28. Sonder (1)

772 87 42
                                    

Bukannya menolak fakta, dia hanya tidak ingin merusak suasana. Jiacheng beranjak dari posisinya yang sedang menciumi perut rata laki-laki manis yang terbaring patuh dibawahnya, mengamati raut wajah Xiao Zhan yang terlihat agak tidak fokus dan memiliki sedikit jejak kebingungan disana. Keduanya sama-sama berkedip beberapa kali, sebelum Jiacheng menunduk dan mengecup bibir Xiao Zhan kembali untuk selanjutnya melontarkan pertanyaan.

"Apa yang kau pikirkan?"

"... Aneh" bisiknya

Jiacheng mengernyit heran
"Apanya yang aneh?"

Xiao Zhan hanya menatapnya, lalu memeluk tubuh besar Gu Jiacheng kebawah untuk kembali melanjutkan ciuman mereka. Jiacheng mengamati gerak-gerik laki-laki ini dengan seksama tanpa melepas pagutannya, jujur saja dia juga sedikit merasa kebingungan. Dia tidak ingin kehilangan ataupun digantikan posisinya di sisi Xiao Zhan, tapi begitu dia memiliki Xiao Zhan yang saat ini terbaring patuh dan terlihat sangat menggiurkan, anehnya dia tidak merasakan apa-apa.

Xiao Zhan sendiri mulai kehilangan minat untuk melanjutkan, demikian pula Jiacheng. Keduanya saling melepaskan diri dan menatap wajah satu sama lain, tidak tau harus merespon seperti apa, ada banyak hal yang berkelebat dalam pikiran keduanya. Didalam kepala Gu Jiacheng, dia melihat sosok Xiao Zhan kecil yang melemparinya dengan bola salju saat mereka masih anak-anak. Rasa bersalah segera menyelimutinya kembali, seolah dia sudah merusak ikatan mereka yang terjalin sejak kecil. Dia memang ingin selalu berada di samping Xiao Zhan dan tidak ingin digantikan, tapi bukan pada posisi semacam ini.

Xiao Zhan memikirkan hal serupa didalam kepalanya, bedanya dia tidak sedang memikirkan Gu Jiacheng. Sejak saat pertama kali keduanya menyatukan bibir, Xiao Zhan justru teringat wajah penuh air mata milik Yibo yang menangis hanya karena berhasil mengecupnya. Wajah cantik penuh air mata itu terus berseliweran di otaknya setiap kali dia memagut bibir Jiacheng, merusak hasratnya yang sedang ingin mencoba untuk dipuaskan. Dadanya juga entah kenapa terasa berat seolah sedang menanggung beban, jantungnya tidak henti-hentinya berdetak kencang secara menyakitkan.

"Gege"

"Mn?"

"Sudah cukup"

Jiacheng seolah sudah menduganya dan membantu Xiao Zhan agar duduk dengan benar
"Aku tahu"

"Gege"

"Ya?"

"Ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Rasanya hebat" pujinya lempeng

Jiacheng merona dan tertawa kering
"Terimakasih"

Keduanya diam kembali, Jiacheng mengamati gerak-gerik laki-laki disampingnya, menemukan bahwa Xiao Zhan terlihat sedang memukul-mukul pelan dadanya sendiri dengan raut wajah bingung bercampur kesal. Pria itu dengan jujur bertanya
"Ada apa, Zhanzhan?"

"Dadaku terasa berat dan sesak, padahal aku tidak sedang hipoksia. Aku yakin kalau sudah bernafas dengan benar sewaktu kita berciuman"

Jiacheng mulai ikut memikirkan perasaan yang sama di dadanya, lalu bergumam lirih
"Kurasa ini perasaan bersalah"

Strawberry And Cigarette ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang