20. Keberangkatan Ragil

123 16 0
                                    


"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Entah untuk masa depan atau untuk kebaikan hidup. Yang pasti, kita akan bertemu jika kita memang berjodoh. "

_Isa_

#Keberangkatan Ragil

#Keberangkatan Ragil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°…°

"LO MAU BERANGKAT BESOK?!" seru Raffika.

Ragil mengangguk dan tersenyum tipis menatap wajah Raffika. "Gue bakal merantau dan bakal cari kerja disana. "

Raffika mengerutkan dahinya tak terima. Menginginkan Ragil yang harus ada disisinya. Ia sudah terbiasa hidup dengan Ragil, keinginannya selalu dipenuhi laki-laki itu. Meski laki-laki itu menyebalkan tapi ia tak rela jika harus berjauhan dengan Ragil.

"Kenapa enggak kerja di perusahaan Ayah?" Raffika masih tak terima dengan keputusan Ragil. Ia tau Ragil ingin mandiri, tapi apa harus pergi dari jakarta?

Ragil tersenyum tenang. "Lo tau alasannya. "

"Yaudah kenapa enggak dijakarta aja? Perusahaan di jakarta banyak, jadi lo enggak perlu pergi jauh-jauh ke Jogja, " protes Raffika.

"Lo enggak mau gue pergi?"

Raffika mengangguk pelan, bibirnya melengkung ke bawah, matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak tau apa jadinya jika tidak ada Ragil disampingnya.

Ragil tersenyum simpul, tangan mengusap rambut Raffika pelan. Rasanya begitu sulit jika harus meninggalkan adik dan keluarga. Namun, bagaimana lagi? Keputusannya sudah bulat.

Tidak selamanya ia akan terus bergantung, membuntuti dan menjelajahi jejak Antonio.

Ia tidak mau bergantung.

Ia hanya ingin memulai semuanya dari nol.

Tanpa campur tangan dari keluargnya.

Ragil membawa Raffika kedalam dekapannya, membiarkan gadis itu menangis membasahi bajunya. Helaan napas keluar dari mulut pria itu. Tangannya mengusap rambut Raffika lembut.

"Pilihan gue udah bulat. " Ucapan Ragil mampu membuat Raffika kembali meneteskan air matanya.

Rasanya begitu sesak, ia sangat menyayangi Ragil, dia sudah sepeti sosok pahlawannya, yang selalu melindunginya. Ragil adalah kakak terbaik di dunia.

Lama terdiam Ragil kembali bersuara, nadanya begitu parau. "Gue enggak mungkin terus bergantung sama Ayah dan Bunda. Gue juga enggak mungkin kerja diperusahaan Ayah, karena gue enggak punya cukup skill disana, " ucap Ragil.

"Enggak ada salahnya untuk mencoba hal yang baru dengan suasana yang baru'kan?"

Raffika mengangguk, gadis itu melepaskan pelukannya, matanya dan hidungnya sudah memerah, air mata terus keluar dan meluncur melewati pipi mulus Raffika.

RaffikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang