taman bermain (re-upload)

43.1K 4.7K 40
                                    

♡ARSYA OR ARASYA♡

°°°°

Arsya masih tak sadarkan diri, ia juga masih dikelilingi oleh keluarganya dan juga Calzeus disampingnya. Bunda Angel menangis sembari mengelus rambut Arsya sayang, bibirnya bergetar menahan tangis yang luar biasa.

"Kasihan sekali hidupmu Sayang, bagaimana keseharianmu tanpa satu ginjal, bagaimana bisa gadis manis sepertimu harus hidup hanya dengan satu ginjal dan .. dan bagaimana bisa kamu mengalami kanker otak." Selorohnya dengan tatapan sendu.

Hatinya begitu sakit mendengar semua penjelasan Dokter, bahkan jika Ara adalah putrinya sebisa mungkin dirinya tak akan menyakiti gadis manis seperti ini, memberikan kasih sayang, pelukan hangat, dan kepedulian penuh.

"Maaf Tuan-Nyonya, saya pamit undur diri." Ucap Dokter Reyhan dengan menunduk sopan.

"Rey, boleh ku minta data siapa penerima donor ginjal oleh putriku?" Pinta Ayah Calvenus dengan tegas.

Reyhan cukup terdiam sebelum akhirnya mengangguk, "Baik Tuan, jika sudah saya dapatkan datanya akan saya beritahu." Ucapnya dengan hati-hati.

"Pergilah."

Dokter Reyhan mengangguk mengiyakan kemudian pergi dari sana, sebelum menutup pintu kamar Dokter Reyhan sempat melirik Arsya yang sedang dikelilingi oleh orang yang dicintainya.

Dokter Reyhan hanya menatap dengan pandangan rumit sebelum benar-benar pergi dari sana. Dokter Reyhan bahkan langsung mengalami sakit kepala yang tiba-tiba akibat memikirkan kejadian beberapa saat lalu.

••••

Malamnya Arsya terbangun seiring dengan sakit kepala yang mendera, sedikit meringis membuat Bundanya langsung menyadari jika putrinya telah terbangun.

"Sayang... Kamu sudah bangun, apa sakit?" Tanya Bunda khawatir.

Arsya tidak bisa melihat wajah Bundanya dengan jelas, setelah beberapa kedipan akhirnya wajah Bundanya terlihat dengan jelas. Berusaha untuk tetap tersenyum dan mengangguk yakin.

"Kenapa Bunda disini?" Tanya Arsya dengan serak.

"Kamu jatuh ke lantai, makanya Bunda panik dan langsung bawa kamu ke kasur." Jelas Bunda dengan tersenyum menenangkan.

Arsya mengernyitkan dahinya bingung, namun tak ia pusingkan akhirnya hanya bisa mengangguk saja.

"Ayo makan dulu, kamu tidurnya lama banget. Bunda sampai ketiduran tadi karna harusnya kamu makan malam, ini malah udah hampir jam 11 malam." Jelasnya dengan menyesal.

"Maaf ya Bunda, Arsya gatau kalo tidurnya lama." Sesalnya

Bunda hanya tersenyum dengan hangat, "Gapapa, ayo makan dulu, tapi maaf nasinya sudah dingin, atau mau bunda hangatin dulu makannya?" Tawar Bunda yang mendapat gelengan kecil putrinya.

"Keburu laper Bunda.." Rengeknya manja.

Bunda tersenyum geli, ia mengangguk mengiyakan dan bersiap menyuapi putrinya dengan telaten.

Arsya menerima suapan demi suapan itu dengan baik, hingga suapan ke 6 membuatnya terbatuk-batuk hingga muncul bercak darah, Arsya dengan sedikit terkejut langsung berusaha menutupinya dengan tindakan natural.

"Bundaa, kenyang." Rengeknya berusaha mengalihkan atensi Bundanya.

"Ah iyaa sayang." Jawabnya lugas, Bunda menaruh mangkuk tersebut kemudian mengambil air putih dan juga obat yang diberikan Dokter Reyhan.

ARSYA OR ARASYA (Re-upload) S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang