3. Pesta?

157 28 0
                                    

#Pesta

#Pesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Awan yang biru kini berganti menjadi awan hitam yang dikelilingi bintang-bintang kecil yang menghiasi indahnya langit. Bulan yang terang menambah kesejukan malam. Lampu-lampu terang dengan berbagai warna menambah keindahan di kota jakarta.

Seorang gadis tengah tertidur pulas di kamar bernuasa putih, tidurnya terngkurep sambil memeluk bantal guling. Tidurnya terlihat sangat pulas, bahkan sangat pulas, saking pulasnya ketukan pintu yang keras di luar tak di dengar gadis itu.

"Raffika!"

"Buka pintunya!"

Tok tok tok

"RAFFIKA!"

Gadis yang tak lain Raffika menggeram kesal, ia menutup telinga dengan guling yang tadi dipeluknya. Dan melanjutkan tidurnya terganggu. Bukannya kembali tidur dengan tenang dan nyaman, Raffika kembali mendengar suara kencang di luar di tambah ketukan pintu yang kencang.

Raffika tau diluar pasti Ragil, siapa lagi manusia yang tinggal di rumahnya yang sangat hobi teriak-teriak selain Ragil? Jika Dila-bunda Raffika yang membangunkannya, wanita itu pasti akan membangunkannya dengan lembut, bukan kasar seperti Ragil.

"Apa sih bangsat?!"

"Buka pintunya, " titah Ragil yang terus mengetuk pintu membuat Raffika benar-benar kesal dengan tingkah Ragil.

Raffika berdecak kesal, menghela napas kasar. Mimpinya terganggu, padahal tadi ia sedang mimpi indah. Dengan kesal setengah mati Raffika berjalan membuka pintu, dengan satu bantal di tangan kanannya.

"Cepet mak-"

Bug

Ucapan Ragil terpotong, pria itu terpental ke belakang, karena mendapat serangan dadakan dari Raffika.

Sebuah bantal berukuran sedang mendarat dengan mulus di wajah Ragil. Pelakunya? Tentu Raffika, gadis itu menatap Ragil dengan kesalnya.

"Berisik! Ganggu orang tidur aja!" kesal Raffika. Gadis itu menguap, dan merentangkan badannya.

"Lo gue bangunin dari tadi, enggak bangun-bangun! Udah cepet turun, makan malam, bunda tadi suruh." Ragil melempar kembali bantal pada Raffika.

Raffika yang tak tau akan mendapat serangan balik pun terjatuh, bantal tersebut mendarat mulus di kepalanya. Rasa ngantuk itu hilang berganti dengam rasa kesal yang sudah mencapai ubun-ubun. Detik itu juga Raffika berteriak kencang, menumpahkan semua kekesalannya.

RaffikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang