"Baik atau buruk itu pribadiku. Salah atau benar itu urusanku"***
Hari semakin malam, langit semakin menghitam dan jalan semakin terang karena sebuah pencahayaan yang menerangi jalan.
Keheningan sedang melanda isi mobil berwarna hitam, keduanya sama-sana diam dan enggan untuk memulai pembicaraan, hanya sebuah alunan lagu yang menemani kecanggungan mereka.
Selepas makan sore tadi di rumah Amira, Raffika dan Raffa pamit pulang karena hari semakin senja. Tidak ada yang memulai pembicaraan hingga mobil mereka berhenti disebuah parkiran mobil apartement. Tak terasa mereka sudah sampai.
Raffika keluar dari mobil tanpa sepatah kata apapun, kakinya yang ingin melangkah terhenti saat mendengar suara Raffa yang menyuruhnya membawa boneka yang dia belikan.
"Bonekanya bawa!"
Raffika menoleh, menatap boneka beruang yang berada dalam dekapam Raffa. Melangkahkan kakinya menghampiri Raffa dan mengambil alih boneka beruang itu.
"Disimpan di kamar Bapak, ya, " jawab Raffika.
"Kenapa tidak di kamar kamu saja?"
Memutar matanya malas, berdecak sebal. "Saya'kan sudah bilang, saya enggak suka boneka. Nan–"
Beluk sempat Raffika menyelesaikan kalimatnya, buru-buru Raffa sudah menyomot bibir Raffika dengan tangan kiri. "Kamu takut bonekanya hidup tengah malem? Ck korban film!"
Mendelik tak suka. "Bukan korban film! Hanya mewaspadai aja!"
"Terserah!"
Menghentakan kaki kesal saat Raffa melewatinya begitu saja. Bibirnya mengerucut, menghela napas pelan lalu berjalan mengikuti Raffa dari belakang.
"Saya mau mandi, siapin air anget, " titah Raffa saat pria itu sudah masuk sepenuhnya ke dalam Apartement.
Raffika mengangguk, menaruh boneka di sofa, melangkahkan kaki ke dapur untui menyiapkan yang Raffa pinta.
"Pak!"
"Hm. " melirik Raffika sekilas lalu menatap layar ponsel kembali. "Kenapa?"
Menggelengkan kepalanya cepat, Raffika menjawab. "Enggak! Enggak jadi!"
Merasa aneh dengan dirinya, Raffika menganggaruk dahi yang tak gatal, menggelengkan kepala kecil, menyadarkam otaknya yang sepertinya masih tertinggal entah dimana.
"Enggak jelas!" cibir Raffa.
Raffika hanya mendengus sebal, memainkan ponselnya sembari menunggu air panas. Raffika membuka room chat, terdapat beberapa pesan masuk. Dahinya mengkerut saat melihat notif dari Alfa.
Tak lama ibu jari Raffika menekan room chat Alfa, membaca pesan dari pria itu dan tak lupa juga untuk membalasnya.
Alfa
KAMU SEDANG MEMBACA
Raffika
Teen Fiction[[Follow dulu sebelum membaca]] Raffika Della Antonio, gadis berumur 17 tahun ini harus siap dinikahi oleh pria tampan yang umurnya jauh lebih tua darinya. Menikah karena sebuah perjanjian dari mendiang sang kakek membuat Raffika mau tak mau harus...