Dengan alur yang lebih fresh, semoga kalian suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya >_<
°°°°
Mendengar pintu yang tertutup kasar dan keras membuat mereka yang berada di ruang tamu terjengkit kaget, amarah gadis itu benar-benar diluar batas, bahkan pecahan barang masih berserakan disana.
"Vin, gak seharusnya lo ngehakimi dia tanpa bukti yang valid." ucap Dieril setelah beberapa saat hening. Dieril laki-laki pendiam itu kini mulai angkat bicara.
"Kenapa enggak? Jelas-jelas bukti itu udah kita dapatkan." Elak Gavin kekeh.
"Gue rasa enggak, gak mungkin dia ngelakuin hal yang kayak gitu." Bela Mido membuat mereka serentak menoleh kearahnya.
"Meskipun adik lo berubah tapi gue bisa liat tatapan dia kalo dia gak ngelakuin itu." Lanjut Mido menjelaskan dengan tangan yang menggaruk tengkuknya tak gatal.
Mereka pun terdiam disana dengan pikiran masing-masing, saling pandang seolah saling menyalurkan pendapat yang terpendam kemudian menoleh kearah Naya yang langsung menegang sesaat ketika sadar ditatap.
"Nay, jelasin ke Abang, apa maksud Ara tadi?
Membuat para sahabat sekaligus Abangnya merubah arah pandang ke Naya yang saat ini tegang namun Ia berusaha rileks agar tidak ketahuan. Benar-benar medusa yang menyusahkan.
"Hiks Na-Naya juga gatau Bang, mungkin hiks mungkin Ara mau bunuh aku karna udah nuduh dia." Ucap Nayaa menangis buaya dan memilin tanganya seolah Ia yang merasa lemah.
"Shut udah, dia gak bakalan bisa bunuh kamu., Jangan nangis, masa adik Abang nangis sih gak cantik loh nanti." Bujuk Gavin memeluk Naya erat walau sebenarnya dalam hati Ia masih ragu.
Tanpa Gavin sadari Naya tersenyum licik, dan itu tak luput dari pandangan seseorang yang sedari awal menyadari keanehannya.
"Gue tau rencana lo, Nay." Batin orang tersebut.
Naya tertawa dalam hati, melihat kebodohan Gavin tidak menyangka jika Gavin masih membelanya seperti ini. Haruskah Ia merayakan kebodohan Gavin?
Dibalik pintu kamarnya, Ara mendengarnya saja sudah jengah, jelas-jelas Ia tau jika Gavin menjadi ragu namun karna keegoisannya membuatnya buta mata.
"Gue jadi pengen bunuh medusa penuh virus corona itu, ngeliat wajah menjijikannya aja udah buat gue nahan muntah. Lagian Gavin tolol banget jadi orang, gabisa apa percaya gue dikit, egoisnya membuat dia buta akan kebenaran." Gerutunya sembari memaki Gavin di dalam kamar.
Ara harus ekstra sabar menghadapi sikap Gavin, juga sikap semua orang yang sangat menyebalkan baginya, karna terlalu lelah ia memutuskan untuk tidur saja.
Dan didalam mimpi itu Ia bertemu dengan Ara asli yang mendatanginya dengan gaun putih bersih dan wajah yang berseri, sangat cantik.
"Kamu kesel ya Kak ngehadapin sikap Abang Gavin sama yang lain? Maaf ya udah buat kamu ditampar, pasti sakit kan?" Lirihnya menatap lamat pipi yang terlihat kembali memar itu mengusapnya dengan ibu jarinya.
Arsya terlihat termenung ditempat, ia memgetahui perasaan Ara ketika dia selalu mendapatkan sarapan tamparan, bentakan dan hinaan yang keluar dari mulut biadab mereka.
Tatapan yang sangat teduh itu menyimpan banyak sekali luka, luka yang sudah tidak bisa lagi disembuhkan, luka yang begitu dalam dan tertancap di hati nya. Namun Ara masih tetap tersenyum dan begitu tenang.
"Hati lo terbuat dari apa Ra? Kehidupan lo yang penuh andrenalin ini, dunia yang kejam sama lo tapi lo masih bisa mempertahankan senyum manis lo." Batin Arsya menatap intens mata Ara.
"Kenapa Tuhan begitu mudah memberikan lo cobaan disaat hati lo semakin rapuh, lo tetep bertahan walau akhirnya lo menyerah." Lontaran kata yang diucapkan Arsya membuat Arasya mematung sesaat.
"Kak Arsya, Tuhan itu maha adil, mungkin disaat kita sedang mengalami ujian yang berat sekalipun tapi Tuhan masih memberikan kita kekuatan, itu kuasanya Tuhan. Ara juga gatau hati Ara terbuat dari apa, karna Ara hanya mencoba untuk mempertahankan dan tetap bersabar meskipun akhirnya Ara juga menyerah. Ara gak sekuat itu Kak, Ara rapuh.... Ara hanya ingin mereka meluangkan waktunya sedikit aja dan mengerti bagaimana kondisi dan keadaanku..." Tandasnya menatap Ara dengan tatapan teduh.
"Kak, janji sama Ara. Jangan menaruh benci sama mereka, jika kebencian itu Kakak tanamkan dalam hati, arwah Ara gabisa tenang diatas sini." Pintanya seraya menyentuh dada Arsya tepat di hatinya.
"Ara pamit ya Kak, Ara ga minta banyak, Ara hanya gak mau semakin menyesal karna membuat Kakak menjadi ikut benci sama mereka." Ujarnya sebelum bayangan itu semakin menghilang.
"Sebelum kita berpisah, Ara mau memberi sesuatu ke Kakak, ingat jangan menaruh benci, walaupun itu cukup sulit untuk Kakak terima.. Maaf Kak jangan benci dia..." Lirihnya semakin tak jelas diakhir kata.
Arsya yang tak melihat Ara lagi disana pun terbangun dengan terengah rengah, keringat bercucuran bersamaan dengan air mata yang perlahan jatuh beriringan.
"Hiks apalagi ini Tuhan!!! Ara kenapa lo lakuin itu, Ra. Kenapa???? Dia pasti akan menyesal seumur hidup." Desisnya dengan gigi bergesekan, air matanya semakin deras mengingat fakta yang membuatnya benar-benar tidak bisa lagi berkata.
Nahloh rahasia apalagi yang disembunyiin ara dan apa yang diberikan memori itu kepada ara ?
Hemm kehidupan ara memang penuh misteri
Semoga ara bisa tenang dialam sana
Kita berdoa aja saya manteman
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA OR ARASYA (Re-upload) S1
Teen Fiction📌RE-UPLOAD [FOLLOW SEBELUM MEMBACA + TAP READING LIST + VOTE AND KOMEN] GENRE : TRANSMIGRASI - ACTION-ROMANCE- HUMORIS. [MAFIA-GENGSTER, BALAS DENDAM, FAKTA YANG DISEMBUNYIKAN. ] 📌JANGAN SESEKALI ANDA MENGCOPY PASTE KARYA SAYA DALAM BENTUK APAP...