***Seorang gadis cantik tengah duduk di salah satu bangku di taman depan Mesjid At-Taqwa seorang diri. Wajah cantiknya ia sembunyikan dibalik kedua tangannya yang bertumpu.
Gadis cantik itu bernama Raffika, bukan Raffika untuk pewangi pakaian, tapi Raffika Della Antonio.
Sudah hampir tiga jam lebih gadis itu duduk seorang diri, bahkan ibu-ibu penjual disana sudah beberapa kali menawarkan dagangannya pada Raffika, namun gadis itu menolak untuk membeli makanannya.
Ya, taman depan Masjid At-Taqwa itu bisa di sebut juga dengan Rest Area, biasanya orang-orang yang sedang berlibur atau berpergian jauh, selalu menghentikan perjalanannya di sini, sebagai tempat istirahat.
Raffika menghela napas pelan, gadis itu mengintip sedikit dibalik kedua tangannya. Ramai, Fika berdecak kesal, ia benci keramaian. Saat ia pergi kesini hanya ada dirinya seorang diri, tidak ada orang selain dirinya disini. Mungkin efek siang hari membuat taman ini sangat sepi.
Lagi pula, untuk apa orang-orang datang ke taman di siang bolong? Matahari yang menyorot dengan teriknya membuat siapa saja malas untuk keluar rumah.
Namun, kali ini taman menjadi ramai, banyak orang-orang yang berlalu lalang sambil membawa anaknya, dan banyak mobil yang terparkir dengan rapih disana.
Fika melirik jam tangannya, pantas saja taman menjadi ramai, ini sudah waktunya adzan ashar, pasti mereka tengah beristirahat sejenak disini. Bahkan, bangku yang disediakan di taman ini sudah penuh tak tersisa.
Raffika benci keramaian, namun ia juga malas untuk pulang. Gadis itu kembali menyembunyikan wajah cantiknya di balik kedua tangan. Ia memejamkan matanya, sambil mendengarkan alunan musik yang keluar dari earphone miliknya dengan volume yang kecil. Nada demi nada yang terdengar membuat Raffika tenang. Namun, sayang ketenangan Raffika tidak berangsur lama, karena suara bariton membuat gadis itu mengangkat kepalanya.
"Permisi, boleh duduk disini?"
Raffika mendonggak, menatap tajam laki-laki tinggi di hadapannya. Seolah mengerti dengan tatapan Raffika, Laki-laki itu kembali berucap.
"Bangku disini sudah penuh, hanya bangku di depanmu yang masih kosong. Jadi, boleh saya duduk disini?"
Raffika belum menjawab, gadis itu melihat sekitarnya. Memang, bangku disini sudah terisi penuh, hanya bangku didepannya yang kosong. Bangku di taman ini memiliki dua kursi panjang dengan satu meja yang menyatu.
Raffika menghela napas pelan, atensinya kembali menatap laki-laki bertubuh tinggi itu. Lalu mengangguk pelan, membiarkan laki-laki itu duduk didepannya.
Mendapat persetujuan dari Raffika, laki-laki itu langsung duduk di depan gadis itu. Laki-laki itu menatap Raffika yang tengah menunduk sambil memainkan ponselnya.
"Kamu sendiri aja disini?" tanya laki-laki itu dengan nada pelan sehingga membuat Raffika yang tengah mendengarkan musik tak mendengarnya.
Melihat tak ada jawaban dari gadis di depannya, laki-laki itu kembali bertanya.
"Kamu sendiri aja disini?" tanya laki-laki itu lagi, namun kali ini nada suaranya dinaikan tidak sepelan tadi.
Raffika mendonggak, menatap Laki-laki tinggi didepannya. Membuat laki-laki itu meringis pelan, tatapan gadis di depannya itu sangat tajam. Matanya yang hitam pekat, bulu matanya yang panjang dan lentik, dan bawah mata yang hitam membuat tatapan gadis itu sangat tajam.
Raffika menunjuk dirinya sendiri. "Om bicara sama saya?"
