27. Rumah Mertua

117 19 0
                                    

~Rumah Mertua

~Rumah Mertua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seperti yang diucapkan Raffa kemarin. Hari ini, tepat hari minggu pukul 08.00 pagi, Raffika pergi ke rumah mertuanya. Sementara Raffa akan pergi ke kampus, ada hal yang harus pria itu kerjakan dan tanyakan pada dosennya.

Raffika memoleskan lip bam pada bibirnya yang terasa kering. Entah mengapa, Raffika merasa bermimpi jika Raffa menciumnya. Sedari tadi gadis itu terus memikirkan itu, ada rasa penasaran dalam dirinya.

Ingin sekali ia bertanya pada Raffa, tapi ia takut Raffa kege-eran. Tingkah menyebalkan Raffa membuatnya malas bertanya masalah itu.

Raffika mendengus, lebih memilih melupakan asumsinya saat ini. Bodo amat jika itu mimpi atau bukan.

Raffika bangkit, meraih tas kecil yang tergantung, memasukan dompet dan beberapa alat make up. Berjalan membuka kenop pintu, duduk disofa sembari menunggu Raffa keluar kamar.

"Udah siap?" Raffa bertanya saat melihat Raffika yang sudah duduk santai diatas sofa.

Raffika menoleh, mulutnya menganga, menatap Raffa dari atas sampai bawah. Raffa memakai celana bahan berwarna cream dengan kemeja lengan panjang berwarna putih, tangan kanannya memegang tas cukup besar, hanya muat satu laptop dan buku kecil saja. Simple tapi membuat Raffika terpesona sesaaf, kadar ketampanan Raffa samakin bertambah.

"Ngapain liat saya gitu? Terpesona?" merasa risih dengan tatapan Raffika kepadanya sembari melipat lengan baju hingga siku.

"Hah?" Raffika menggelengkan kepalanya. "Enggak! Ayo berangkat. " Raffika bangkit berjalan keluar meninggalkan Raffa.

Raffa menyusul Raffika dari belakang. Menyearahkan jalannya dengan Raffika. "Harusnya kalo suami mau berangkat kerja atau kuliah, dasinya dipasangin atau bajunya dirapihin bukan malah ditinggalin!" sindir Raffa.

Raffika menatap sinis Raffa. "Situ punya tangan!"

"Yang sopan sama suami!" tegur Raffa yang tak suka dengan ucapan Raffika.

Raffika mendelik. "Maaf. "

***

"Pulang jam berapa?" tanya Raffika sebelum keluar dari mobil.

Kini ia dan Raffa sudah sampai dikediaman Amira—Mami Raffa sekaligus mertua Raffika. Raffa yang memang akan langsung pergi dan tidak akan mampir membuat Raffika bertanya.

Raffa tampak berpikir sejenak. "Sore. Kenapa emangnya?"

"Pulang nanti bawain rujak ya, " pinta Raffika tiba-tiba.

Raffa mengerutkan dahi. "Saya belum apa-apain kamu loh, masa kamu ngidam aja. "

Sontak mata Raffika membulat, refleks tangannya memukul keras lengan Raffa membuat pria itu meringis. Meski tubuh Raffika kecil, tapi tenaga gadis itu cukup besar dalam memukul.

RaffikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang