[[Follow dulu sebelum membaca]]
Raffika Della Antonio, gadis berumur 17 tahun ini harus siap dinikahi oleh pria tampan yang umurnya jauh lebih tua darinya. Menikah karena sebuah perjanjian dari mendiang sang kakek membuat Raffika mau tak mau harus...
Raffa yang sedang fokus dengan benda pipih ditangannya menoleh. "Kamu udah pernah ketemu Mami dan dia baik sama kamu'kan?"
Raffika mengangguk pelan. Ucapan Raffa memang tidak salah, Amira memang selalu bersikap baik kepadanya. Tapi, tetap ia masih takut jika bertemu dengan Amira. Apalagi pertemuan pertamanya sangat tidak sopan terhadap Amira.
Ia juga tidak pernah menyangka jika Amira akan menjadi mertuanya.
"Ya terus, apa yang kamu takutin? Mami saya juga enggak akan bunuh kamu. "
Raffika berdecak. Raffa tidak paham dengan perasaannya. "Bapak mah enggak paham ih! " Raffika bangkit dengan kesal berjalan masuk ke kamarnya.
"Mau ikut saya enggak?!" teriak Raffa
"KEMANA?!"
"Rumah baru. "
Grkk grkk gsrkk
"Aww, " rintih Raffika saat pinggangnya tak sengaja menyenggol ujung meja. Tangannya menyentuh pinggang, matanya merem melek saat merasakan sakit yang luar biasa.
Dua kata dari Raffa mampu membuat Raffika panik sendiri. Untuk apa Raffa membeli rumah, apartemen ini saja sudah cukup baginya.
Raffika membuka kenop pintu dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya meremas pinggang yang terasa perih.
"Bapak buat apa beli rumah?" dengan tertatih-tatih Raffika mendekati Raffa.
"Kenapa kamu? " Raffa bertanya saat atensinya menatap tangan Raffika yang terus meremas pinggang.
"Kejedot meja, " jawab Raffika. "Bapak buat apa beli rumah. " Raffika kembali bertanya saat tak mendengar jawaban dari Raffa.
"Ya buat kita huni lah. "
Raffika berdecak. "Ya maksud saya, buat apa Bapak beli rumah! Apartemen ini aja udah cukup! "
"Emang kamu enggak mau punya anak?"
Mata Raffika membulat. "Bapak!"
"Kenapa? Saya ngomong bener loh. "
"Kenapa ngomongin anak sih! Saya kan tanya buat apa beli rumah, ini aja udah cukup. "