Mata laki-laki itu membulat. Apa katanya? Om? Tentu laki-laki itu terkejut, umurnya masih muda, masih belum pantas disebut om.
"Om?" beonya.
Raffika mengerjap. "Iya. Emangnya kenapa, Om? Saya salah ya?"
"Umur saya masih 20 tahun, belum pantas di panggil Om. Enak banget kamu panggil saya Om, " ucap pria itu tak terima.
"Lah? Wajar dong saya bilang Om, orang badannya aja lebih besar dari saya."
Raffika tidak salah bukan? Badan pria di depannya itu emang lebih besar darinya, tangannya pun kekar dan berisi, wajar bila Raffika berfikir seperti itu.
"Loh, kok kamu ngotot sih? Tubuh kamu aja yang kecil, mangkannya kamu bilang badan saya besar. Orang badan saya aja ideal gini, " ketus pria itu.
Raffika melongo, mendengar penuturan laki-laki didepamnya itu. Ideal? Itu terlalu berlebihan untuk laki-laki di depannya ini. Raffika menggelengkan kepalanya pelan.
"Kata ideal enggak cocok buat om, " ketus Raffika.
Raffika menghela napas pelan, gadis itu kembali memainkan ponselnya, tanpa memperdulikan pria didepannya. Malas sekali jika harus meladeni Om-Om didepannya ini. Terlalu percaya diri.
"Kamu sendiri aja disini?"
Lagi-lagi, pria itu bertanya seperti itu, karena belum sempat di jawab oleh Raffika.
"Keliatannya?"
"Sendiri," jawab pria itu dengan polosnya.
"Udah tau nanya," ketus Raffika.
"Sial! Ngeselin banget sih nih cewe, " gerutunya dalam hati.
Raffika bangkit dari kursinya, membuat pria itu menatap Raffika. "Mau kemana kamu?"
"Bukan urusan, Om, " ketus Raffika.
"Enggak sopan ya kamu sama orang yang lebih tua!" kesal Pria itu.
Raffika memeletkan lidahnya. "Bodo amat! Om ngeselin, males saya ngeladeninnya. Bye!"
Setelah berucap seperti itu, Raffika benar-benar pergi meninggalkan Pria itu yang tengah berteriak kesal.
"Heh! Mau kemana kamu? Temenin saya dulu disini!" teriak Pria itu.
Raffika menghentikan langkahnya, membalikan badannya dan menatap pria itu yang juga sedang menatapnya dengan kesal. Temenin? Untuk apa? Kita aja enggak saling kenal. Mana mungkin Raffika nau menemani Om-om itu, apa kata mereka kalo liat temennya jalan sama Om-om.
"Ogah!"
Tbc.
Assalamualaikum semuanya...
Apa kabar nih? Sehat semuanya? Semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin...Jaga kesehatan ya,,, jaga pola makannya juga, dimasa pandemi kaya gini kalian harus bener-bener jaga kesehatan, jangan keluar rumah kalo ga penting² banget, dan harus tetep lakukan 3M ya, Memakai masker, mencuci tangan dan Menjaga jarak.
Ini cerita yang keberapa yang aku tulis, aku enggak tau. Karena kalo ada ide, aku selalu ketik di wattpad, bahkan sampai ada yang udah berdebu. Hadeuu, jangan di tiru ya gess...
Khem! Menurut kalian gimana sama cerita yang satu ini? Kalo kalian suka, jangan lupa buat masukim ke perpustakaan ya gess, dan jangan lupa untuk tinggalkan
jejaknya. 。^‿^。Karena satu vote dan banyak coment dari kalian itu sangat berarti banget buat aku<3
Next ngga? Next ngga? Next lah masa enggak!!!
See you next part!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raffika
Teen Fiction[[Follow dulu sebelum membaca]] Raffika Della Antonio, gadis berumur 17 tahun ini harus siap dinikahi oleh pria tampan yang umurnya jauh lebih tua darinya. Menikah karena sebuah perjanjian dari mendiang sang kakek membuat Raffika mau tak mau harus...