Assalamualaikum Fa. Sarung sama peci yang lo beri, gue taruh di mushola ya. Wassalamu'alaikum."

[Lathifa]

"Wa'alaikumussalam." 
"Ya, Ar."

Kening Reva mengernyit. Dia bingung, kapan Ifa memberi Arka sarung dan peci? Setelah mengingat, Reva mengangguk. Rupanya isi paper bag yang Ifa berikan itu berisi sarung dan peci. Namun, kenapa Arka menaruhnya di mushola? Kenapa juga Arka tidak memberitahunya? Ah, sejak obrolannya dengan nenek Wijaya, Reva jadi selalu berpikiran negatif.

"Kepoin apa hayo?" lontar seseorang dari belakang punggung Reva.

Reva menoleh kaget, tiba-tiba saja Arka muncul dan berbicara tepat di telinganya. "Astaghfirullah! Bikin kaget orang aja!"

Masih dengan rambut basahnya, Arka duduk di samping sang istri. "Emang liatin apa sih? Nyampe kaget gitu," ujar Arka sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

Reva menyerahkan ponsel ke pemiliknya. "Aku tadi baca chat kamu sama Ifa, kamu kenapa taruh peci sama sarung di mushola? Maksudnya itu kamu sumbangin ke mushola gitu, 'kan?"

REVARKA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang